Seri Kisah Al-Quran: Tawakal dan Ketabahan Hajar Berbuah Air Zamzam

Rate this item
(0 votes)

Hajar pergi bersama Ibrahim dan anaknya. Hajar tenggelam dalam khayalan indah akan masa depan anaknya. Ketika kendaraan Ibrahim berhenti, Hajar tersentak sadar dan berkata, "Mengapa Engkau berhenti di padang sahara ini?"

Ibrahim berkata, "Aku bertugas untuk menempatkan kalian di tempat ini!"

Hajar berkata, "Tapi di sini tidak ada tanda-tanda kesuburan. Bagaimana kami bisa merasakan keamanan dari panasnya terik matahari dan serangan binatang?"

Ibrahim sejenak memandang istrinya. Seketika itu juga Hajar mengalihkan wajahnya yang diliputi kekhawatiran ke arah anaknya yang berada dalam dekapannya. Kemudian dengan suaranya yang menggetarkan hati suaminya, ia berkata, "Sekarang kami punya sedikit makanan. Namun hati kami senantiasa akan tetap berharap pada pertolongan Allah."

Ketika Ibrahim hendak meninggalkan istri dan anaknya di tempat tersebut, ia mengangkat tangan seraya berdoa:

"Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan Kami! Yang demikian itu agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim: 37)

Suara tangisan anak Hajar memecahkan keheningan padang sahara. Tangisannya membuat Hajar panik. Ia memeluk dan mengayun anaknya. Dengan perasaan tidak karuan ia memandang ke arah bukit yang ada di depannya. Menurutnya ada air jernih di atas bukit itu.

Hajar meletakkan anaknya dan segera berlari mendekati air itu. Namun begitu ia tiba di sana, ia tidak mendapati air. Dengan kecewa dan putus asa ia duduk di atas bukit.

Saat itu di kejauhan sana ia melihat ada air jernih di atas bukit. Tanpa memikirkan kondisinya ia berlari menuju bukit itu. Namun ia tidak mendapati air melainkan hanya fatamorgana.

Akan tetapi ia kembali lagi melihat ada air di bukit yang pertama dan berlari mendekatinya.

Dengan usahanya ia berlari sebanyak tujuh kali dari bukit yang satu ke bukit yang lain.

Namun Hajar tidak merasa putus asa akan pertolongan Allah. Setelah lelah berlari bolak balik sebanyak tujuh kali tanpa hasil, ia kembali mendatangi anaknya.

Anaknya tidak lagi mengeluarkan suara tangisan. Anaknya hanya bisa menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Tiba-tiba Hajar melihat tanah di bawah kaki anaknya menjadi lembab. Ia tidak percaya. Ia menekan kedua matanya dan berpikir bahwa ini pasti fatamorgana.

Ternyata sebuah mukjizat besar sedang terjadi. Dengan jari-jarinya, Hajar terus menggali dan melebarkan tanah itu, hingga air jernih keluar dari dalam tanah. Ia membasahi bibir anaknya dengan sumber mata air itu. Ismail kembali segar.

Melihat hasil kesabaran dan keteguhan serta tawakalnya kepada Allah, Hajar bersujud dan mengucapkan puji syukur kepada Allah. Kemudian ia kembali meminum air itu dan merasa segar.

Tiba-tiba orang-orang kabilah Jurhum keluar dari perkemahannya saat mendengar suara hentakan kaki kuda yang menuju ke kabilah lainnya. Seorang laki-laki memakai topeng turun dari kudanya mendekati tenda kepala kabilah dan berkata, "Aku yakin. Aku tidak salah melihat burung-burung sedang beterbangan di balik pegunungan bagian utara kabilah kita. Aku sedikit menelusuri jalan dengan kuda dan melihat burung-burung berkelompok-kelompok turun di sebuah tempat dan kembali terbang lagi. Sepertinya mereka meminum air."

Kepala suku berkata, "Apakah kau melihat air itu dengan mata kepalamu sendiri?"

"Tidak. Keingintahuanku akan keberadaan air mendorongku untuk ke sini memberitahukannya padamu," katanya.

Kepala suku memerintahkan lima orang dari kabilahnya pergi bersama laki-laki ini untuk memastikan akan keberadaan air.

Ketika mereka sampai di sana, mereka melihat mata air yang jernih sedang mengalir di antara gundukan pasir dan anak yang sangat tampan sedang bermain pasir basah. Agak jauh lagi Hajar berdiri memandang mereka.

Salah satu dari mereka berkata, "Kami berasal dari kabilah Jurhum. Selama bertahun-tahun kami hidup di lereng gunung yang ada didepan sana. Air yang kami perlukan kami ambil dari dua sumur yang tidak seberapa banyak airnya. Karena melihat burung-burung terbang ke sini, akhirnya kami juga datang ke sini. Tapi aneh, sejak kapan mata air ini memancar?

Hajar berkata, "Sumber mata air ini merupakan pertolongan Allah kepada kita. Kemudian Hajar menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Dengan gembira orang-orang itu berkata, "Kalau begitu, tempat ini adalah tempat yang penuh berkah. Apakah anda menginzinkan kabilah kami untuk pindah ke sini?

Hajar mengizinkan dan tidak berapa lama, tempat itu menjadi tempat yang ramai. Hajar dan anaknya hidup berdampingan dengan kabilah Jurhum.

Dengan demikian Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim as.

Sekarang jerih payah Hajar antara Safa dan Marwa ditetapkan sebagai bagian dari manasik haji yang disebut dengan sa'i. Dengan mengamalkan manasik haji ini, para jamaah haji akan merasakan bagaimana saat itu Hajar tetap menjaga keteguhannya dan berharap serta bertawakal kepada Allah. (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)

Read 2285 times