Islam dan Gaya Hidup (4)

Rate this item
(0 votes)
Islam dan Gaya Hidup (4)

 

Gaya hidup individu dan masyarakat dibangun atas dasar keyakinan dan bentuk pandangan mereka terhadap semesta. Tujuan-tujuan yang ingin diraih oleh manusia sepanjang hidupnya didasarkan pada definisi mereka tentang kehidupan.

Jelas bahwa orang-orang yang meyakini pandangan dunia materialistik dan semata-mata mengejar kenikmatan dan kelezatan di dunia, tentu saja akan melahirkan pandangan dunia tertentu. Demikian juga dengan pandangan dunia ilahi dan nilai-nilai kesempurnaan, ia akan menciptakan sebuah gaya hidup yang khas. Tujuan setiap individu dalam hidup ini ditentukan oleh interpretasi dan asumsi mereka tentang kehidupan.

Oleh karena itu, sebelum mendalami tema gaya hidup islami dan tugas-tugas individual dan sosial di dalamnya, kita perlu terlebih dulu membahas tentang perspektif Islam terhadap kehidupan, semesta dan manusia. Dengan cara ini, kita dapat mengenal makna dan tujuan hidup serta kedudukan tinggi manusia dalam pandangan dunia tauhidi.

Dalam pandangan dunia ilahi, Islam mengajarkan kepada manusia bahwa dari satu sisi, eksistensi mereka sepenuhnya bergantung pada Tuhan dan dari sisi lain, kehidupan mereka tidak terbatas di dunia ini. Dengan begitu, hubungan manusia dengan Mabda’ dan Ma’ad dapat didefinisikan.

Oleh sebab itu, manusia harus mempertahankan hubungan dunia dengan kehidupan abadi di alam akhirat. Menurut perspektif Islam, kehidupan dunia merupakan sarana dan mukaddimah untuk mencapai kebahagiaan ukhrawi, dimana harus digunakan dengan benar.

Pandangan terhadap semesta memiliki dampak besar bagi gaya hidup setiap individu. Setiap insan memandang semesta dari perspektif yang berbeda dan atas dasar itu, mereka menetapkan tujuan dan jalan hidupnya. Antologi Islami juga tidak keluar dari kaidah ini.

Kedekatan gaya hidup setiap orang dengan agama Islam ditentukan oleh besar-kecilnya keserasian pandangan merka dengan ajaran Islam itu sendiri. Keimanan pada perkara gaib, keesan Tuhan, hakikat kenabian dan Hari Kiamat, kedudukan luhur manusia di dunia dan kewajiban mereka dihadapan Tuhan, termasuk konsep-konsep yang punya dampak besar bagi gaya hidup islami.

Di sini, kita akan memahami tentang perbedaan pemikiran religius dan paham sekuler menyangkut gaya hidup. Memangkas perang agama dan mengesampingkannya sebagai sebuah pedoman di semua dimensi kehidupan, merupakan komponen-komponen utama gaya hidup sekuler.

Dalam pemikiran sekuler, konsep ketuhanan digantikan oleh humanisme yang menjadikan manusia sebagai parameter segala sesuatu. Humanisme sebagai sebuah aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan dengankekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Manusia adalah poros, bukan Tuhan.

Sikap ekstrim dan kekakuan gereja telah mendorong masyarakat Barat untuk meletakkan dasar-dasar pemikiran humanisme sebagai cara untuk menyelamatkan diri mereka dari doktrin kaku gereja. Beberapa pemikira Barat bahkan mengesampingkan semua ajaran agama, mereka telah memisahkan masyarakat dengan ideologi dan akidah Kristen serta menjadikan akal sebagai pengganti agama. Padahal, akal manusia juga tidak mampu menjawab banyak pertanyaan. Para pemikir Barat menempatkan manusia pada posisi yang sangat tinggi, sampai-sampai menghapus tugas penghambaan dari mereka.

Menurut paham humanisme, manusia adalah pusat dan parameter bagi semua realitas dan nilai-nilai. Dia adalah sebuah makhluk egosentris dan sama sekali tidak memiliki tanggung jawab selain untuk dirinya, dia juga boleh menggunakan semua sarana demi mencapai ketinggian. Humanisme menafikan segala bentuk pemikiran metafisik seperti wahyu dan agama-agama langit dan memandang manusia sebagai penguasa mutlak di alam ini.

Landasan utama antropologi dalam pemikiran humanisme adalah bahwa akal manusia telah menggantikan Tuhan dan agama mereka. Agama dan spiritualitas sudah dihapus dari lembaran kehidupan. Tujuan hidup adalah mencari kenikmatan dan mengeksploitasi semua potensi alam dengan segala cara. Gaya hidup Barat dibangun aas landasan pemikiran yang seperti ini.

Sayangnya, selama lebih dari dua dekade lalu, para imperialis Barat dengan menguasai negara-negara Islam, sedikit banyak mampu mempopulerkan gaya hidup mereka di tengah kaum Muslim. Fenomena ini mendorong munculnya berbagai penyimpangan di negara-negara tersebut.

Berkenaan dengan hal itu, seorang intelektual Islam Iran, Doktor Rahimpour Azghadi mengatakan, “Pemikiran sekuler merupakan hadiah terbesar Liberal Demokrat Barat untuk negara-negara Islam, yaitu meminggirkan agama dari sektor kehidupan masyarakat. Peristiwa yang terjadi 200 tahun lalu di Barat dan dampaknya merambah dunia Islam, semua itu dibangun dan dikembangkan atas dasar paham tersebut. Barat sangat cepat menyadari bahwa mereka harus mempopulerkan gaya hidupnya demi mempertahankan kekuasaan dan untuk memuluskan misi ini, mereka menggunakan semua instrumen khususnya seni.”

Rahimpour Azghadi lebih lanjut berbicara tentang cara-cara Barat dalam mengkampanyekan gaya hidup mereka. Dia menuturkan, “Barat mewacanakannya lewat media. Melalui film dan serial, hubungan pria dan wanita serta model interaksi sosial dan keluarga, secara perlahan menjadi tren bagi kita. Selama 150 tahun lalu, kaum Muslim –sayangnya- telah kehilangan kekuatan untuk menciptakan tren pada batas tertentu, berbeda dengan era ketika peradaban Islam menjadi pusat mode bagi seluruh dunia. Selama masa itu, kaum Muslim menjadi lemah dan semakin lemah sampai pada abad 20, seluruh dunia Islam kurang lebih berada di bawah kendali Barat dan militer mereka.

Salah satu alasan populernya gaya hidup Barat di tengah kaum Muslim adalah karena kemajuan sains dan industri di Eropa dan Amerika Serikat. Barat sedang menawarkan sebuah kehidupan maju dan dengan beragam kemajuan ekonomi dan sains, mereka telah menyihir berbagai individu dan masyarakat. Kesuksesan ini membuat banyak orang beranggapan bahwa gagya hidup Barat lebih baik ketimbang gaya hidup mereka sendiri.

Dalam pemikiran sekuler, tujuan manusia adalah mengejar secara maksimal kenikmatan materi dalam hidup dan hanya itu. Tujuan akhir mereka adalah kehidupan ekonomi. Hidup konsumtif dan meraih kesejahteraan dan keuntungan sebanyak-banyaknya merupakan tujuan tertinggi manusia materialistis. Pada akhirnya, kehidupan ekonomi merupakan inti dan penuntut jalan.

Dalam perspektif Barat, manusia harus mengejar keuntungan materi dan jika mereka tidak melakukan itu, pada dasarnya mereka tidak punya tujuan. Dan ketika tujuan tersebut incaran, mereka harus menyingkirkan segala rintangan. Menurut mereka, manusia memiliki akal yang bisa mengantarkan mereka pada puncak kehikmatan hidup. Mereka tentunya menorehkan banyak prestasi dengan memuja akal dan eksperimen. Akan tetapi, mereka juga menghadapi banyak krisis karena meminggirkan wahyu ilahi dan pengetahuan agama.

Gaya hidup islami, berbeda dengan Barat, menentang peminggiran makrifat agama dan wahyu. Mereka juga menganggap keliru sikap yang menistakan akal dan eksperimen. Akal dan eksperimen bersama wahyu dan makrifat agama dapat mengantarkan manusia meriah kebahagiaan.

Salah satu intelektual Iran, Hujjatul Islam Naser Rafiee mengatakan, “Kita, untuk mencapai pengetahuan yang komprehensif tentang gaya hidup, harus memanfaatkan semua sumber tersebut dan mengambil sebuah kesimpulan yang tepat. Dengan sebuah upaya metodis ilmiah, kita harus mampu memperoleh pesan-pesan yang selaras dengan akal dan wahyu. Dengan cara ini, kita akan mencapai sebuah pandangan Islam di semua sektor termasuk gaya hidup.

Kehidupan Barat adalah sebuah kehidupan yang jauh dari spiritualitas. Model sepert ini akan meruntuhkan nilai-nilai kasih sayang dan cinta dalam kehidupan individual dan sosial. Agama dalam pemikiran sekuler adalah sebuah institusi yang sejajar dengan semua institusi sosial lainnya. Dengan kata lain, agama tidak memberi makna bagi kehidupan. Akibatnya, keterasingan dari Tuhan telah menciptakan banyak krisis di Barat.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, “Perhatian dan kecintaan kepada tuhan akan memberi arti bagi kehidupan dan mengisi kekosongan jiwa manusia serta mendatangkan kesuksesan di semua ranah kehidupan. Alasan bahwa di negara-negara seperti Amerika Serikat, sama sekali tidak ada sesuau bahkan uang, kekuasaan, militer dan sains tidak mampu mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan tuh dan jiwa adalah karena keterasingan dari Tuhan dan spiritualitas.

Read 705 times