Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (1)

Rate this item
(0 votes)
Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (1)

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Sepanjang sejarah muncul manusia-manusia teladan, dan salah satu yang dijelaskan dalam al-Quran adalah perempuan-perempuan teladan.Dalam sejarah Islam juga dijelaskan mengenai keutamaan perempuan-perempuan mulia yang menjadi teladan sepanjang zaman. Dalam acara baru ini kita akan mengupas keagungan perempuan teladan dalam Islam. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Salah satu masalah penting yang menjadi perhatian dunia, terutama di bidang sosial dan politik dalam beberapa dekade terakhir adalah masalah perempuan, dengan identitas dan posisinya di tengah keluarga dan masyarakat. Sejumlah aliran pemikiran menempatkan perempuan sebagai “Gender Kelas Dua” dan tidak meletakkan posisi perempuan sebagai sosok manusia yang mulia. Misalnya, Aristoteles memandang perempuan diciptakan tidak sempurna, dan perempuan tidak memiliki kedudukan kemanusiaan sebagaimana laki-laki.

 

Perempuan dalam pemikiran Aristoteles memiliki sejumlah kekurangan, bahkan dipandang rendah dan cacat. Sedangkan laki-laki dianggap mampu memainkan peran penting dan menempati kedudukan yang tinggi dan berpengaruh dalam berbagai posisi. Dengan pemikiran seperti ini, laki-laki memiliki hak melebihi perempuan, bahkan perempuan dijadikan sebagai bagian dari kepemilikan laki-laki-laki. Berdasarkan pemikiran ini, perempuan tidak bisa mencapai kedudukan yang tinggi dari sisi kesempurnaan dan spiritualitasnya.

 

Perempuan Barat hingga permulaan abad 20 diabaikan hak-haknya, bahkan yang paling dasar sekalipun. Baru sekitar permulaan abad ke-21, mereka bisa menikmati hak-haknya, sebagaimana yang terjadi pada perempuan di dunia Timur. Menghadapi gelombang pemikiran yang memarjinalkan perempuan, muncul gerakan Feminisme yang memperjuangkan hak-hak perempuan.Tapi seperti pemikiran yang mereka kritik dan tolak, Feminisme juga terjebak pada ekstremitas. Mereka mengabaikan karakteristik natural perempuan, dan menolak perbedaan psikis serta psikologis antara laki-laki dan perempuan.

 

Kaum Feminis menggulirkan pemikiran seperti kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, penolakan perempuan di ranah domestik, dan perempuan harus berperan di ranah sosial di luar rumah, mendukung Lesbian, dan berbagai slogan lainnya yang menyebabkan perempuan kehilangan posisi dan kedudukan sebenarnya di dalam keluarga dan masyarakat.

 

Para teoritikus Feminis mengira gerakan yang melakukan lancarkan akan mengangkat harkat dan martabat perempuan. Padahal, mereka lupa bahwa upayanya hanya cenderung mengangkat aspek kebebasan semata dan mengabaikan sisi kemanusiaan perempuan. Akibatnya muncul berbagai masalah yang menimpa perempuan. Steven Rhodes peneliti dari Universitas Virginia dalam risetnya membuktikan terjadinya penyimpangan dalam masyarakat akibat munculnya gerakan Feminisme selama empat puluh tahun.

 

Rhodes dalam bukunya,“Taking Sex Differences Seriously” menulis, “Komitmen laki-laki dalam keluarga sebagai suami dan ayah demi kesehatan dan pembinaan kehidupan anak-anak. Kekuatan perempuan merupakan masalah lain dengan potensinya yang berbeda pula. Kemampuan yang luar biasa dalam mengikat hubungan keluarga (dengan melahirkan dan mendidik anak-anak) yang dipersembahkan bagi masyarakat,”.

 

Syahid Muthahari dalam bukunya, “Hak-hak Perempuan dalam Islam” berkeyakinan bahwa sumber pengabaian terhadap hak-hak sejati perempuan mungkin dipicu sebagai lahirnya gerakan Feminis yang muncul secara prematur di Eropa, sebab gerakan yang berupaya menjauhkan rangkaian ketertindasan perempuan itu justru menimbulkan berbagai masalah lain bagi umat manusia. Selanjutnya Muthahari menulis, “Di masa lalu, kemanusiaam perempuan dilupakan, dan kini keperempuananlah yang dihilangkan”.

 

Di masa jahiliyah di jazirah Arab sebelum datangnya Islam, perempuan tidak diperlakukan sebagai manusia. Mereka dipandang sebagai bagian dari kepemilikan laki-laki. Bahkan mereka diperjualbelikan seperti barang dagangan. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka membunuh bayi perempuan yang baru lahir.

Untuk itulah al-Quran mengecam perbuatan mereka. Di Surat al-Isra ayat 31, Allah swt berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”   

 

Islam datang memberikan cahaya dan melakukan perubahan besar terhadap nasib perempuan. Rasulullah Saw mengangkat posisi dan kedudukan perempuan yang diabaikan dalam budaya Arab jahiliyah ketika itu. Nabi Muhammad Saw memandang perempuan sebagai manusia yang layak untuk mencapai seluruh kesempurnaan dan keutamaannya. Penjelasan mengenai penciptaan laki-laki dan perempuan dalam berbagai ayat al-Quran menunjukkan bahwa Islam tidak membedakan keduanya dari sisi kemanusiaan. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan memiliki potensi yang sama untuk mencapai kesempurnaan. Al-Quran memandang kedudukan “khalifatullah” tidak dikhususkan untuk laki-laki saja, tapi juga berlaku bagi perempuan.

 

Islam memandang perempuan seperti juga laki-laki, sebagai manusia yang memiliki potensi untuk mengembangkan dan menyempurnakan dirinya dengan iman, ilmu, pengetahuan dan amalnya. Agama ilahi ini menilai ketakwaan bukan diukur dari gender, sebab baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan. Dan ketakwaan pun dinilai dari tingkat keimanan, ilmu dan akhlaknya, bukan gendernya. Oleh karena itu, Islam memandang keutamaan siapapun tanpa mengenal gender dari sisi ketakwaan kepada Allah swt.

 

Dalam al-Quran, surat al-Hujurat ayat 13, Allah swt berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei berkata, “Semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan diciptakan substansi yang sama.Tidak ada kelebihan satu dari yang lain, kecuali ketakwaannya. Dalam Islam tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam Islam, gender baik laki-laki maupun perempuan tidak mengemuka, yang mengemuka adalah kesempurnaan kemanusiaannya...  Sebab tidak ada perbedaan dari kedua jenis manusia ini dari sisi kemanusiaan dan aspek transendennya.”(IRIBIndonesia/PH)

 

Reakan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian pertama. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

Read 735 times