Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (5)

Rate this item
(0 votes)
Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (5)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengupas kehidupan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as. Beliau dikenal penyabar, takwa, dan tidak memiliki kecenderungan terhadap kehidupan duniawi serta bertawakal kepada Allah swt. Kehidupan Siti Hajar menjadi contah dari orang paling mulia menurut al-Quran dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu”. Kali ini kita akan menelisik kisah Ratu Saba dalam kisah al-Quran. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Al-Quran memberikan perhatian besar terhadap perempuan, bahkan menamai salah satu suratnya dengan nama “Nisa” yang berarti para wanita. Islam memandang perempuan dan laki-laki diciptakan dari hakikat yang satu. Etnis, suku, bangsa, warna kulit juga gender bukan keutamaan antara satu dengan yang lain.Tapi hanya ketakwaanlah yang menjadikan seseorang, baik laki-laki maupun perempuan lebih utama dibandingkan yang lain. Berbagai cerita dalam al-Quran menjelaskan tentang wanita-wanita mulia salah satunya adalah Ratu Bilqis yang menjadi penguasa kerajaan Saba.

 

Suatu hari burung Hud-hud mengirimkan pesan kepada Nabi Sulaiman as, yang menjadi raja bagi Jin dan manusia serta memahami bahasa binatang. Dalam pesannya, Hud Hud mengabarkan adanya sebuah kerajaan bernama Saba yang dipimpin oleh seorang ratu yang adil, dan mereka menyembah matahari. Hud-hud melanjutkan, “Setan menjadikan perbuatan mereka tampak indah, sehingga mereka tidak berada di jalan Tuhan. Itulah sebabnya mereka tidak mendapat petunjuk.”

 

Nabi Sulaiman mendengarkan cerita Hud-hud hingga selesai. Lalu beliau berkata, “Berikan surat ini kepada mereka. Kemudian berhentilah untuk melihat reaksi mereka terhadap surat itu. Setelah itu kembalilah !” Burung Hud-hud membawa surat dari Nabi Sulaiman dan memberikannya kepada Ratu Bilqis. Penguasa kerajaan Saba itu heran, lalu membaca surat yang dibawa Hud-hud.

 

Ratu Bilqis dengan teliti membaca surat dari Nabi Sulaiman. Ia memanggil penasehatnya, seraya berkata, “Surat sangat bernilai datang padaku. Surat ini dari Sulaiman yang diawali dengan kalimat, “Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Bilqis dengan bijak menyikapi masalah tersebut. Kemudian melanjutkan membaca surat itu untuk para pejabat tinggi kerajaan. Nabi Sulaiman dalam suratnya menulis,“Saran saya jangan membanggakan diri, mari terimalah kebenaran.” Sebagaimana diketahui, selain seorang raja, Sulaiman juga merupakan seorang Nabi yang diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada umat manusia.

 

Ratu Bilqis terdiam. Dengan bijak merenungkan isi surat itu. Sebagai penguasa Saba tidak tampak sedikitpun perasaan rendah diri. Dengan bijak ia memanggil seluruh pejabat teras istana. Ratu Bilqis berkata, “Wahai para pejabat kerajaan bagaimana pendapat kalian menyikapi surat penting ini. Selama ini tidak ada keputusan penting yang saya ambil tanpa kehadiran kalian.”

 

Para pejabat tinggi Saba menyatakan bahwa kerajaannya memiliki kekuatan militer yang besar. “Tapi terserah Anda wahai Ratu, keputusan apa yang akan diambil, kami akan mematuhinya,” tutur seorang pejabat Saba. Ratu Bilqis mengungkapkan pandangannya yang menentang perang. Baginya perang tidak menghasilkan apapun kecuali kehancuran dan kebinasaan. Kota-kota hancur dan rakyat banyak yang mati. Untuk itu, Ratu Bilqis menolak perang sebagai solusi dan mendahulukan damai. Bilqis menuturkan, “Saya akan mengirimkan hadiah berharga kepada mereka dan kita lihat apa pesan dari utusan kita yang pergi ke sana.”

 

Cerita ini diabadikan dalam Al-Quran surat an-Naml ayat 36-37, “Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina".

 

Nabi Sulaiman ingin menunjukkan mujizat ilahi kepada Ratu Bilqis untuk membuktikan bahwa dirinya adalah Nabi Allah swt yang diutus sebagai pemberi petunjuk bagi umat manusia. Raja sekaligus Nabi itu memanggil seluruh pejabat istana dan menanyakan siapa yang sanggup membawa singgasana Ratu Bilqis ke hadapannya. Di antara yang hadir, jin Ifrit menyatakan bahwa dirinya bisa membawa singgasana Ratu Bilqis ke hadapan Nabi Sulaiman sebelum beliau berdiri dari tempat duduknya. Tapi, ada orang yang menyanggupi lebih cepat dari Ifrit, yaitu orang yang memiliki ilmu dari Al Kitab.

 

Al-Quran merekam percakapan Nabi Sulaiman dengan para pejabatnya. Dalam surat an-Naml ayat 38 dan 38, Allah swt berfirman, “Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".

 

Benar saja, dalam hitungan kedipan mata singgasana Ratu Bilqis telah berada di hadapan Nabi Sulaiman. Al-Quran menjelaskan dengan baik sikap Nabi Sulaiman mengenai peristiwa ini. Allah swt dalam surat an-Naml ayat 40 berfirman, “...Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". 

 

Sulaiman berharap dengan dipindahkan singgasana kerajaan Saba, Ratu Bilqis menyaksikan mujizat ilahi dan hakikat kenabian dirinya. Sulaiman berkata, “Ubahlah singgasananya; maka kita akan melihat apakah Ratu Bilqis mengenalnya atau tidak ?". Allamah Thabatabai, mufasir kontemporer Iran menyatakan bahwa maksud Nabi Sulaeman mengubah singgasana Ratu Bilqis adalah untuk menguji kecerdasan penguasa Saba itu, apakah ia mengenalnya atau tidak?

 

Ketika Ratu Saba memasuki kerajaan Sulaeman, Nabi Allah itu memberi isyarat ke arah singgana, seraya berkata, “Apakah ini singgasanamu ?” Ratu Bilqis menjawab, “Pertama kali saya melihatnya tidak percaya. Sebab singgasana ini berada di negeri Saba.Tapi setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, saya percaya ini singgasana saya.”  Bilqis sadar, singgasananya tiba lebih cepat dari dirinya dengan jalan yang tidak biasa. Melihat keajaiban itu, Ratu Bilqis menerima kebenaran dan mengakui Sulaiman sebagai Nabi Allah. Al-Quran surat an-Naml ayat 42 dan 43, mengabadikannya, “Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri". Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.” 

 

Berbeda dengan Firaun yang menyaksikan mukjizat Nabi Musa as, tapi justru semakin hari kekafirannya kian membesar. Ratu Bilqis menerima kebenaran dan bertaubat atas kekafirannya selama ini.(IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian kelima. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

 

 

Read 684 times