کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 02 Desember 2012 20:57

Nasib Musuh Imam Husein as: Arzaq bin Harits

Arzaq bin Harits

Arzaq bin Harits merupakan seorang komandan dan pendukung Umar bin Saad di Karbala. Ada yang menyebut namanya adalah Arzaq bin Harb al-Shaidawi. Ia adalah orang yang mencegah kabilah Bani Asad membantu Imam Husein as.

Beberapa hari sebelum hari Asyura 61 Hq, waktu itu Ubaidillah bin Ziyad mengirimkan pasukan secara berkelompok-kelompok untuk memerangi Imam Husein as. Mengetahui hal itu, Habib bin Mazhahir, dari kabilah Bani Asad dan sahabat dekat Imam Husein as meminta izin dari beliau untuk mengajak orang-orang dari kabilah Bani Asad yang tinggal dekat Karbala. Imam Husein as menyetujui permintaan Habib bin Mazhahir.

Habib bin Mazhahir tengah malam pergi ke kabilah Bani Asad. Ketika sampai di tempat kabilah Bani Asad, Habib berkata, "Saya datang untuk mengajak kalian membantu anak dari putri Rasulullah Saw. Kalian jangan membiarkannya seorang diri dan bantulah dia. Umar bin Saad dengan pasukan yang berjumlah besar telah memblokadenya."

Kabilah Bani Asad mengenal Habib bin Mazhahir. Oleh karenanya, mereka mempercayai ucapannya. Pria Bani Asad berlomba-lomba mengikuti ajakan Habib. Ada sekitar 90 pria dewasa yang siap berperang. Mereka bersama Habib bin Mazhahir berjalan menuju perkemahan Imam Husein as untuk membantunya. Ketika mereka berada di tengah perjalanan, seorang mata-mata mengabarkan apa yang terjadi ke Umar bin Saad. Tanpa menunggu lebih lama, Umar bin Saad mengirim Arzaq bin Harits bersama 400 pasukan penunggang kuda untuk menghadapi kabilah Bani Asad.

Arzaq bersama pasukannya dengan cepat sampai ke dekat sungai Furat dan menghalangi jalan yang akan ditempuh oleh kabilah Bani Asad, sementara jaraknya dengan tempat Imam Husein as tidak seberapa jauh dari situ. Ketika orang-orang Bani Asad tiba di sana, perang terjadi dengan hebatnya.

Pada waktu itu Habib bin Mazhahir berteriak, "Wahai Arzaq! Celakalah engkau! Apa yang terjadi ini tidak layak bagi kami dan juga bagimu. Biarkan orang lain yang melakukan kebiadaban ini."

Tapi Arzaq tidak peduli dengan ucapan Habib dan tetap memerintahkan pasukannya menyerang orang-orang dari kabilah Bani Asad. Dengan demikian, pasukan Arzaq berhasil menghalangi orang-orang kabilah Bani Asad membantu Imam Husein as. Karena jumlahnya kalah banyak, orang-orang Bani Asad tidak mampu bertahan melawan pasukan Arzaq dan akhirnya kalah lalu kembali ke kabilahnya. Sesampainya mereka di tempat kabilahnya, pada malam itu juga mereka pergi ke tempat lain agar jangan sampai Umar bin Saad menyerang mereka di malam hari.

Habib bin Mazhahir dengan keberaniannya dan kesulitan yang dihadapi akhirnya berhasil kembali ke Imam Husein as dan menceritakan apa yang terjadi.

Mendengar kisah yang dituturkan Habib, Imam Husein as berkata, "Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah."

 

Sumber:

1. Bihar al-Anwar, 44/386.

2. Nafas al-Mahmum.

3. Mausu'ah al-Imam Husein as mengutip dari Asarr as-Syahadah, Darbandi, Maqtal al-Husein, Khawarazmi dan Bahr al-Ulum.

Hari itu Imam Shadiq as sedang berbicara tentang tauhid dan murid-murid beliau dengan penuh khidmat mendengar penjelasannya. Tiba-tiba seseorang dari murid beliau berkata, "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar).

Imam Shadiq as kemudian bertanya kepadanya, "Apa maksud Allah Maha Besar? Dari sudut pandang mana Allah Maha Besar?"

Muridnya itu berkata, "Allah lebih besar dari segala sesuatu."

Imam Shadiq as menjelaskan, "Dengan definisi yang engkau sebutkan itu mengenai Allahu Akbar, pada dasarnya engkau telah membatasi Allah Swt. Karena engkau telah membandingkan-Nya dengan sesuatu."

Murid Imam Shadiq as menyerah dan bertanya, "Lalu bagaimana seharusnya saya memaknai Allahu Akbar?"

Imam Shadiq as menjawab, "Makna Allahu Akbar itu Allah Maha Besar dari apa yang disifatkan kepada-Nya.(1)

Seorang lagi dari muridnya bertanya, "Apa arti dari ayat ini "Kullu Syaiin Halikun Illa Wajhahu" (QS. Qashas: 88)?"

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Imam Shadiq as terlebih dahulu bertanya, "Bagaimana masyarakat memaknai ayat ini?"

Orang yang bertanya tadi berkata, "Masyarakat memaknainya "Segala sesuatu akan musnah kecuali wajah Allah"."

Imam Shadiq as berkata, "Maha suci Allah dari penisbatan ini. Karena yang dimaksud dengan "Wajah Allah dalam ayat ini adalah jalan yang dipakai oleh manusia menuju Allah (agama Allah) yang dimanfaatkan oleh manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Allah."(2)

 

Catatan:

1. Bab Ma'ani al-Asma..., hadis 8, 1/117.

2. Bab Jawami' at-Tauhid, Bab an-Nawadir, hadis 1, 1/143.

Minggu, 02 Desember 2012 20:52

17 Muharam, Nawaruddin Jami Meninggal

Nawaruddin Jami Meninggal

Tanggal 17 Muharam tahun 898 Hijriah, Nawaruddin Abdurrahman Jami, seorang penyair sufi terkenal Iran, meninggal dunia di kota Herat, Afganistan. Nawaruddin Jami melalui masa mudanya di kota Herat dan Samarqand, dan di sana pula ia menutut ilmu-ilmu yang berkembang di zaman itu. Kemudian, Nawaruddin Jami berkenalan dengan para sufi terkenal zaman itu dan iapun mulai menempuh tahapan-tahapan sufisme sehingga akhirnya menjadi salah seorang sufi terkemuka.

Nawaruddin Jami sangat mencintai Rasulullah dan keluarganya, dan ia tidak pernah menciptakan syair-syair yang memuji para raja dan sultan. Di antara karya Jami adalah "Baharestan" dan "Syawahid Nubuwah".

 

Sheikh Bahai Lahir

Tanggal 17 Muharam tahun 953 Hijriah, Bahauddin Amily, yang terkenal dengan nama Syeikh Bahai, seorang cendekiawan muslim besar, terlahir ke dunia di Lebanon.

Pada masa kecilnya, oleh ayahnya yang juga seorang ulama besar Lebanon, Bahauddin Amily dibawa ke Iran dan di sana ia menuntut berbagai ilmu yang berkembang di zaman itu. Dalam waktu singkat, ia berhasil meraih derajat tinggi di bidang keilmuan sehingga digelari Syaikhul Islam.

Sheikh Bahai meninggalkan karya penulisan lebih dari 88 jilid kitab dalam bahasa Arab dan Persia, di antaranya berjudul "Jami' Abbasi." Beliau meninggal tahun 1030 Hijriah di kota Isfahan Iran.

Minggu, 02 Desember 2012 20:50

Tulisan Pada Permata Cincin Imam Husein as

Di atas permata cincin Imam Husein as tertulis "Innallaaha Baalighu Amrihi" (Sesungguhnya Allah penyampai urusan-Nya).

Diriwayatkan bahwa cincin yang dipakai Imam Shadiq as adalah cincin kakeknya Husein as dan di atas permatanya tertulis "Laa Ilaah Illallaah, Uddatun Liliqaaillaah" (Tiada tuhan selain Allah, modal untuk menemui Allah).

Para Imam Maksum as masing-masing memiliki slogan dan menulisnya di atas permata cincinnya. Permata cincin Imam Husein as tertulis "Innallaaha Baalighu Amrihi".

Diriwayatkan Imam Husein as memiliki dua cincin. Yang satunya tertulis "Laa Ilaah Illallaah, Uddatun Liliqaaillaah" dan yang satunya tertulis "Innallaaha Baalighu Amrihi". (Safinah al-Bihar, jilid 1, hal 377)

Kedua ibarat yang tertulis di atas cincin itu menunjukkan semangat Imam Husein as menjemput kesyahidah, ridha dan berserah diri untuk bertemu Allah.

Diriwayatkan bahwa cincin yang dipakai Imam Shadiq as adalah cincin kakeknya Husein as dan di atas permatanya tertulis "Laa Ilaah Illallaah, Uddatun Liliqaaillaah". (Amali, Shaduq, hal 124)

Ada seorang pria yang tidak takut berbuat dosa. Ia sehari-harinya melihat dan memegang perempuan yang bukan muhrimnya. Masyarakat tidak suka dengan perbuatannya, tapi tidak ada yang dapat diperbuat. Mereka hanya dapat beristighfar dan berdoa agar ia meninggalkan perbuatannya.

Suatu hari ada seorang perempuan berada di Kabah. Ia bersandar pada Kabah dan tangannya memegang kain Kabah. Sebagaimana biasanya, pria ini mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas tangan perempuan itu. Tiba-tiba tangannya yang menempel pada tangan perempuan itu melekat dan tak dapat dipisahkan. Ia berusaha sekuat tenaga, tapi tidak dapat melepaskan tangannya dari tangan perempuan itu. Pria itu menjadi malu luar biasa.

Sesuai dengan yang dinukil oleh buku-buku manaqib, pria dan perempuan itu dibawah ke hadapan hakim yang berada di masjid. Hakim itu berkata, "Tidak ada yang dapat kita lakukan, selain memisahkan tangan keduanya dengan pisau."

Semua yang hadir benar-benar heran menyaksikan apa yang terjadi.

Tapi kebetulan Imam Husein as waktu itu tiba di Mekah dan memasuki masjid itu. Orang-orang membawa kedua orang itu ke hadapan Imam Husein as, semoga saja beliau dapat memberikan solusi.

Imam Husein as menyanggupi akan menolong pria itu dengan syarat ia berjanji untuk tidak lagi melakukan dosa ini. Pria itu menyanggupi dan kemudian Imam Husein as mengangkat tangannya berdoa kepada Allah Swt. Begitu selesai berdoa, tangan pria itu terlepas dari tangan perempuan.

 

Sumber: Qashash ad-Dua Ya Dastanhai az Doa, Shahid Ahmad Mir Khalaf Zadeh va Qassem Mir Khalaf Zadeh

Kewajiban Amar Makruf dan Nahi Munkar

Setiap Amar Makruf dan Nahi Munkar terbagi menjadi wajib dan sunnah. Dengan demikian, apa saja yang menurut akal dan syariat wajib dilakukan, maka Amar Makruf mengenai perbuatan itu juga wajib hukumnya. Sebaliknya, apa saja yang menurut akal dihukumi buruk dan dalam syariat dihukumi haram, maka Nahi Munkar mengenai perbuatan itu juga menjadi wajib hukumnya. Apa saja yang sunnah, maka perintah untuk melakukan itu juga sunnah hukumnya dan apa saja yang makruh, maka larangan untuk melakukan itu juga sunnah. (Tahrir al-Wasilah, jilid 1, hal 425)

* * *

Bila ada sejumlah orang ingin melaksanakan sebuah kewajiban, tapi jumlah mereka tidak mencukupi sementara yang lain tidak membantu, dan mereka tidak mampu mengajak yang lain, maka kewajiban gugur pada mereka. Orang-orang yang tidak ikut membantu itu yang berdosa. (Tahrir al-Wasilah, jilid 1, hal 425)

* * *

Orang yang melakukan Amar Makruf dan Nahi Munkar harus tahu bahwa apa yang ditinggalkan oleh seorang mukallaf itu adalah Makruf dan apa yang dilakukan oleh seorang mukallaf itu adalah Munkar. Dengan demikian, tidak ada kewajiban bagi mereka yang tidak mengetahui mana yang Makruf dan mana yang Munkar untuk melakukan Amar Makruf dan Nahi Munkar. Dalam Amar Makruf dan Nahi Munkar, ilmu merupakan syarat kewajiban, seperti syarat kemampuan dalam kewajiban haji. (Tahrir al-Wasilah, jilid 1, hal 427)

* * *

Wajib Mempelajari Syarat Amar Makruf dan Nahi Munkar

Mempelajari syarat-syarat Amar Makruf dan Nahi Munkar termasuk kasus-kasus wajib, boleh dan tidak wajib adalah wajib hukumnya, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melaksanakan kewajiban Amar Makruf dan Nahi Munkar. (Tahrir al-Wasilah, jilid 1, hal 428)

* * *

Bila Amar Makruf dan Nahi Munkar dalam satu kasus yang berdampak pada melemahnya agama (sekalipun menurut orang lain), maka tidak wajib hukumnya, khususnya bila dimungkinkan dampaknya pada agama, kecuali dalam kasus yang sangat penting. Dengan demikian, dimaklumi bahwa setiap kasus memiliki hukumnya tersendiri. (Tahrir al-Wasilah, jilid 1, hal 429)

* * *

Menganggap tidak ada dampaknya terhadap agama, sekalipun kuat, maka itu tidak membuat hilangnya kewajiban Amar Makruf dan Nahi Munkar. Dengan demikian, bila ada kemungkinan yang dapat dipercaya oleh akal sehat, maka Amr Makruf dan Nahi Munkar wajib hukumnya. (Tahrir al-Wasilah, jilid 1, hal 429)

* * *

Bila para ulama dan tokoh agama bersikap diam yang menandakan pengakuan terhadap pelaku kezaliman (al-‘Iyadzu Billah), maka sikap bungkam mereka ini haram hukumnya dan wajib bagi mereka untuk menyampaikan kebenaran, sekalipun tidak begitu berdampak dalam menghilangkan kezaliman. (Tahrir al-Wasilah, jilid 1, hal 434) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Amr-e be Maruf va Nahy az Monkar, Gozideh-i az Kalam va Andisheh Imam Khomeini ra, Tehran, 1383 Hs, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini

Seorang komandan Iran mengatakan Angkatan Laut Republik Islam siap membantu negara-negara sahabat dan regional dengan kapal perangnya demi mewujudkan perdamaian.

Komandan Deputi Bidang Operasi Al Iran Mahmoud Laksamana Mousavi menyatakan kesiapan Tehran untuk memasok kapal perangnya ke negara lain.

"Fakta bahwa kapal perusak Jamaran melakukan misi di perairan internasional ... membuktikan Republik Islam Iran dengan swasembada mampu merancang dan membangun kapal perang besar," kata Mousavi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat prestasi besar di sektor pertahanan dan mencapai swasembada peralatan militer.

Angkatan Laut Iran meluncurkan kapal perusak pertama buatan dalam negeri, Jamaran, di Teluk Persia pada bulan Februari 2010.

Kapal perusak 1.420 ton dilengkapi dengan sistem radar modern dan kemampuan perang elektronik lainnya. Selain itu juga dilengkapi sistem anti-pesawat, anti-permukaan dan anti-bawah permukaan yang sangat canggih.

Iran telah berulang kali meyakinkan negara-negara lain, khususnya negara tetangga, bahwa kekuatan militernya tidak menimbulkan ancaman bagi negara lain, sebab doktrin pertahanannya didasarkan pada pencegahan.

Presiden Mesir Muhammad Mursi tengah menghadapi kondisi paling sensitif pasca revolusi. Ia kembali meminta rakyat Mesir untuk bersatu dan menggelar dialog nasional. Sementara itu, hingga hari Ahad (2/12) Mesir terus dilanda gelombang demonstrasi di berbagai wilayah di negara itu.

Kubu pro-Mursi menggelar demonstrsai di depan Universitas Kairo untuk menghindari bentrokan dengan kubu oposisi yang selama beberapa hari ini berunjuk rasa di Bundaran al-Tahrir.

Kini masyarakat Mesir telah terpecah menjadi dua bagian dan secara global dapat dikatakan bahwa masyarakat negara ini terbagi menjadi dua kelompok; kubu pendukung dan oposisi Mursi. Sejumlah kalangan politik menilai kondisi Mesir saat ini amat sensitif dan bahkan negara ini di ambang tragedi serius.

Sejumlah gerakan politik sejak 10 hari lalu pasca presiden Mesir mengeluarkan dekrit terkait konstitusi, secara terang-terangan menyatakan penentangan mereka terhadap keputusan Mursi. Mereka dengan memprovokasi opini publik internal Mesir berupaya menggelar berbagai unjuk rasa untuk menentang dekrit presiden.

Langkah Majlis Konstituante baru-baru ini yang mengadopsi draf konstitusi dan menyerahkannya kepada Mursi juga menuai gelombang protes dari oposan. Untuk melengkapi proses politik Mesir, Mursi menyetujui draf tersebut dan akan menggelar referendum terkait draf ini pada tanggal 15 Desember. Ia juga menuntut semua warga Mesir berpartisipasi dalam referendum mendatang.

Sementara itu, kubu oposisi menilai draf konstitusi tersebut tidak mempunyai legitimasi, sebab draf ini disusun, dievaluasi dan disetujui tanpa kehadiran sejumlah gerakan politik. Mereka menuding Mursi, gerakan Ikhwanul Muslimin dan Partai Keadilan dan Kebebasan yang mempunyai kursi terbanyak di parlemen dan Majelis Konstituante, telah memaksakan kehendaknya dalam penyusunan draf konstitusi.

Namun dengan melihat isi draf konstitusi, maka tampak jelas adanya satu poin di mana prinsip draf ini disusun untuk menjamin tuntutan semua warga Mesir. Dalam draf tersebut disebutkan bahwa rakyat adalah satu-satunya sumber pemilik hak dalam membentuk pemerintahan di Mesir atau dengan kata lain kedaulatan adalah hak rakyat.

Dalam draf konstitusi disebutkan pula bahwa pemerintah berkuasa di Mesir adalah pemerintahan demokrasi dan menegaskan multi-partai di negara ini. Kebebasan berpendapat, kebebasan sipil dan menghormati hak-hak mereka termasuk dari prinsip dalam draf konstitusi itu.

Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip yang menjelaskan tuntutan rakyat dengan beragam orentasi politik, pemikiran dan agama. Ini merupakan satu-satunya isu yang mengundang sensitivitas beberapa gerakan politik Mesir terutama sekuler dan liberal, di mana dalam draf konstitusi ini, Islam dianggap sebagai satu-satunya sumber hukum. Tetapi, hal ini bukan berarti mengabaikan hak-hak minoritas agama dan berbagai kelompok politik di Mesir. Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa saat ini tengah terjadi salah penafsiran dalam masalah tersebut.

Pastinya, kondisi Mesir saat ini telah menciptakan ruang untuk melakukan manuver-manuver politik oleh pihak tertentu. Tidak diragukan lagi, berlanjutnya kondisi ini akan mengancam persatuan nasional yang telah terbentuk pada hari-hari pertama pasca revolusi. Namun Mursi tampaknya bertekad untuk mencegah terjadinya hal itu.

Militer Mesir hingga sekarang juga sama sekali belum menerima instruksi dari presiden untuk melawan oposisi. Ini berarti Mursi ingin mengontrol kondisi politik dan keamanan di Mesir melalui cara damai. Presiden Mesir mengatakan, jalan untuk dialog nasional dan menyelesaikan friksi masih terbuka. Ini merupakan sebuah kesempatan dan jika kesempatan ini tidak segera digunakan, ada kemungkinan Mesir akan terjerumus ke dalam konflik baru serta sulit untuk keluar dari konflik itu.

Minggu, 02 Desember 2012 20:33

Perang Pajak di Amerika Serikat

Perang kubu Demokrat dan Republik Amerika Serikat terkait pajak negara ini semakin sengit. Presiden AS, Barack Obama saat di Kongres meminta draf yang diajukannya untuk mempertahankan pajak masyarakat kalangan menengah disahkan sesingkat mungkin.

Nancy Pelosi, pemimpin kubu minoritas Demokrat di Kongres AS menyatakan tengah berusaha meratifikasi draf jika terjadi jurang fiskal, pajak kalangan menengah tidak turut dinaikkan. Sementara itu, Republikan kian membulatkan tekadnya akan mencegah dinaikkannya pajak bahkan bagi kalangan kaya sekali pun.

Jika kubu Republikan mengotot menentang kenaikan pajak bagi warga terkaya AS, ada faktor utama yang membuat mereka berperilaku seperti itu. Seorang pelobi Kongres AS yang antipajak bernama Grover Norquist kelahiran 1956 telah mengikat hampir semua Republikan yang terpilih. Hampir semua anggota Parlemen AS dari kubu Republikan meneken janji untuk menentang kenaikan pajak saat berkampanye. Norquist adalah otak penyusun sumpah di atas kertas yang wajib diteken para calon anggota legislatif Republikan. Kepada CNN, Norquist membantah telah mengikat sumpah para Republikan.

Faktor Norquist ini terbongkar setelah seorang Senator AS dari Republikan Georgia, Saxby Chambliss, menentang dan menjauhkan diri dari Grover Norquist. Chambliss menyatakan kini lebih peduli pada negara yang terlilit utang ketimbang sumpah yang pernah dia teken di atas kertas yang pernah disodorkan Norquist. Senator Lindsey Graham dari South Carolina dan beberapa senator Republikan juga mulai melawan Norquist. Namun, mayoritas Republikan masih takut melawan Norquist secara terbuka.

Sementara itu, undang-undang perpajakan yang disahkan di era kepemimpinan George W. Bush akan segera berakhir di malam tahun baru 2013. Jika hingga saat itu kubu Demokrat dan Republik belum mampu mencapai kesepakatan terkait para meter pajak maka pajak seluruh warga wajib pajak negara ini secara otomatis akan naik.

Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan "tidak bisa diterima" bahwa sebagian anggota Partai Republik di Kongres menyandera pemotongan pajak kelas menengah karena mereka menolak kenaikan pajak bagi orang Amerika yang terkaya.

Obama mengatakan dalam pidato mingguan hari Sabtu bahwa pajak keluarga kelas menengah dengan empat anggota akan meningkat lebih dari $ 2.000 jika kenaikan pajak mulai berlaku. Presiden, yang menyampaikan pidatonya dari sebuah pabrik mainan di negara bagian Pennsylvania, mendesak warga Amerika agar menghubungi wakil-wakil mereka di Kongres untuk memberitahu mereka tentang dampak kerugian sebesar 2.000 dolar itu.

Obama ingin memperpanjang pemotongan pajak hanya untuk rumah tangga Amerika berpenghasilan kurang dari 250.000 dolar per tahun. Partai Republik ingin pemotongan pajak juga berlaku bagi pembayar pajak yang lebih kaya. Senator Orrin Hatch (dari negara bagian Utah) dalam pidato partai Republik Sabtu mengkritik rencana pajak presiden, dengan menyebutnya "tidak serius."

Minggu, 02 Desember 2012 20:31

Hidayah dalam Al-Quran: Tujuan Hidayah

Tujuan Hidayah

Dengan mengkaji ayat-ayat al-Quran seperti "Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk"(1), yang berbicara tentang Hidayah Takwini dengan jelas menunjukkan hidayah ini menunjukkan kepada ukuran atau kadar. Artinya, segala sesuatu dalam Hidayah Takwini bergerak sesuai dengan kadar yang telah ditentukan baginya dan tidak mungkin menentangnya. Gerakan ini apakah terkait dimensi individu atau sebagai kumpulan ciptaan mengarah pada ajal yang telah ditentukan. Karena Allah swt berfirman, "Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan ..."(2)

Ajal yang ditentukan (Ajal Musamma) ini dijelaskan dalam ayat-ayat lain. Sebagai contoh mengenai tibanya ajal yang ditentukan, Allah Swt berfirman, "(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas ..."(3) Begitu juga dalam ayat, "(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit ..."(4)

Sebagaimana tujuan dari Hidayah Takwini setiap makhluk adalah menyampaikannya kepada kesempurnaan yang sesuai dengan dirinya. Tujuan dari Hidayah Takwini seluruh ciptaan Allah adalah menyampikan kesempurnaan keberadaannya dan itu adalah alam akhirat dan terjadinya Ma'ad (hari kebangkitan). Ketika semua ciptaan Allah ini sampai ke titik yang lain dari alam ciptaan Allah di bidang materi maka aktualisasinya berakhir dan di sini Hidayah Takwini berarti petunjuk kepada ciptaan Allah yang bersifat materi berakhir ketika mencapai kesempurnaannya.

Tapi terkait Hidayah Tasyiri'i, sesuatu yang membimbing manusia ke alam akhirat dan di jalur ini disampaikan dengan sejumlah pentakbiran dalam al-Quran. Terkadang disebut dengan Sabil (jalan) seperti di ayat-ayat berikut:

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."(5)

"Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar."(6)

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."(7)

Penggunaan kata Shirat (jalan) adalah yang terbanyak. Sebagai contoh dalam ayat tentang Nabi Musa dan Harun as, Allah Swt berfirman, "Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus."(8) Begitu juga tentang Nabi Ibrahim as, "(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus."(9) Nabi Muhammad Saw sendiri diperkenalkan dalam al-Quran sebagai pemberi hidayah ke jalan yang lurus. Allah Swt menjelaskan, "... Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."(10) Pada akhirnya ada perintah umum yang diajarkan kepada manusia untuk mencari hidayah lewat jalan yang lurus, "Tunjukilah kami jalan yang lurus." (11)

Dengan demikian, Hidayah Tasyri'i adalah menunjuki jalan yang mampu menunjuki seorang pesalik kepada keridhaan, pertemuan dengan Allah dan kebahagiaan akhirat.

Dengan kata lain, Hidayah Tasyri'i adalah bimbingan menuju jalan utama, yakni Shirat Mustaqim dan jalan yang lurus ini yang disebut al-Quran sebagai agama yang benar seperti dalam ayat, "Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar ..."(12)

Agama yang benar dan Shirat Mustaqim ini mencakup akidah yang benar, sebagaimana lanjutan ayat sebelumnya, "... Agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik." Begitu juga mencakup dimensi praktis dalam menyembah Allah Swt, "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus."(13)

Di sisi lain, agama yang benar merupakan tuntutan fitrah manusia yang disebutkan dalam ayat, "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(14)

Kesimpulannya, Hidayah Tasyri'i manusia sesuai benar dengan fitrah manusia dan dapat dikatakan bahwa satu dari tujuan Hidayah Tasyri'i dan perintah agama adalah mengaktualisasikan pengetahuan fitri yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Manusia di jalur keyakinan dan perbuatan serta melaksanakan hukum agama pada dasarnya tengah mengarungi batinnya dan mengaktualisasikan keutamaan batinya di dunia. Dari ucapan Imam Ali as dapat dimengerti bahwa tujuan utama pengutusan para nabi adalah menghilangkan tabir dari fitrah manusia.

"Kemudian Allah mengutus rasul-rasul-Nya dari manusia, mengutus mereka satu persatu demi menuntut perjanjian fitrah manusia, mengingatkan manusia akan nikmat-nikmat Allah yang telah mereka lupakan, menyempurnakan hujjah Allah dengan tablig dan membangkitkan khazanah akal mereka yang terpendam ..."(15)

 

Catatan:

1. QS. al-A'la: 2-3.

2. QS. al-Ahqaf: 3.

3. QS. al-Anbiya: 104.

4. QS. Ibrahim: 48.

5. QS. al-Insan: 3.

6. QS. Ghafir: 38.

7. QS. al-Ankabut: 69.

8. QS. as-Saffat: 118.

9. QS. an-Nahl: 121.

10. QS. as-Shura: 52.

11. QS. al-Fatihah: 6.

12. QS. al-An'am: 161.

13. QS. Yasin: 60-61.

14. QS. ar-Rum: 30.

15. Nahjul Balaghah, Faidh al-Islam, khutbah 1.

 

Sumber: Hedayat dar Quran, Moasseseh Tahqiqat va Nashr Maaref Ahlul Bait as.