Syiah di Palestina

Rate this item
(1 Vote)

Gelombang baru kebangkitan Islam di Eropa bila dicermati lebih banyak dipengaruhi Wahabi-Salafi yang kembali pada pelbagai faktor dan syarat. Namun yang menarik ternyata di Timur Tengah sendiri pengaruh paling besar muncul dari Syiah. Dalam analisa terbaru Barat, mobilisasi umat Islam yang merupakan indikasi kebangkitan Islam punya dua sayap asli; Wahabi dan Syiah. Berbeda dengan Wahabi-Salafi yang selama ini menebarkan aroma kekerasan, Syiah malah menyampaikan wewangian rasa solidaritas dan interaksi antarsesama umat Islam.

Sekalipun indikator utama Syiah adalah menegaskan akan semangat revolusi, namun berdasarkan penegasan berulang kali dari kalangan tokoh Syiah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan dunia Islam, wajah Syiah di Timur Tengah menampakkan wajah tenang dan lebih seimbang. Benar, Syiah tidak pernah menerima agresi dan selalu menampakkan perlawanannya, namun pada saat yang sama ketika menghadapi saudara muslimnya mereka lebih mampu berinteraksi dan mempertajankan persatuan.

Kecenderungan dan simpati akan Syiah di Palestina setelah kemenangan Revolusi Islam tahun 1979 dari hari ke hari semakin meningkat, sama dengan di negara-negara lain sehingga Ahli Sunnah di Timur Tengah mulai menunjukkan kekhawatirannya bila fenomena ini terus berlanjut. Sebagai contoh, Yusuf Qaradhawi, ulama terkenal Ahli Sunnah dalam pertemuan Taqrib Baina Al-Mazahib (Pendekatan antarmazhab) yang dilakukan di Doha, Qatar secara transparan mengkritik kenyataan ini. Ia meminta segera dihentikannya usaha untuk mempopulerkan Syiah di daerah-daerah yang mayoritasnya mengikuti mazhab Ahli Sunnah. Qaradhawi malah mengatakan populernya mazhab Syiah di kalangan rakyat Palestina sebagai "fitnah".

 

Syiah Sepanjang Sejarah Palestina

Latar belakang Syiah di Palestina punya akar dalam sejarah permulaan Islam. Penyebaran syiah di daerah ini terjadi saat Abu Dzar al-Ghifari, sahabat Nabi Muhammad Saw tiba di Syam (Suriah) dan menyebarluaskan pemikiran Imam Ali as di sana. Sejak saat ini Syiah hadir lebih kental dalam sejarah Palestina dan sebagian besar dari penduduknya punya kecenderungan untuk memilih Syiah. Satu lagi dari faktor yang membuat Syiah meluas di Palestina adalah imigrasi kabilah Khuza'ah ke daerah ini. Kabilah Khuza'ah berasal dari Arab selatan yang sebelum kabilah Quraisy mereka sempat menguasai Mekah dan setelah terbentuknya Islam, mereka lalu menjadi pendukung Nabi Muhammad Saw. Dalam berbagai peristiwa bersejarah dalam Islam, peran kabilah Khuza'ah sebagai sekutu Bani Hasyim sangat kental dan satu cabang dari kabilah ini kemudian menuju Palestina dan membangun kota Khuza'ah.

Maqdisi, penulis geografi abad ke-4 Hq dalam karyanya menulis tentang penyebaran Syiah di Palestina. Dalam bukunya Ahsan al-Taqasim Fi Ma'rifah al-Aqalim pada jilid pertama ia menulis, warga Tabariya dan sebagian dari warga Nablus dan al-Quds adalah pengikut Syiah. Sementara Karajiki ulama abad ke-5 juga menulis bahwa seluruh penduduk kota Ramallah di Palestina bermazhab Syiah dan Naser Khosru Dai Esmaili yang wafat tahun 481 dalam catatan perjalanannya menyebut adanya kuburan Abu Hurairah di kota Tabariya dan penduduk di sana tidak punya kecenderungan untuk menziarahinya, karena penduduk Tabariya bermazhab Syiah. Naser Khosru yang tinggal di Palestina hingga tahun 437 menyebut mayoritas penduduk kota al-Quds bermazhab Syiah. Ibnu Jubair yang hidup abad ke-6 dalam catatan perjalanannya menyebut orang-orang Syiah yang tinggal di Palestina termasuk Rafidhi, Imamiyah, Ismailiyah, Zaidiyah dan Nashriyah. Tentu saja dalam periode menurunnya dinasti Fathimiyah di Mesir dan kekuasaan Mesir diambil alih oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang mengambil kebijakan keras terhadap Syiah, proses penyebaran Syiah di Palestina mengalami kemandekan serius dan ini terus berlanjut hingga sebelum Revolusi Islam Iran.

 

Peran Revolusi Islam dalam Penyebaran Syiah di Palestina

Orang-orang Syiah yang berada di Palestina selama bertahun-tahun kekosongan tetap mempertahankan hubungannya dengan Lebanon sebagai satu dari pusat penting Syiah dan setelah kemenangan Revolusi Islam Iran hubungan ini menjadi semakin menguat. Gerakan Jihad Islam sebagai gerakan Syiah dari kelompok-kelompok pejuang Palestina punya hubungan kuat dengan Hizbullah dan Iran. Dengan hubungan ini, Jihad Islam punya peran penting dalam menyebarkan Syiah di negara ini. Syahid Fathi Syaqqaqi, mantan Sekjen Jihad Islam adalah pendukung serius revolusi Islam dan berkali-kali mengumumkan bahwa ia sejak dekade 70-an telah mengenal Islam revolusioner lewat karya-karya Imam Khomeini ra dan Ayatullah Syahid Muhammad Baqir Shadr.

Selain Jihad Islam ada sejumlah gerakan nasional dan agama lainnya yang terbentuk di Palestina dengan warna Syiah yang kegiatan mereka lebih banyak di bidang budaya dan sosial. Setelah kemenangan revolusi Islam, dibentuk sebuah organisasi dengan nama Ittihad al-Syabab al-Islami (Organisasi Pemuda Islam) di Betlehem, sebuah organisasi sosial dengan kinerja dakwah. Organisasi ini membangun poliklinik al-Ihsan, al-Sabil, Rumah Sakit Bedah Niqa al-Dauhah, sekolah al-Niqa dan pusat kegiatan wanita. Selain itu mereka juga menyelenggarakan pendidikan al-Quran di pelbagai masjid dan yayasan. Organisasi ini punya peran sangat penting dalam penyebaran Syiah di Palestina.

Kelompok lain yang aktif dalam mendakwahkan Syiah adalah al-Harakah al-Islamiyah al-Wathani (Gerakan Islam Nasionalis) yang dengan Syiahnya Muhammad Abu Samarah dan beberapa anggota lainnya akhirnya mereka bergabung dengan Gerakan Jihad Islam. Gerakan Islam Nasionalis mendirikan yayasan dengan nama Pusat Riset al-Quds untuk aktivitas tablig mereka. Pusat Syiah lainnya di Betlehem dikelola oleh Muhammad al-Syahhadah, satu dari pendukung Gerakan Jihad Islam yang memiliki saham besar dalam penyebaran Syiah. Namun dari semua organisasi yang ada, Organisasi al-Ja'fariyah merupakan yayasan paling aktif dalam mendakwahkan Syiah yang dibentuk di bawah pengawasan Ustad Asyraf Amunah. Yayasan ini membawahi sejumlah kelompok yang aktif melakukan kegiatan mereka di Huseiniah al-Rasul al-‘Azham.

 

Mustabshir, Pengikut Baru Syiah

Selain aktivitas organisasi, ada gelombang baru Syiah dengan nama mustabshir atau pengikut baru Syiah di Timur Tengah yang sangat berperan penting dalam penyebaran Syiah di kawasan. Sebagian pengikut baru Syiah ini berasal dari ulama Ahli Sunnah Palestina yang setelah mengkaji karya-karya Syiah akhirnya meyakini kebenarannya seperti Syeikh Muhammad Abdul'al. Ia setelah bertahun-tahun mengkaji mazhab Syiah. Dalam sebuah wawancaranya ia mengatakan, "Satu dari buku paling penting yang saya baca adalah al-Muraja'at. Buku itu memberikan informasi banyak namun itu tidak menambah keimanan saya. Ada satu kejadian yang membuat semua mencapai puncaknya dan menyebabkan saya menerima jalan wilayah Ahlul Bait as. Suatau hari di tempat pejalan kaki, saya duduk di depan satu toko milik famili saya, sebuah toko kecil. Saya mendengar si pemilik toko memerintahkan satu dari cucunya untuk menjaga toko sementara waktu, hingga ia selesai melaksanakan shalat Asar. Pada waktu tiba-tiba saya tersadar dan berpikir, bagaimana mungkin seseorang membiarkan begitu saja tokonya untuk melaksanakan shalat? Pasti ia menyerahkan tokonya kepada orang yang dapat melindungi hartanya. Nah, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Saw membiarkan umatnya tanpa pengganti! Demi Allah, pasti tidak demikian."

Muhammad Syahhadah warga Palestina dan seorang pejuang saat menyelesaikan hari-hari tahanannya di penjara rezim Zionis Israel banyak melakukan kajian dengan orang-orang Syiah Lebanon di sel-sel penjara itu yang berujung pada penerimaannya akan kebenaran Syiah dan menerimanya sebagai mazhabnya. Ia satu dari pendakwah lantang mazhab Ahlul Bait kepada masyarakat Palestina. Dalam wawancaranya ia mengatakan bahwa saat ia menerima Syiah sebagai mazhabnya tidak ada hubungannya dengan politik.

Ia bercerita, "Penerimaan saya terhadap Syiah tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah politik. Saya sama seperti umat Islam lainya yang bangga akan kemenangan Hizbullah Lebanon. Namun ini tidak berarti faktor politik yang membuat saya menerima Syiah, tapi semua ini kembali pada akidah Ahlul Bait yang akhirnya membuat saya menerimanya, tanpa dipengaruhi faktor lain. Jalan Ahlul Bait adalah jalan yang benar yang saya yakini."

Read 4505 times