Karavan Asyura: Aku Tidak Takut Mati Dalam Kebenaran!

Rate this item
(0 votes)
Karavan Asyura: Aku Tidak Takut Mati Dalam Kebenaran!

Bulan Muharam Tiba dan umat Islam semakin antusias memeringati hari-hari berkabung untuk Imam Husein as dan sahabatnya. Berikut ini dua peristiwa di hari pertama dan kedua bulan Muharam tahun 61 Hijriah Qamariah yang terjadi pada Imam Husein as dan para sahabatnya.

Bertemu dengan pasukan Hurr ar-Riyahi

 

Imam Husein as di hari pertama bulan Muharam bertemu dengan pasukan Hurr ar-Riyahi. Beliau memberi minum pasukan Hurr hingga kenyang.

 

Diriwayatkan bahwa tampaknya pada awal Muharam karavan Imam Husein as bergerak dan pagi harinya beliau memerintahkan para sahabatnya untuk memenuhi semua tempat air lalu bergerak. Tiba-tiba seorang sahabatnya mengucapkan takbir dengan nada tinggi dan mengatakan ada kebun korma terlihat dari jauh.

 

Imam Husein bertanya, “Apa yang engkau lihat?”

 

Sebagian berkata, “Yang engkau lihat bukan kebun korma. Telinga kuda terlihat sedemikian rupa menyerupai pohon korma.”

 

Mereka semakin dekat dan ternyata jumlah mereka ada 1000 pasukan penunggang kuda yang dipimpin oleh Hurr. Mereka datang dengan perintah Ubaidullah bin Ziyad.

 

Imam Husein as berkata kepada para sahabatnya, “Jamu dan beri minum mereka yang haus.”[1]

 

Hingga hari kedua bulan Muharam, Hurr memaksa Imam Husein as dan karavannya untuk dibawa ke Kufah. Imam Husein as dan Hurr terlibat dialog. Ketima tiba waktu salat, Imam Husein as melaksanakan salat dan pasukan Hurr menjadi makmum beliau.

 

Setelah menunaikan salat Zuhur dan Asar, Imam Husein as bangkit dan berkhotbah menasihati mereka. Sementara Hurr tetap bersikeras dengan sikapnya menurut perintah yang disampaikan kepadanya, Imam Husein as tidak menerima keinginannya.

 

Hurr berkata kepada Imam Husein as, “Bila engkau tetap menolak dan bersikeras dengan sikapmu, engkau dan mereka yang bersamamu akan terbunuh.”

 

Dalam kondisi itu, Imam Husein as mengutip puisi dari sahabatnya dan berkata, “Engkau menakut-nakutiku dengan kematian? Ksatria tidak takut mati. Apalagi bila harapannya adalah kebenaran, ingin membela kebenaran dan berjihad...”

 

Ketika Hurr mendengar syair itu, ia minggir dan bergerak bersama pasukannya. Imam Husein as dan karavannya juga bergerak hingga tiba di tempat pemberhentian bernama Bidhah.

 

Demi menyempurnakan hujjahnya, Imam Husein as berkhutbah dan menjelaskan tujuannya. Sambil mengutip sabda Rasulullah Saw yang berkata, “Barangsiapa yang memandang penguasa zalim yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan membatalkan janjinya, maka wajib bagi umat Islam untuk bangkit memrotesnya.”[2]

 

Dalam perjalanan ketika Imam Husein as berangkat dari Mekah pada hari kedelapan bulan Dzulhijjah hingga tiba di Karbala, beliau banyak bertemu dengan orang-orang dan pelbagai karavan.

 

Salah satunya adalah pertemuan dengan Abdurrahman Hurr. Imam Husein as memintanya agar bergabung dengan karavan Karbala, tapi ia menolak. Namun menawarkan kudanya untuk dipakai Imam Husein as.

 

Imam Husein as menolak tawaran itu.

 

Di akhir waktu malam, beliau meminta para pemuda untuk mengisi tempat-tempat air. Setelah itu beliau mememerintahkan karavan untuk berangkat dari tempat peristirahatan Qashr bani Muqatil. Mereka bergerak, sementara Imam Husein as sempat tertidur di atas kudanya dan kemudian terbangun. Beliau berkata, “Innaa Lillaahi wa Innaa Illaihi Raaji’uun. Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.” Beliau dua atau tiga kali mengulangi ucapan tersebut.

 

Ali Akbar, anak Imam Husein as menemui ayahnya dan bertanya tentang maksud dari apa yang dikatakannya.

 

Imam Husein as menjawab, “Anakku! Saya melihat di alam mimpi ada seorang penunggang kuda berkata kematian mendatangi anggota karavan dan anggota karavan bergerak cepat menuju kematian.”

 

Ali Akbar bertanya, “Wahai ayah! Apakah kita berada pada kebenaran?”

 

Imam Husein as menjawab, “Anakku! Kita dalam kebenaran dan kembalinya semua manusia kepada Allah.”

 

Ali Akbar berkata, “Wahai ayah! Kalau begitu kita tidak takut bila haus mati dalam kebenaran.”

 

Imam Husein as begitu gembira mendengar ucapan anaknya dan mendoakannya.[3]

 

Ketika Subuh tiba, anggota karavan menunaikan salat Subuh dan kemudian mulai bergerak. (Saleh Lapadi)

 
[1]. Al-Irsyad, Syeikh Mufid, cet 1, Qom, Alul Bait, 1414 HQ, jilid 2, hal 77-78.
[2]. Ibid, hal 82.
[3]. Ibid, jilid 2, hal 83-84.

Read 2014 times