Harga Minyak "Rebound" Didukung Data Ekonomi Jerman dan Cina

Rate this item
(0 votes)

Harga minyak "rebound" atau berbalik naik pada Kamis (Jumat pagi WIB) dari tingkat terendah dua tahun di New York, didorong data ekonomi Cina dan Jerman serta laporan pengurangan pasokan Arab Saudi.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, naik 1,57 dolar AS menjadi ditutup pada 82,09 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Kontrak berjangka WTI pada Rabu (22/10) ditutup di tingkat terendah sejak akhir Juni 2012, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, melonjak 2,12 dolar AS menjadi menetap di 86,83 dolar AS per barel di perdagangan London.

"Harga minyak memperlihatkan perubahan arah yang kuat pada hari ini karena berita Arab Saudi memangkas pasokan minyak mentah ke pasar pada September, dan tanda-tanda dari Cina dan Jerman bahwa situasi pertumbuhan global mungkin tidak sesuram seperti yang diperkirakan," kata analis CMC Markets, Jasper Lawler.

Indeks pembelian manajer (PMI) awal manufaktur Cina dari raksasa perbankan Inggris HSBC menunjukkan sedikit kenaikan, menjadi 50,4 pada Oktober dari 50,2 pada September, mengurangi kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi di konsumen energi terbesar dunia itu.

Sementara itu, PMI dari Markit untuk Jerman naik menjadi 54,3 pada Oktober dari 54,1 pada September, dengan manufaktur naik pada laju tercepat dalam tiga bulan tetapi masih jauh di bawah tingkat yang terlihat pada awal tahun ini.

Kontrak WTI juga diuntungkan dari penguatan saham-saham di Wall Street didukung laporan laba perusahaan yang baik, kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.

"Beberapa di antaranya mungkin juga sebuah rebound. Kami menguji 80 dolar AS, dalam lima sen," kata Lipow.

Pada Rabu pasar merosot setelah pemerintah AS melaporkan peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah, 7,1 juta barel, pekan lalu di Amerika Serikat, konsumen terbesar minyak mentah.

 

"Fundamental minyak bearish memverifikasi perlambatan dalam permintaan minyak AS, menyusul data ekonomi makro AS yang sedikit membaik baru-baru ini," kata analis Sucden, Myrtoan Sokou.

Read 1315 times