Peran AS dalam Gelombang Baru Kebangkitan Daesh di Irak

Rate this item
(0 votes)
Peran AS dalam Gelombang Baru Kebangkitan Daesh di Irak

 

Milisi teroris Daesh menyerang pasukan Al-Hashd Al-Shaabi dan sejumlah fasilitas publik di Irak yang menandai gelombang baru kebangkitan kelompok teroris tersebut di negara Arab ini.

Serangan yang dilancarkan milisi teroris terhadap pasukan Al-Hashd Al-Shaabi Sabtu dini hari di wilayah selatan Tikrit dan utara Samarra di provinsi Salahuddin menewaskan 10 anggota pasukan relawan rakyat Irak, dan melukai empat lainnya.

Milisi teroris Daesh terus melanjutkan aksinya dengan menyerang pos keamanan polisi di timur laut Diyala yang menyebabkan 13 orang petugas keamanan Irak tewas dan terluka.

Tidak hanya itu, Daesh juga melancarkan serangan terhadap fasilitas publik Irak seperti menara listrik. Hatem al-Tamimi, Wakil Gubernur al-Maqdadiyah di provinsi Diyala hari Jumat (1/5/2020) mengatakan kelompok teroris Daesh meledakkan dan menghancurkan tower transmisi listrik di sekitar daerah al-Maqdadiyah, Jawad al-Bashu dan Wadi Salab di provinsi Diyala.

Eskalasi serangan yang dilancarkan Daesh di Irak menunjukkan gelombang baru kebangkitan kelompok teroris ini berkaitan dengan tiga faktor penting. 

Pertama, milisi teroris Daesh menargetkan desa-desa terlantar yang ditinggalkan penghuninya di perbatasan antara Diyala dan Salahuddin untuk melancarkan operasi barunya. Di satu sisi, desa-desa ini tidak berpenghuni, dan di sisi lain, pasukan keamanan Irak kurang memperhatikan desa-desa tersebut, sehingga Daesh dengan mudah menguasainya. Oleh karena itu, komandan mobilisasi pasukan suku Irak mengumumkan bahwa desa-desa tersebut harus dibersihkan dari keberadaan milisi teroris Daesh.

Kedua, gelombang baru serangan Daesh di Irak meningkat ketika rakyat negara ini mendesak penarikan pasukan AS. Parlemen Irak mengesahkan undang-undang penarikan pasukan AS pada 5 Januari 2020, yang terjadi tepat dua hari setelah militer AS melancarkan serangan pengecut terhadap Syahid Solaemani dan Abu Mahdi Al Muhandis bersama sejumlah pejuang lainnya. 

Selama beberapa bulan terakhir, rakyat dan berbagai kelompok di Irak menyuarakan penarikan pasukan AS dan mengimplementasikan keputusan parlemen negaranya.

Berbagai kalangan di Irak meyakini gelombang baru kebangkitan Daesh di Irak dikoordinasikan oleh Amerika Serikat. Washington berupaya mengirim pesan kepada rakyat, militer dan pemerintah Irak bahwa serangan kelompok teroris akan meningkat, jika pasukan AS ditarik dari negara Arab ini.

Ali Al Husseini, Komandan Al-Hashd al-Shaabi Irak baru-baru ini mengatakan gelombang serangan terbaru Daesh didukung AS demi membalas rencana pengusiran pasukannya dari negara ini.

Fakta di lapangan menunjukkan penemuan senjata dan amunisi buatan AS di markas kelompok teroris Daesh yang berhasil dibersihkan oleh pasukan Irak dan Al Hashd Al-Shaabi.

Ketiga, gelombang baru kebangkitan Daesh di Irak secara langsung berkaitan dengan situasi politik yang rapuh di negara Arab ini. Hingga kini kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mustafa al-Kazemi belum terbentuk. Kekosongan politik menjadi peluang terbaik bagi kelompok teroris Daesh untuk tumbuh dan berkembang.

Pada saat yang sama, pemerintah Irak juga disibukkan dengan pandemi global virus corona yang menjalar di negara ini. Lebih dari semua itu, AS menjadi pihak yang sedang mengail ikan di air keruh atas terjadinya gelombang baru kebangkitan Daesh di Irak yang didukung langsung Washington.(PH)

Read 514 times