Upaya AS Memperpanjang Embargo Senjata Iran

Rate this item
(0 votes)
Upaya AS Memperpanjang Embargo Senjata Iran

 

Amerika Serikat meluncurkan sebuah kampanye internasional untuk melawan peningkatan kekuatan pertahanan dan militer Republik Islam Iran. AS saat ini berusaha mencegah penghapusan embargo senjata terhadap Iran, yang akan berakhir pada 18 Oktober 2020 berdasarkan resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB.

Para diplomat senior AS dalam pertemuan virtual Dewan Keamanan, berusaha meyakinkan negara lain lewat argumentasinya dengan harapan mereka mendukung rencana Washington tentang perpanjangan embargo senjata Tehran.

Wakil Khusus AS untuk Urusan Iran, Brian Hook dan Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft pada Rabu (24/6/2020) melakukan lobi dengan para anggota Dewan Keamanan mengenai rancangan resolusi baru.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan kedua diplomat tersebut sedang melakukan penjajakan virtual dengan 14 anggota lain Dewan Keamanan tentang aktivitas Iran di kawasan termasuk serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi, dan mereka mendorong perpanjangan embargo senjata terhadap Republik Islam.

Iran membantah terlibat dalam serangan itu, sementara kubu perlawanan Yaman secara terbuka menerima tanggung jawab atas serangan drone dan rudal ke Arab Saudi.

Brian Hook mengatakan embargo senjata terhadap Iran sudah dipertahankan sejak 2007 dan Dewan Keamanan harus satu suara dalam merespons "kekhawatiran" mengenai pengiriman senjata oleh Iran.

Namun, para pakar dan analis menjelaskan peluang Washington untuk berhasil dalam kasus ini sangat kecil. Menurut majalah Foreign Policy, draft resolusi yang diajukan AS kecil kemungkinan akan diterima oleh 15 anggota Dewan Keamanan PBB.

Seorang diplomat Barat kepada Foreign Policy, menuturkan bahwa draft resolusi AS bahkan akan gagal meraih sembilan suara setuju sehingga memaksa Rusia dan Cina untuk menggunakan hak vetonya.

Ilustrasi Dewan Keamanan PBB.
Sebuah draft resolusi dapat diratifikasi dengan dukungan minimal sembilan suara dan tidak ada veto dari lima anggota tetap Dewan Keamanan yaitu Amerika, Rusia, Cina, Inggris, atau Prancis.

Resolusi usulan AS mendesak larangan penjualan, penawaran, atau transfer senjata atau barang-barang terkait oleh Iran. Resolusi juga melarang negara lain menjual atau mengirimkan senjata atau barang-barang terkait kepada Iran kecuali dengan persetujuan sebuah komite di Dewan Keamanan.

AS menyerukan embargo senjata tanpa batas waktu terhadap Iran. Mereka mengaku akan menggunakan semua instrumen yang dimilikinya untuk memperpanjang embargo senjata ini.

Pemerintahan Trump menyadari bahwa Rusia dan Cina akan menolak resolusi tersebut. Para pejabat Washington mengancam kedua kekuatan yang menjadi rival internasional Amerika ini.

Brian Hook kepada kantor berita Reuters, mengatakan jika Rusia dan Cina tetap menentang upaya AS untuk memperpanjang embargo senjata Iran, mereka akan dikucilkan di PBB.

Washington mengira bahwa ancaman seperti itu akan membuat Moskow dan Beijing bersikap kompromi dalam masalah penegakan resolusi 2231 Dewan Keamanan termasuk penghapusan embargo senjata Iran. Namun, mereka mengambil sikap tegas dan tidak berniat berkompromi dengan Amerika.

Presiden Iran Hassan Rouhani telah meminta Rusia dan Cina untuk melawan konspirasi Amerika.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Rabu kemarin, memperingatakan bahwa jika embargo senjata Iran tidak diperpanjang, AS secara sepihak akan menegakkan sanksi-sanksi yang ditangguhkan oleh Dewan Keamanan PBB.

Dalam menanggapi ancaman itu, Rusia dan Cina menegaskan bahwa AS tidak punya hak melakukan itu karena mereka telah meninggalkan perjanjian nuklir JCPOA pada Mei 2018.

Saat ini Dewan Keamanan PBB menjadi arena konfrontasi AS dengan kekuatan-kekuatan internasional penentang hegemoni dan arogansi Paman Sam. Jelas bahwa setiap suara di Dewan Keamanan akan memiliki implikasi penting terhadap nasib JCPOA dan tatanan dunia internasional. 

Read 470 times