Mahathir dan Khatami Tuntut Sunni dan Syiah Hentikan Konflik

Rate this item
(0 votes)

Menurut Kantor Berita ABNA, mantan Perdana Menteri Malaysia (1981-2003) DR. Mahathir Mohammad dan mantan Presiden Republik Islam Iran (1997-2005) Sayyid Muhammad Khatami Rabu (22/5) mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk menghentikan segala bentuk perselisihan dan pertikaian antar sesama muslim dengan dalih adanya perbedaan mazhab, utamanya konflik Sunni-Syiah.

"Saya tidak menuntut Sunni dan Syiah bersepakat dalam tafsiran sesama mereka. Melainkan meminta Sunni dan Syiah berhenti untuk saling bertikai dan membunuh satu sama lain hanya karena beda dalam menafsirkan teks-teks agama." kata Mahathir Mohammad dalam pertemuan Internasional yang diselenggarakan organisasi International Movement for a Just World (JUST), Putrajaya di Malaysia.

"Tentu akan sangat buruk bagi Islam dan keamanan masyarakat muslim jika pertikaian terus berlarut-larut. Kita perlu paham disetiap agama manapun terdapat berbagai tafsiran yang berbeda." tambah Mahathir yang pernah menjadi pemimpin negara Islam yang berpenduduk mayoritas Sunni tersebut.

Sementara itu, Mantan Presiden Republik Islam Iran Sayyid Muhammad Khatami dalam penyampaiannya yang disiarkan melalui video rekaman dalam pertemuan tersebut menyatakan, "Pemikir muslim, ulama dan cendekiawan, serta tokoh-tokoh politik dan ulama agama tertentu, hendaklah saling bergandengan tangan untuk mengecam dan mengutuk berbagai aksi kekerasan yang mengatasnamakan mazhab tertentu."

Desakan dan tuntutan bersama kedua mantan pemimpin negara mayoritas Sunni dan Syiah tersebut dilatarbelakangi atas kesadaran terjadinya pertikaian dan pertumpahan darah dalam tubuh umat Islam hanya akan melemahkan kaum muslimin sendiri dan menciderai citra Islam dimata umat non muslim terutama bagi mereka yang memang sejak awal antipati dan phobia terhadap Islam. Adanya aksi pembunuhan atas nama Islam hanya akan menjadi bahan rujukan bagi mereka untuk semakin menyudutkan dan membuat stigma negatif mengenai Islam dan kaum muslimin.

Dalam beberapa pekan terakhir, aksi teror dan kekerasan di Irak, Afghanistan, Pakistan dan beberapa negara mayoritas muslim lainnya semakin memanas dan meningkat. Dalam aksi teror berupa peledakan bom, penyerangan massal, maupun tembakan gelap dari para sniper telah menelan korban ribuan jiwa manusia yang tidak berdosa.

Presiden JUST Dr. Chandra Mudzaffar turut mendedahkan hal yang sama dalam pertemuan tersebut dengan mengatakan, "Musuh-musuh Islam sedang bertepuk tangan mengamati pertikaian yang berlarut-larut ini. Mereka tentu gembira dan bersenang hati, sebab skenario mereka untuk menghancurkan Islam berjalan dengan baik. Dengan adanya konflik Sunni-Syiah, program-program mereka berjalan dengan sendirinya. Mereka tidak perlu menghamburkan banyak biaya dan peluru sebab ada diantara kaum muslimin sendiri secara sadar atau tidak telah menjadi kaki-kaki tangan mereka."

"Musuh-musuh Islam sudah telah banyak menciderai kita. Semestinya kita bersatu dalam menghadapi mereka. Diserang oleh mereka yang mengaku muslim, bahayanya menjadi dua kali lipat lebih besar dibanding diserang oleh mereka yang memang mengaku anti Islam." Tambahnya.

Berikut adalah teks yang disebutkan telah ditandatangani oleh kedua tokoh negara yang mewakili penduduk muslim Sunni dan Syiah:

Kami yang bertandatangan di bawah ini, sangat menyesalkan terjadinya berbagai aksi kekerasan dan pertumpahan darah yang diklaim ditimbulkan karena perbedaan Sunni-Syiah yang telah terjadi dari masa ke masa. Ribuan nyawa telah menjadi korban terbunuh dalam pertikaian antara keduanya yang terjadi di beberapa negara muslim. Sungguh tragis, sebab korban jiwa justru mayoritas dari kalangan perempuan dan anak-anak.

Adanya perselisihan dan konflik berdarah antara Sunni-Syiah tentu akan melemahkan umat Islam. Hal tersebut hanya akan menjerumuskan kaum muslimin dalam permainan elemen asing yang bertekad untuk menghancurkan persatuan dan keutuhan umat Islam. Yang dengan demikian umat Islam akan terus berada dalam hegemoni dan penguasaan mereka.

Tidak dapat dipungkiri, konflik berdarah Sunni-Syiah telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit, telah mencemarkan nama baik Islam dan umat Islam di mata dunia. Kejadian-kejadian belakangan ini memberi dampak negatif terhadap perkembangan dakwah.

Dengan berpedoman pada hal tersebut, kami menuntut dan mendesak semua pengikut Sunni dan Syiah di seluruh dunia untuk bersatupadu sebagaimana satunya keimanan kita kepada Allah SWT, taat pada pedoman dan petunjuk Al-Qur'an yang sama, menghormati Rasul terakhir dan menghadap kiblat yang sama dengan menghentikan segala bentuk aksi kekerasan dan saling memerangi satu sama lain.

Tidak ada lagi kekerasan

Tidak ada lagi pertumpahan darah

Tidak ada lagi pembunuhan

Kami berdua (Mantan Perdana Menteri dari negara yang mayoritas berpenduduk Sunni, dan juga mantan Presiden negara yang mayoritas berpenduduk Syiah) turut mengajukan tuntutan ini kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang mewakili seluruh kaum muslimin apapun mazhab dan doktrin keyakinannya. OKI diharap dapat membentuk komisi khusus yang bertugas untuk mengkaji perbedaan Sunni-Syiah secara mendalam dan memberikan solusi konkrit kepada para pemimpin politik dan tokoh-tokoh agama umat Islam untuk menyelesaikan masalah ini.

Kami juga meminta dengan ikhlas, kepada setiap individu kaum muslimin di seluruh dunia untuk menyertai kami dalam usaha ini demi menghentikan kekerasan dan pertumpahan darah, di samping menjamin terciptanya rasa aman dan kesepahaman antara Sunni dan Syiah.

Rekomendasi bersama ini akan disebarkan secara meluas terutama melalui media-media massa. Kami akan mengikuti perkembangan selanjutnya setelah rekomendasi bersama ini dibuat.

Semoga Allah membimbing kita dalam semua usaha untuk berkhidmat kepada-NYa.


Read 1619 times