Tafsir Al-Quran, Surat At-Taubah Ayat 48-51

Rate this item
(1 Vote)

Ayat ke 48

 

Artinya:

Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya. (9: 48)

 

Sebelumnya telah disinggung sisi-sisi agitasi kaum Munafikin dalam urusan perang melawan musuh. Sudah jelas juga bahwa justru kehadiran mereka di medan perang antara hak dan batil akan melemahkan semangat juang barisan Muslimin, menciptakan perpecahan dan keraguan di kalangan pasukan Islam. Ayat ini menyatakan, sebelum ini juga pernah terjadi di berbagai kancah dan peristiwa dalam masyarakat. Mereka dengan lihainya menunjukkan penyimpangan hakikat yang ada untuk menipu masyarakat, bahkan mempecundangi para pemimpin dan pemuka masyarakat.

 

Menyebarkan fitnah, menciptakan perpecahan, menyimpangkan hakikat, menebar isu dan sensasi, membuat berita-berita palsu yang tidak berdasar merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang Munafikin untuk menjaga posisi dan kepentingannya dalam masyarakat. Karena itu, pemimpin masyarakat Islam harus sepenuhnya jeli, waspada dan tanggap atas pengaruh negatif perkara-perkara semacam ini. Kewaspadaan harus tetapi dijaga, sekalipun Allah Swt akan membongkar kebusukan ini dan menampakkan hakikat yang sebenarnya, sekaligus masalah ini akan membuat orang-orang munafikin menjadi ketakutan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Bila terjadi fitnah dan perpecahan di kalangan masyarakat, maka perlu mewaspadai gerak-gerik orang-orang Munafik.

2. Berbagai bantuan Allah, berbarengan dengan terbongkar dan terantisipasinya peran orang-orang Munafik, sekalipun seluruh konspirasi telah dilakukan, namun Islam terus maju dan berkembang.

 

Ayat ke 49

 

Artinya:

Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (9: 49)

 

Salah satu alasan dan justifikasi yang diketengahkan oleh orang-orang Munafik agar tidak pergi ke medan perang Tabuk adalah ketakutan dan kekhawatiran. Mereka sangat khawatir bila saat melihat anak-anak perempuannya. Mereka merasa berdosa menelantarkan anak-anak perempuannya. Karena itu mereka minta izin untuk tidak ikut pergi ke medang perang. Dengan demikian, mereka bisa terhindar dari fitnah ini. Sementara al-Quran al-Karim dalam menjawab alasan orang-orang munafik semacam ini mengatakan, "Justru mereka yang melarikan diri dari medan perang itulah yang telah melakukan dosa terbesar dan fitnah. Karena mereka akan dianggap sok suci dan mencari-cari alasan yang tidak berdasar, bahkan akan mendapatkan siksa dan dicap sebagai orang tidak beragama.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Medan perang akan menjadi wahana ujian, sehingga dapat diketahui siapa yang benar mengaku Islam dan siapa yang berbohong dalam hal ini.

2. Ada sebagian orang yang lebih suci ternyata juga ikut berjuang, sementara mereka yang mengaku Islam, tapi justru mencari-cari alasan untuk meninggalkan medan perang dengan alasan ingin menjauhi dosa.

 

Ayat ke 50

 

Artinya:

Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira. (9: 50)

 

Ayat ini memperjelas wajah sebenarnya dan berbagai motivasi terselubung orang-orang munafik. Ayat ini mengatakan, "Apabila mereka tidak berangkat ke medan perang Tabuk atau mereka tidak suka orang lain berangkat menuju medan jihad fi sabilillah, itu artinya mereka tidak suka kalian menang dari musuh. Karena kemenangan umat Islam dari musuh-musuhnya senantiasa membuat orang-orang Munafik tidak senang. Sebaliknya, bila kalian menderita kekalahan, dengan bangga mereka akan berkata bahwa kami sejak awal telah memprediksi akan kekalahan ini. Itulah mengapa kami tidak ikut dalam perang. Pernyataan ini seakan menunjukkan mereka dapat memprediksikan sesuatu yang akan terjadi pada masa depan dan melakukan sesuatu berdasarkan prediksi itu."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Berbagai penafsiran dan analisa setelah perang, mengindikasikan mengenai keragaman pandangan beberapa orang mengenainya. Karena itu kita dapat mengenali dengan jelas pada posisi kawan dan lawan.

2. Dalam beberapa pertempuran, Nabi Saw terkadang memperoleh kemenangan dan juga menderita kekalahan. Akan tetapi kekalahan yang diderita oleh Nabi bukan menunjukkan salah dan batilnya jalan yang ditempuh oleh beliau. Tapi hal itu disebabkan lemahnya semangat dan ketidakmampuan kaum Muslimin pada saat itu.

 

Ayat ke 51

 

Artinya:

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal". (9: 51)

 

Ayat ini merupakan jawaban telak kepada mereka yang dengan bangga dan sombongnya menghina dan mengecilkan orang-orang Mukmin. Disebutkan bahwa dengan kecerdasan dan keahlian strategi yang dimiliki, mereka dapat memprediksikan suatu yang akan terjadi di masa mendatang. Sedang Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt untuk mengumumkan sikap orang-orang Munafik yang mencari kesempatan untuk tidak ikut berperang. Sementara mengenai alasan kaum Muslimin yang berperang disebutkan mereka pergi bukan untuk mencari dunia atau mengusai orang lain. Oleh karenanya, kalian wahai orang-orang Munafik, tidak perlu bersusah payah untuk menganalisa kekalahan kami.

 

Hal itu disebabkan karena umat Islam merasa dirinya adalah hamba Allah yang berperang untuk mencari ridha Allah Swt. Sementara mana yang maslahat pasti ditetapkan oleh Allah, apakah itu kemenangan atau kekalahan. Dengan demikian, untuk melakukan jihad fi sabilillah kita harus menyiapkan sarana dan fasilitas, setelah itu bertawakal kepada-Nya. Dengan menyebut nama Allah umat Islam berangkat menuju medan perang

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kaum Muslimin meski telah melaksanakan tugas-tugas mereka, namun tetap tidak bisa menjamin hasil. Jihad fi sabilillah merupakan suatu tugas terlepas dari apa hasilnya.

2. Mati dan hidup manusia tetap di tangan Allah Swt. Tidak mesti yang maju ke medan perang pasti terbunuh. Karena mereka yang tinggal di dalam rumah pun tidak akan bebas dari kematian.

Read 3762 times