Tafsir Al-Quran, Surat At-Taubah Ayat 74-79

Rate this item
(3 votes)

Ayat Ke-74

 

 

يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ مَا قَالُوا وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ وَهَمُّوا بِمَا لَمْ يَنَالُوا وَمَا نَقَمُوا إِلَّا أَنْ أَغْنَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنْ يَتُوبُوا يَكُ خَيْرًا لَهُمْ وَإِنْ يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَمَا لَهُمْ فِي الْأَرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (74)

 

Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (9: 74)

 

Ayat ini menyinggung bagian lain dari tanda dan ciri-ciri khusus orang-orang Munafik dengan mengatakan, "Mereka selalu berkata dengan perkataan yang bernuansa kekufuran, namun mereka menampakkan keislaman secara lahiriah. Meskipun mereka sedang berada di dekat Nabi Saw sekalipun, mereka tidak segan-segan bersumpah bahwa mereka tidak mengatakan sesuatu apapun. Kekufuran orang-orang Munafik tidak saja tampak dari pembicaraan mereka, melainkan juga dari perbuatan. Sekelompok orang munafik pernah berencana membunuh Nabi dengan cara menakut-nakuti unta beliau agar unta itu ketakutan dan lari pontang-panting, sehingga Nabi bisa terjatuh. Akan tetapi, konspirasi jahat itu telah diketahui sebelum terlaksana sehingga niat mereka tidak tercapai.

 

Lanjutan dari ayat ini mempertanyakan mengapa orang-orang Munafik sedemikian besar menaruh dendam terhadap Nabi dan kaum Mukminin? Bukankah orang-orang Munafik itu setelah memeluk Islam tetap berhasil meraih harta dan kedudukan? Bukankah mereka juga mendapatkan bagian dari rampasan perang?

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sumpah palsu adalah sebagian dari ciri-ciri orang-orang Munafik. Karena itu berhati-hatilah agar kita tidak terkena sifat jelek kaum Munafik ini.

2. Orang-orang Munafik adalah salah satu di antara kelompok yang akan menerima azab Allah di dunia. Allah akan menjadikan mereka hidup dalam kebingungan, ketakutan, dan kegelisahan dan inilah salah satu bentuk azab dan siksaan dari Allah Swt.

 

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آَتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ (75) فَلَمَّا آَتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (76)

 

Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. (9: 75)

 

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (9: 76)

 

Dalam sebagian riwayat disebutkan, salah seorang sahabat dari kalangan Anshar memohon kepada Nabi Muhammad Saw agar beliau mau mendoakannya menjadi orang kaya. Rasul bersabda bahwa harta yang sedikit bila disyukuri itu lebih baik daripada kekayaan yang berlimpah, namun tidak puas dan tidak disyukuri. Akan tetapi sahabat tersebut berkata, "Ya Rasulullah! Aku berjanji, bila Allah Swt menganugerahkan kekayaan kepadaku, aku pasti akan menunaikan kewajibanku." Setelah didoakan oleh Rasul, kekayaan orang itu terus bertambah, sehingga sampai pada suatu waktu, dia tidak lagi mengikuti shalat berjamaah dan bahkan menolak untuk membayarkan zakat.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Apabila manusia tidak menggunakan kesadaran dan ilmu pengetahuan, maka berbagai karunia dan nikmat Allah yang telah dimilikinya justru akan menjadi bencana. Oleh karena itu, janganlah kita menjadi orang yang tidak bersyukur dan selalu ingkar janji.

2. Harta kekayaan yang tidak pernah dikeluarkan zakatnya tidak akan bisa menjadi sarana untuk mencapai kebahagiaan, dan bahkan akan menjadi musibah bagi pemiliknya.

 

فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (77)

 

Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. (9: 77)

 

Ayat ini menyinggung masuknya sifat kemunafikan ke dalam hati manusia, dengan mengatakan, "Mengucapkan janji palsu kepada Allah Swt merupakan unsur yang bisa menjauhkan manusia dari iman dan bahkan menjadi penyebab dari masuknya sifat munafik ke dalam jiwa manusia. Sebagian sahabat Nabi Saw telah terkena penyakit ini sehingga iman mereka menjadi lenyap.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Munafik dalam bertutur kata dan bersikap, sedikit demi sedikit akan menyebabkan masuknya sifat kemunafikan ke dalam hati dan jiwa manusia.

2. Berbuat bakhil kepada orang-orang fakir miskin, akan menjadi unsur yang bisa menyebabkan manusia itu celaka dan menerima bencana di dunia ini.

 

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (78) الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (79)

 

 

Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib. (9: 78)

 

(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. (9: 79)

 

Pada ayat-ayat sebelumnya, telah dipelajari bahwa orang-orang munafik enggan dan bakhil membayar zakat. Kedua ayat ini mengatakan, "Mereka tidak saja enggan melaksanakan kewajiban mereka, namun bahkan mengejek dan menghina orang-orang Mukmin yang rela menyumbangkan harta di luar zakat, demi membantu muslim yang akan ke medan perang. Orang-orang Munafik itu menuduh bahwa bantuan yang dikeluarkan oleh orang-orang Mukmin adalah bantuan yang disertai riya dan pamrih. Mereka bahkan mencibir bantuan yang jumlahnya sedikit dengan mengatakan bahwa bantuan yang sedikit itu tidak ada artinya sama sekali."

 

Dalam menjawab sikap busuk orang-orang munafik itu, al-Quran mengatakan, "Apakah mereka tidak mengerti bahwa Allah Swt Maha Mengetahui segala bentuk

kekufuran di hati mereka serta berbagai niat-niat jahat dan busuk yang mereka simpan? Karena itu, mereka pantas untuk mendapatkan balasan dan siksa. Sesungguhnya, siksa bagi mereka sangat berat dan pedih."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengejek dan mempermainkan orang-orang Mukmin adalah tanda dan ciri-ciri orang-orang Munafik. Karena itu, kita harus berusaha untuk tidak menghina dan mengecilkan perbuatan orang-orang lain.

2. Tanggung jawab setiap orang didasarkan pada kemampuan orang tersebut. Penilaian atas kadar infak yang dikeluarkan oleh manusia adalah bergantung kepada motivasi dan kemampuan orang yang memberi infak itu. Seseorang yang berinfak banyak namun tidak disertai keikhlasan, perbuatannya akan sia-sia belaka.

Read 8635 times