Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 79-86

Rate this item
(2 votes)

Ayat ke 79-80

 

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ (79) فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالَ لَهُمْ مُوسَى أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ (80)

 

Artinya:

Fir'aun berkata (kepada pemuka kaumnya): "Datangkanlah kepadaku semua ahli-ahli sihir yang pandai!" (10: 79)

 

Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan". (10: 80)

 

Sebelumnya, telah disebutkan bahwa Nabi Musa as telah diutus dari sisi Allah Swt. Sejak dimulainya risalah beliau, Nabi Musa mendatangi Fir'aun dan menyeru raja arogan itu untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah Swt dan membebaskan kaum Bani Israil dari cengkraman dan belenggu Fir'aun. Kedua ayat ini mengatakan, "Fir'aun yang tidak mampu menghadapi logika argumentasi Nabi Musa as kemudian menuduh dan menyebut mukjizat Nabi Musa sebagai sihir. Karena itu, untuk menghadapi Musa, raja zalim itu memanggil dan mengerahkan para tukang sihirnya. Akan tetapi Nabi Musa as yang tidak meragukan sedikitpun tentang kebenarannya, beliau mempersilahkan para tukang sihir untuk mendemonstrasikan kemampuannya agar masyarakat dapat menyaksikan dan memberikan penilaian."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para penguasa arogan dan taghut tidak segan-segan memanfaatkan orang pintar untuk merealisasikan tujuan kotor dan kejinya. Tapi pada hakikatnya mereka menyalahgunakan kemampuan orang-orang pintar itu.

2. Para nabi senantiasa kokoh pada jalan mereka dan yakin akan pertolongan Allah Swt. Karena itu mereka bisa dengan tegas berkata dan melawan para penentang.

 

Ayat ke 81-82

 

فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ (81) وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (82)

 

Artinya:

Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: "Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya" Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan. (10: 81)

 

Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya). (10: 82)

 

Kisah para tukang sihir yang menghadapi Nabi Musa as juga diceritakan dalam surat as-Syu'ara. Dikisahkan bahwa para tukang sihir itu telah melemparkan tali dan tongkat mereka, lalu berkata, "Dengan kebesaran Fir'aun kami bersumpah bahwa kami akan menang. Sudah barang tentu para tukang sihir Fir'aun tidak akan mampu mengubah tali dan tongkat itu. Yang dapat mereka lakukan hanya melakukan sejenis efek penglihatan manusia, sehingga orang yang melihatnya seakan melihat ular-ular yang bergerak. Karena itu Nabi Musa as dengan tegas menyatakan bahwa Allah Swt akan membatalkan sihir mereka dan menunjukkan yang sebenarnya. Hal itu juga berdasarkan pada firman-Nya bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kebatilan menampakkan sesuatu yang semu itu indah. Namun samasekali tidak bermakna karena ia akan berakhir pada kehancuran. Karena Allah Swt tidak mengijinkan hal tersebut terus berlangsung.

2. Keinginan kaum arogan dan mustakbirin adalah mencegah kemenangan front kebenaran. Namun ketahuilah di hadapan Allah Swt hal tersebut tidak ada artinya samasekali. Karena Allah telah berjanji untuk tetap mendukung dan mengokohkan kebenaran.

 

Ayat ke 83

 

فَمَا آَمَنَ لِمُوسَى إِلَّا ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَنْ يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ (83)

 

Artinya:

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (10: 83)

 

Nabi Musa as pada tahap awal dakwahnya mendatangi Fir'aun dan para pemuka kerajaan. Sementara tahap kedua beliau as siap berhadapan melawan para tukang sihir Fir'aun kemudian memenangkannya. Dan tahap ketiga Nabi Musa pergi kepada kaum Bani Israil. Pada mulanya kaum muda Bani Israil menyatakan beriman kepada beliau. Tapi perlahan-lahan mereka merasakan ketakutan akan siksa dan gangguan Fir'aun dan kaki tangannya. Tapi semestinya mereka tabah, karena betapa banyak tekanan propaganda sesat justru dapat menyadarkan mereka kembali kepada ajaran kebenaran.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kelompok pertama yang beriman kepada Nabi Musa as adalah para pemuda dan pemudi yang hati dan pemikiran mereka masih bersih, belum terkena pengaruh jelek.

2. Dalam situasi penuh ketakutan di bawah sistem Fir'aun, ternyata masih ada saja orang yang beriman kepada Nabi Musa as dan ajarannya.

 

Ayat ke 84-86

 

وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آَمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ (84) فَقَالُوا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (85) وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (86)

 

Artinya:

Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri". (10: 84)

 

Lalu mereka berkata: "Kepada Allahlah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang'zalim. (10: 85)

 

Dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir". (10: 86)

 

Dalam menghadapi berbagai siksa dan gangguan yang menyakitkan dari para aparat Fir'aun, Nabi Musa as memesankan kepada kaumnya agar bertawakal kepada Allah. Beliau menyebut hal tersebut sebagai kelaziman bagi orang yang beriman dan berserah diri. Karena itu, mereka yang beriman kepada Musa as, senantiasa mendengarkan nasehat dan seruannya dan mengatakan, "Kami hanya selalu bersandar dan berlindung kepada Allah Swt. Di sisi Allah kami menggantungkan jiwa dan raga kami. Kami memohon agar dijauhkan dari kejahatan orang-orang yang kafir dan angkara murka.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam menghadapi berbagai peristiwa dan hal-hal yang menyulitkan, orang-orang Mukmin hanya bersandarkan pada pertolongan Allah Swt. Dengan bertawakal serta berserah diri kepada-Nya kesulitan dan problematika akan dapat diatasi.

2. Salah satu cara untuk keluar dari jalan buntu ialah melakukan munajat dan doa kehadirat Allah Swt. Karena apabila doa dan munajat bukan pekerjaan yang positif, kenapa Allah selalu memesankan kepada kita hal tersebut?

Read 7901 times