Surat Fusshilat ayat 13-18

Rate this item
(0 votes)
Surat Fusshilat ayat 13-18

 

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ (13) إِذْ جَاءَتْهُمُ الرُّسُلُ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ قَالُوا لَوْ شَاءَ رَبُّنَا لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً فَإِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ (14)

Jika mereka berpaling maka katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Aad dan Tsamud". (41: 13)

Ketika para rasul datang kepada mereka dari depan dan belakang mereka (dengan menyerukan), “Janganlah kamu menyembah selain Allah.” Mereka menjawab, “Kalau Tuhan kami menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu diutus membawanya.” (41: 14)

Di ayat sebelumnya diisyaratkan sejumlah tanda-tanda ilmu dan kekuatan Tuhan di bumi dan langit. Ayat ini ditujukan kepada para pengingkar Tuhan dan mengatakan, “Sikap keras kepala dan pengingkaran terhadap Tuhan hanya berakhir dengan kemurkaan Tuhan. Sama seperti kaum sebelumnya meski telah mendengar dakwah dan seruan para nabi serta menyaksikan mukzijatnya, namun mereka tetap menolak seruan tersebut.

Untuk menjustifikasi pengingkarannya, mereka berkata kepada para nabi: “Jika kamu menginginkan kami beriman maka tunjukkan kepada kami malaikat yang membawa wahyu sehingga kami menyaksikan dengan mata kepala kami. Tapi karena kamu (nabi) tidak mampu melakukan hal ini maka kami tidak akan beriman kepada seruan dan dakwahmu serta kami akan tetap kafir.” Tentu saja sikap keras kepala seperti ini membangkitkan kemurkaan Tuhan dan alam yang menjadi manifestasi kelembutan Ilahi kali ini menjadi sebab kehancuran mereka.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu tugas para nabi memperingatkan manusia akan dampak dari perbuatan buruk mereka.

2. Seluruh azab tidak terbatas di akhirat. Tapi sejumlah azab juga diturunkan di dunia. Kita harus berhati-hati jangan sampai perbuatan buruk kita membuat kita rugi di dunia dan akhirat.

3. Melalui para nabi, Tuhan menyempurnakan hujjah-Nya terhadap manusia sehingga mereka tidak lagi memiliki alasan bagi kekufurannya. Sunnatullah adalah selama belum ada hujjah yang sempurna bagi manusia, para pengingkar dan penentang tidak dianggap kafir.

4. Agenda utama misi para nabi adalah menyeru manusia untuk beriman kepada Tuhan. Dengan demikian tidak ada nabi yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya.

فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآَيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (15) فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي أَيَّامٍ نَحِسَاتٍ لِنُذِيقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَخْزَى وَهُمْ لَا يُنْصَرُونَ (16)

Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (41: 15)

Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan. (41: 16)

Melanjutkan ayat sebelumnya yang menyebutkan kaum Aad dan Tsamud, ayat ini mengisyaratkan kekufuran dan metode kekafiran mereka. Patut untuk dicatat bahwa kaum Aad hidup di selatan Arab Saudi. Mereka adalah kaum yang suka berperang dan memiliki kekuatan serta kekayaan yang besar. Mereka membangun rumah dan istananya di dataran tinggi. Mereka memiliki benteng dan istana yang indah dan kuat. Mereka menganggap dirinya tak terkalahkan dan lebih unggul dari yang lain.

Kondisi ini membuat mereka semakin congkak dan sombong. Oleh karena itu, mereka dengan congkak berkata kepada Nabi Hud as,”Siapa kamu, berani memperingatkan kami bahkan pembangkangan kepada Tuhan akan menyebabkan turunnya azab kepada kami? Apakah ada yang lebih kuat untuk menghancurkan kami atau mengalahkan kami?

Mereka sangat dimabuk kekuatan sehingga bangkit melawan Tuhan dan menolak seruan nabi. Mereka lupa atas poin ini bahwa Tuhan yang menciptakannya lebih kuat dari mereka. Ia bukan saja pencipta mereka tapi juga pencipta bumi dan langit. Pada dasarnya kekuatan manusia tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan-Nya.

Bagaimana pun juga akibat pembangkangan kaum tersebut, kehinaan diturunkan kepada mereka. Badai topan diturunkan kepada mereka selama satu peka. Seluruh rumah dan kebun serta kehidupan kaum sombong ini berantakan. Pada akhirnya tidak ada yang tersisa kecuali puing-puing istana yang dulunya megah dan penuh kekayaan. Ini azab duniawi, tapi azab ukhrawi lebih menghinakan dan tidak ada yang akan membantu mereka.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kekufuran yang didasari oleh rasa congkak juga memiliki azab duniawi.

2. Mabuk kekuatan membahayakan individu maupun masyarakat serta berakibat pada kehinaan duniawi.

3. Faktor alam, baik itu ketika turun nikmat atau azab, bertugas menjalankan perintah Tuhan dan melaksanakan apa yang Ia kehendaki.

4. Ketika rahmat Ilahi turun, itu sebuah berkah dan ketika bala dan kemurkaan Allah diturunkan itu sebuah kesialan.

 وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (17) وَنَجَّيْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (18)

Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (41: 17)

Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa. (41: 18)

Setelah kaum ‘Aad, ayat ini mengisyaratkan kaum Tsamud. Kaum Tsamud hidup di utara Arab Saudi. Mereka membangun tempat tinggal di kedalaman gunung. Mereka memiliki lahan pertanian yang subur dan kebun-kebung yang rindang.

Terkait kaum Tsamud, Allah Swt berfirman: “Kaum ini seperti kaum lainnya, kami telah memberi mereka petunjuk. Kami mengutus Saleh untuk memberi mereka petunjuk. Saleh mendatangi mereka dengan membawa argumentasi yang kuat dan mukjizat. Namun mereka memilih untuk mengingkari dan menentangnya ketimbang menerima hidayah. Seakan-akan mereka lebih memilih kebutaan hati ketimbang memahami kebenaran serta tidak ingin menerima kebenaran.”

Mengingat penentangan kaum ini didasari keras kepala dan kesombongan, bukan karena ketidaktahuan akan kebenaran, maka mereka di dunia mendapat azab menyedihkan dan menghinakan. Rumah dan kota mereka dihancurkan oleh petir. Petir yang bukan saja membuat mereka ketakutan, tapi petir yang membuat gempa bumi dan membalik segala sesuatu di atasnya.

Sementera mereka yang beriman dan berbuat baik, tidak mendapat azab. Allah Swt menyelamatkan mereka dan terbebas dari azab mengerikan ini.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kafir indikasi kebutaan hati. Bersikeras pada kekafiran dan jalan menyimpang akan menimbulkan dampak merugikan bagi manusia.

2. Rahmat dan kemurkaan Tuhan sistematis dan sesuai dengan hukum dan sejatinya hasil dari amal perbuatan manusia. Kesucian dan iman kunci keselamatan dan kekufuran serta dosa penyebab kehancuran.

Read 500 times