Surat al-Syura ayat 44-47

Rate this item
(0 votes)
Surat al-Syura ayat 44-47

 

وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ وَلِيٍّ مِنْ بَعْدِهِ وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ (44)

Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata, “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?” (42: 44)

Salah satu sunatullah adalah anugerah akal dan wahyu sebagai pembimbing manusia untuk menentukan jalan kebenaran dan kesesatan. Sehingga kemudian tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk menyangkal tidak mengetahui jalan kebenaran ataupun kesesatan dalam kehidupannya.

Orang yang telah menemukan jalan kebenaran, tapi tidak mengamalkannya, maka ia telah tersesat dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilan ilahi di akhirat nanti. Dengan demikian, kebenaran dan kesesatan manusia adalah ikhtiar dan bukan sebuah paksaan yang ditentukan oleh perbuatannya masing-masing. Adakalanya manusia melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan cahaya hidayah ilahi dianugerahkan dalam dirinya.

Pada hari Kiamat kelak, hakikat kebenaran akan terkuak. Ketika itu penyesalan tiada gunanya dan permohonan ampunan kepada Allah swt tidak bermanfaat sama sekali karena batas waktu yang diberikan telah berakhir. Sebagaimana orang yang sudah tua tidak bisa mengembalikan masa mudanya, atau masa muda ke masa kanak-kanak dan balita, akhirat juga tidak bisa mengembalikan manusia ke dunia.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kesesatan tidak mengenal permulaan dengan menjadikan Allah swt sebagai penyebab awal kesesatan tersebut. Sebab manusia diberi bekal akal dan wahyu untuk mengenali kebenaran dan kesesatan.

2. Orang-orang yang lalim dan tersesat tidak berdaya di hadapan kekuatan Allah swt dan tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya di akhirat kelak. Oleh karena itu, kita harus bertawakal dan bergantung kepada Allah Yang Maha Kuasa.

وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ وَقَالَ الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا إِنَّ الظَّالِمِينَ فِي عَذَابٍ مُقِيمٍ (45) وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ أَوْلِيَاءَ يَنْصُرُونَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ سَبِيلٍ (46)

Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal.” (42: 45)

Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya satu jalanpun (untuk mendapat petunjuk). (42: 46)

Ayat ini menjelaskan tentang kondisi orang-orang lalim dan tersesat yang berada di puncak ketakutan di hari Kiamat kelak. Orang-orang yang melakukan kezaliman di dunia kepada orang lain akan mendapatkan balasannya yang setimpal di akhirat nanti. Mereka tidak kuasa untuk mengangkat kepalanya saking terhina dan  takut menyaksikan api neraka yang berkobar.

Ganjaran paling keras yang mereka terima ketika orang-orang mukmin berkata, "Kalian yang merasa menjadi pemilik kekuasaan dan kekayaan lihatlah kerugian besar yang kalian alami? kerugian yang menyebabkan semua upaya kalian sia-sia belaka dan hari ini hadir di sini dengan tangan kosong. Bukan hanya kalian saja, tapi orang-orang yang mengikuti kalian akan mengalami kerugian besar. Sebab mereka mengira berada di sampingmu akan selamat dan bahagia. Tapi kini mereka justru menderita dan terhina, karena kekuasaan yang dijadikan sandarannya tidak berguna sama sekali".

Oleh karena itu, kerugian besar apalagi yang lebih tinggi dari kehilangan anak dan istri serta keluarga karena mengikuti jalan kesesatan?

Kelanjutan ayat menekankan mengenai akibat dari perbuatan lalim selama di dunia yang akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Azab kekal yang akan diterima di akhirat, dan tidak ada seorangpun yang akan bisa menyelamatkannya.

Mereka yang memutuskan hubungan dengan para Nabi dan aulia Allah swt akan menghadapi azab seorang diri di akhirat kelak tanpa ada yang menolongnya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kehinaan dan kemuliaan akan terkuak di hari kiamat kelak. Betapa banyak orang yang di dunia ini terlihat hidup mulia, tapi di hari kiamat akan terhina. Sebaliknya, orang-orang yang dunia ini terhina, tapi akan hidup mulai di akhirat nanti.

2. Kerugian terbesar bagi manusia adalah kehilangan umurnya, yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

3. Keimanan sebagai sumber kemuliaan Mukmin di dunia dan akhirat, sekaligus akan menyelamatkannya di akhirat nanti.

اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَأٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ (47)

Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu). (42: 47)

Sepanjang sejarah, para Nabi dan Rasul diutus oleh Allah swt untuk membimbing manusia menuju jalan kebenaran. Ayat ini adalah ajakan dari para Nabi dan Rasul kepada umat manusia, temasuk orang-orang Kafir dan lalim supaya mempersiapkan diri untuk menempuh perjalanan ke alam akhirat yang tidak ada jalan pulang ke dunia. Bekal menuju perjalanan ini adalah amal salih selama di dunia dan memohon ampunan dari Allah swt serta menunaikan segala perintah-Nya.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ketaatan terhadap aturan Allah swt menjadi penyebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta penyelamat kita di akhirat kelak.

2. Sebelum kehilangan setiap kesempatan dan fasilitas yang kita miliki selama di dunia, kita harus memikirkan usia dan perjalanan menuju alam akhirat yang harus dipersiapkan bekalnya, sebab setelah perjalanan ini tidak ada jalan kembali ke dunia.

Read 533 times