Surat al-Zukhruf ayat 23-28

Rate this item
(0 votes)
Surat al-Zukhruf ayat 23-28

 

وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ (23)

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (43: 23)

Di pertemuan sebelumnya telah dijelaskan bahwa alasan musyrikin Mekah menyembah berhala dan mensyirikkan Tuhan adalah taklid kepada leluhur. Ayat ini kepada Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Apa yang dikatakan musyrikin Mekah tidak hanya terbatas kepadamu, para nabi sebelum Kamu ketika menghadapi umatnya yang syirik dan menyembah berhala, kaum tersebut tidak ingin berpikir dan merenungkan tindakan mereka, malah berkata, Kami ingin mengikuti jejak leluhur kami dan tidak akan meninggalkan ajaran mereka.”

Poin penting yang diisyaratkan ayat ini adalah peran pemimpin dan tetua kaum dan orang kaya serta congkak dalam melawan para nabi. Para pemimpin penentang nabi mayoritasnya adalah penguasan dan orang kaya serta sombong yang mendapat posisi di tengah masyarakat karena kekuasaan, kekayaan dan ketenarannya. Sementara masyarakat mengikuti mereka karena takut atau rakus. Orang-orang ini menyadari bahwa kekuasaan dan hegemoni mereka di tengah masyarakat akan hilang dengan diutusnya para nabi serta orang-orang yang mereka tindas akan bebas.

Saat ini di dunia, para pemegang kekuasaan dan kekayaan, melalui beragam sarana media dan propaganda yang mereka miliki, aktif menipu masyarakat. Padahal mayoritas kerusakan dan kejahatan di dunia muncul dari orang zalim ini. Jika ada yang bergerak melawan keinginan dan kepentingan mereka, maka orang tersebut ditumpas sehingga jalannya dapat dicegah.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ajaran dan pemikiran serta peradaban kaum terdahulu jangan sampai menghalangi cara berpikir generasi sekarang. Tapi ajaran serta ideologi tersebut harus ditinjau ulang. Apalagi jika mereka tersesat dan taklid buta kepada mereka membuat kita menderita.

2. Sebuah masyarakat membutuhkan sosok yang pintar dan bijak, yang menyadari setiap bahaya dan memperingatkan masyarakatnya. Meski mayoritas masyarakat tidak mengindahkan mereka atau bahkan menentangnya.

3. Kekayaan dan kekuasaan jika tidak dikontrol akan membuat manusia menyimpang. Oleh karena itu, pemilik kekuasaan dan kekayaan serta mereka yang terkenal dan memiliki kedudukan di tengah masyarakat, bangkit menentang pengikut kebenaran.

قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آَبَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ (24) فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (25)

(Rasul itu) berkata, “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (43: 24)

Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu. (43: 25)

Saat menjawab mereka yang mengatakan, Kami mempertahankan dan hanya mengikuti ajaran leluhur kami, para nabi berkata, jika kami membawa ajaran yang lebih baik dari ajaran leluhur kalian, dan memberikan kalian kebahagiaan dan keselamatan, kalian tetap menolaknya? Apakah kalian tidak ingin kebahagiaan? Oleh karena itu, kalian harus menerima ajaran yang lebih terjamin membawa kalian kepada kebahagiaan.

Namun kebodohan, keras kepala dan fanatisme buta mereka membuatnya bersikeras mengikuti ajaran leluruh, tanpa bersedia mengkaji dan memikirkan usulan para Rasul Ilahi dan berkata, “Jangan khawatir kami tidak akan beriman kepadamu. Oleh karena itu, jangan repot-repot kalian menasihati kami dan jangan kamu siksa kami dengan ucapanmu.”

Uniknya para nabi meski menyadari kebenaran mereka dan yakin atas kebatilan ajaran orang musyrik tidak berkata kepada mereka, mengapa kalian berjalan di atas kebatilan dan menolak jalan kebenaran kami? Tapi para nabi ini sebagai sosok yang netral berkata, mari kita bandingkan ajaran kami dengan ajaran kalian, lihatlah dan mana yang menurut kalian lebih dekat kepada kebenaran dan petunjuk, kemudian pilihlah jalan kalian.

Metode al-Quran ini mengajarkan kita cara untuk berdiskusi dan berdialog dengan orang-orang keras kepala dan congkak serta menunjukkan bahwa orang beriman ketika berdialog dengan orang kafir harus adil dan menjaga sopan santun. Mereka harus berbicara dengan argumentasi dan rasional ketimbang menyebut pihak lain batil dan salah. Mereka meminta pihak seberang untuk berpikir dan memilih yang benar.

Ayat selanjutnya mengatakan, sikap congkak dan menentang kebenaran ini membuat kaum tersebut menentang dan menyimpang serta kemurkaan Ilahi turun kepada mereka. Al-Quran di berbagai ayat yang lain mengisyaratkan nasib umat seperti ini, misalnya sejumlah dari mereka dihancurkan dengan badai topan, sebagian lain dengan gempa bumi dan sebagian lainnya hancur dengan angin kencang dan petir.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu metode untuk mengenalkan Islam dan mengajak masyarakat memeluk agama samawi ini adalah membandingkan ajaran Islam dengan agama serta aliran lainnya. Perbandingan dengan didasarkan pada akal.

2. Dalam memilih jalan kehidupan, kita harus mendahulukan akal dan wahyu dari pada ajaran leluhur.

3. Segala bentuk fanatisme yang tidak tepat akan berujung pada penentangan dan sikap keras kepala, membuat manusia kehilangan kekuatan nalar dan mencegahnya sampai pada kebenaran.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (26) إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (27) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (28)

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, (43: 26)

tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” (43: 27)

Dan (lbrahim as) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (43: 28)

Ayat ini secara singkat mengisyaratkan kisah Nabi Ibrahim as, dan al-Quran kepada kaum musyrik Mekah mengatakan, kalian yang mengakui Ibrahim sebagai leluhur besar, jika kalian tetap ingin mengikuti ajaran leluhur, lantas mengata kalian tidak mengikuti ajaran Ibrahim?

Ibrahim yang menyaksikan orang yang telah membesarkan dirinya, Azar serta kaumnya mengikuti jalan syirik, ia menghindari ajaran kaum tersebut dan menyatakan, Aku hanya menyembah penciptaku, Tuhan Yang Maha Esa. Aku berharap Ia membimbingku ke jalan kebenaran dan Aku yakin Ia tidak akan meninggalkanku sendirian.

Ibrahim berusaha keras membuat ajaranTauhid tetap eksis selamanya di dunia. Oleh karena itu, perjuangannya melawan kesyirikan dan penyembahan berhala serta seruannya kepada Tauhid sebuah sunnah yang ditinggalkan Ibrahim. Para nabi setelahnya juga meneruskan jalan ini dan membuatnya semakin kokoh.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ketergantungan etnis dan kabilah jangan sampai meninggalkan dampak negatif bagi pemilihan akidah dan jalan kehidupan bagi kita, sehingga kita mampu mengenal kebenaran dan mengikutinya.

2. Akal menyatakan bahwa Tuhan yang menciptakan manusia tidak akan meninggalkannya, tapi mempersiapkan petunjuk melalui akal dan wahyu.

3. Usahakan kita meninggalkan warisan dan jalan kebenaran dengan menciptakan sunnah yang baik dan terpuji di keluarga dan masyarakat.

Read 539 times