Surat Ad-Dukhan 9-18

Rate this item
(0 votes)
Surat Ad-Dukhan 9-18

 

Surat Ad-Dukhan 9-18

بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ يَلْعَبُونَ (9) فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ (10) يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (11)

Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. (44: 9)

Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, (44: 10)

yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (44: 11)

Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan tentang penurunan Al Quran dan pengangkatan nabi-nabi untuk menghidayahi umat manusia yang merupakan bukti rahmat Ilahi untuk hamba-hamba-Nya.

Kedua ayat di atas menerangkan, akan tetapi sebagian orang meski telah memahami kebenaran tetap tidak bersedia menerimanya, dan selalu menciptakan keraguan pada diri sendiri dan orang lain.

Mereka tidak berusaha mengatasi keraguan untuk sampai pada keyakinan, tapi menyibukkan diri dalam masalah-masalah yang meragukan dan mempermainkan hakikat kitab langit.

Setelah itu orang-orang kafir keras kepala dan hatinya seperti batu itu diperingatkan bahwa saat menyaksikan tanda-tanda azab Ilahi, seluruh tirai kelalaian mereka akan disingkap dan mereka akan menyadari kesalahan besar yang dilakukannya, dan memahami bahwa apa yang dikatakan nabi-nabi Ilahi benar, dan bukan khurafat atau kata-kata yang dibesar-besarkan.

Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Keraguan tidak boleh menjadi alasan untuk lalai dan batil. Pada kenyataannya, sesuatu yang buruk dan keliru adalah tetap bertahan pada keraguan. Karena keraguan sebenarnya adalah tuntutan akal dan pemahaman manusia yang harus dijawab dengan pengkajian dan penelitian.

2. Menyibukkan diri dalam kata-kata seseorang yang menyebabkan ragu terhadap keyakinan agama dan membuat manusia mempermainkan ayat-ayat Ilahi, akan mendapatkan hukuman keras.

رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ (12) أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ (13) ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ (14)

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman". (44: 12)

Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, (44: 13)

kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila". (44: 14)

Adalah hal yang lumrah orang-orang yang ingkar kepada Allah Swt akan merasa ketakutan dan cemas di seluruh wujudnya saat menyaksikan tanda-tanda azab Ilahi. Mereka menghadap Tuhan dan berkata, “Ya Tuhan singkirkan azab dari kami, kami akan beriman”, padahal mereka beriman karena takut dan itu sama sekali tidak bernilai. Kenyataannya iman yang bernilai adalah yang diperoleh manusia atas usaha tanpa ketakutan dan tekanan luar.

Kelanjutan ayat di atas menjelaskan, kebangkitan dan kembali ini tidak menguntungkan kalian, karena ketika nabi dengan mukjizat dan argumen yang jelas mendatangi kalian, bukannya mematuhi perintah nabi, dan beriman kepada Tuhan yang Maha Esa, kalian malah memalingkan muka darinya. Ajaran-ajaran terang benderang nabi kalian anggap milik orang lain, dan kalian tidak bersedia menerimanya, padahal semua itu adalah wahyu Ilahi dan perkataan Allah Swt.

Terkadang kalian berkata, ia (nabi) berhubungan dengan para jin dan belajar sesuatu dari mereka. Di lain waktu kalian berkata, ia (nabi) mempelajari kata-kata ini dari orang lain, dan orang-orang menganggap kata-kata itu berasal darinya, dan ia menyebutnya berasal dari Tuhan.

Dari tiga ayat tadi ada tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang-orang yang hari ini mempermainkan agama, suatu hari nanti mata mereka akan terbelalak dan tersadar dari kelalaian serta keraguan. Mereka berharap untuk kembali, namun hal itu sudah tidak ada artinya.

2. Tuhan tidak akan pernah mengazab orang-orang kafir dan ingkar sebelum seluruh alasan terpenuhi.

3. Orang-orang kafir tidak menggunakan argumen dan dalil logika untuk membantah perkataan nabi, tapi berusaha menyebarkan penghinaan dan tuduhan tidak benar untuk merusak citra nabi.

إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلًا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ (15) يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ (16)

Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (44: 15)

(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan. (44: 16)

Menanggapi klaim orang-orang kafir yang mengaku ingin beriman kepada Tuhan, Allah Swt di ayat-ayat di atas menjelaskan, “Kami akan menghilangkan sedikit azab tersebut, namun mereka tidak mengambil pelajaran. Mereka kembali kepada kekufuran dan perbuatan-perbuatan buruknya, dan tidak pernah menyesali perbuatan itu.”

Dengan kata lain, ketika berada dalam cengkeraman azab dan hukuman, mereka menyesali perbuatan buruknya, dan memutuskan untuk mempertimbangkannya, tapi hal itu hanya sementara dan cepat berlalu, karena ketika badai reda, mereka akan mengulang perbuatan buruk sebelumnya. Maka dari itu pernyataan beriman mereka berasal dari rasa takut dan sama sekali tidak berharga.

Oleh karenanya, sekalipun mereka mendapatkan keringanan hukuman di dunia, di Hari Kiamat mereka akan mendapatkan azab dan siksaan yang pedih, karena orang-orang zalim akan dihukum Allah Swt, dan mereka tidak akan lepas dari hukuman-Nya.

Dari dua ayat tadi ada dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Begitu banyak perbuatan buruk yang hukumannya dijauhkan Allah Swt dari kita di dunia ini, tapi meskipun demikian kita tetap tidak mau meninggalkan amal buruk itu, dan bersikeras melakukannya.

2. Allah Swt adalah pendukung para nabi dan orang-orang mukmin, dan akan menuntut balas terhadap orang-orang kafir keras kepala, dan zalim karena kezaliman mereka terhadap para nabi dan orang mukmin.

وَلَقَدْ فَتَنَّا قَبْلَهُمْ قَوْمَ فِرْعَوْنَ وَجَاءَهُمْ رَسُولٌ كَرِيمٌ (17) أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (18)

Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir'aun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia, (44: 17)

(dengan berkata): "Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu, (44: 18)

Kelanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang perilaku orang-orang musyrik Mekah terhadap Nabi Muhammad Saw, dua ayat di atas menjelaskan tentang perjalanan hidup Nabi Musa as dan Firaun.

Perlu diingatkan bahwa kaum Firaun dengan kekuasaan yang kuat, kekayaan melimpah, dan fasilitas besar, berada di puncak kejayaan. Akan tetapi kekuatan besar tersebut membuat mereka pongah dan melakukan semua jenis dosa serta penindasan.

Saat itu Nabi Musa as mendatangi Firaun. Dengan kata-kata sopan dan menarik, ia meminta Firaun dan pengikutnya untuk membebaskan Bani Israel yang diperbudak mereka sehingga ia bisa menghidayahi Bani Israel sesuai tuntunan ajaran Ilahi, dan mengantarkan mereka ke gerbang kebahagiaan.

Dari dua ayat tadi ada dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tugas pertama para nabi adalah membebaskan masyarakat dari penindasan penguasa zalim, dan menyelamatkan orang-orang tertindas dan lemah dari penjajahan.

2. Para nabi adalah orang-orang yang terpercaya dan dipercaya oleh masyarakat. Rekam jejak baik mereka membuka kesempatan untuk menjalankan tugas kenabian dan menyebabkan masyarakat bersedia menerima seruannya.

Read 679 times