Tafsir Surat Muhammad ayat 7-14

Rate this item
(0 votes)
Tafsir Surat Muhammad ayat 7-14

 

Tafsir Surat Muhammad ayat 7-14

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7) وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (9)

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (47: 7)

Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. (47: 8)

Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (47: 9)

Di pembahasan sebelumnya dijelaskan mengenai perlawanan terhadap musuh Islam di medan tempur. Ayat ini lebih lanjut kepada orang mukmin mengatakan, “Medan perang adalah medan pertempuran dan konfrontasi, serta ada kesulitan khusus di dalamnya. Oleh karena itu, bersabarlah dan istiqamah dalam membela agama kalian, serta jangan melarikan diri dari medan perang.”

Jika kalian konsisten dalam melawan musuh Tuhan, maka yakinlah kalian bahwa Allah akan membantu kalian, dan kalian akan menang melawan musuh. Karena Allah Swt menghendaki kehancuran musuh dan menghapus rencana mereka.

Tapi mereka (musuh) lebih memilih perang ketimbang menyerah terhadap ajaran Tuhan dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, nasib mereka adalah kehancuran dan hasil perbuatannya tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hanya iman saja tidak cukup, tapi diperlukan usaha untuk menyebarkan ajaran dan agama Tuhan, serta memerangi anasir yang menyesatkan masyarakat.

2. Mekanisme menolong agama Tuhan berbeda setiap zaman dan sesuai dengan kondisi. Terkadang melalui penyebaran kebenaran agama dan tabligh, dan terkadang melalui bantuan finansial dan juga terkadang melalui pemaafan dan pengorbanan.

3. Enggan di hati menerima ajaran ilahi, bentuk kekufuran di manusia serta menyebabkan kemusnahan perbuatan baik mereka.

4. Melawan kebenaran hanya berakhir dengan kehancuran dan membuat manusia jatuh ke dalam kesesatan dan jurang kehidupan yang berbahaya.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا (10) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آَمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ (11)

Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (47: 10)

Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung. (47: 11)

Melanjutkan ayat sebelumnya, Allah Swt di ayat ini memperingatkan orang kafir dan musyrik yang memusuhi orang Muslim, bahwa jika kalian bepergian dan menyaksikan wilayah di sekitar kalian, maka kalian akan menyaksikan jejak dan peninggalan kaum terdahulu, bagaimana mereka dimusnahkan dan nama mereka tidak lagi diingat.

Jangan mengira akhir dan nasib seperti ini khusus untuk mereka (kaum terdahulu), dan tidak mencakup kalian; Kalian jika mengikuti jejak mereka, juga akan mengalami nasib serupa. Sejatinya tidak ada yang akan membantu dan menyelamatkan kalian, karena Allah Swt tidak akan melindungi dan membantu musuh-Nya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mempelajari sejarah umat terdahulu dan menyaksikan sisa-sisa peradaban mereka dari dekat merupakan tujuan dari wisata di Islam, dan untuk mengambil pelajaran dari nasib umat terdahulu.

2. Manifestasi kemakmuran dan kesejahteraan orang kafir saat ini jangan sampai menipu kita. Karena mereka tidak memiliki nasib yang baik.

3. Iman kepada Tuhan adalah sarana untuk menarik rahmat dan perlindungan ilahi di dunia dan akhirat, sementara kekufuran merupakan faktor yang menyebabkan hilangnya rahmat.

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ (12)

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. (47: 12)

Setelah membandingkan antara orang beriman dan kafir di dunia, ayat ini mulai membandingkan kondisi mereka di Hari Kiamat dan menyatakan, “Orang-orang mukmin yang benar-benar menjalankan kewajibannya di dunia dan melakukan perbuatan baik, di Hari Kiamat akan mendapat kedudukan tinggi, penuh nikmat dan penuh kegembiraan. Tapi tempat orang yang menentang kebenaran adalah neraka. Karena mereka mengejar kelezatan duniawi dan seperti binatang hanya ingin mengenyangkan perut dan memenuhi syahwatnya, dan tidak mempersiapkan bekal untuk akhiratnya.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Menikmati kelezatan duniawi, baik itu sedikit atau banyak adalah sesuatu yang cepat hilang. Kita harus memikirkan bekal akhirat kita, tempat yang kekal dan abadi.

2. Al-Quran memperbolehkan manusia menikmati kelezatan duniawi, tapi menentang kehidupan hewani.

3. Kita harus memandang tujuan akhir dalam memilih jalan kehidupan, bukan terlena oleh pemandangan indah di pinggir jalan yang bersifat sementara.

وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ (13) أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (14)

Dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka. (47: 13)

Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? (47: 14)

Ayat ini membahas karakteristik orang kafir yang memusuhi Islam dan menyatakan, “Mereka membanggakan kekuatan dan hartanya, serta menyangka tidak ada yang mampu melawan mereka. Padahal nasib umat terdahulu menunjukkan mereka dihancurkan dengan kehendak Tuhan dan tidak ada yang mampu menyelamatkan mereka.”

Sifat buruk orang kafir lainnya adalah suka berfoya-foya memenuhi syahwatnya dan keuntungan mengalahkan mereka sehingga melihat perbuatan buruknya sangat indah. Mereka memandang buruk kebenaran dan apa yang datangnya dari Tuhan, serta menolak menerimanya.

Dari dua ayat tadi terhapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang mukmin tidak boleh takut terhadap kemampuan zahir musuh Allah, karena kekuatan Tuhan di atas seluruh kekuatan manusia.

2. Musuh dengan berbagai metode berusaha menyiksa dan menyakiti orang mukmin, tapi orang yang benar-benara beriman tidak akan pernah melepas imannya serta akan melanjutkan usaha dan perjuangannya.

3. Dasar iman adalah argumentasi, tapi sandaran orang kafir adalah anjuran batil dan hawa nafsu.

4. Manusia memahami keburukan suatu perbuatan melalui fitrah ilahi, tapi mereka menutupi perbuatan baik untuk mencapai keinginan hawa nafsunya, dan dengan berbagai cara mencitrakannya sebagai sebuah keindahan dan perbuatan yang terpuji.

Read 588 times