Surat al-Munafiqun 7-11

Rate this item
(0 votes)
Surat al-Munafiqun 7-11

 

هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ (7) يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ (8)

 

Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)". Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. (63: 7)

 

Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (63: 8)

 

Dalam episode sebelumnya telah dibicarakan mengenai sejumlah karakteristik orang-orang munafik dari sisi perkataan dan perilaku. Ayat ini membahas poin lain terkait orang munafik dan menyatakan, "Orang-orang munafik tidak hanya menolak membantu tujuan Rasulullah, namun mereka juga menghalangi orang lain untuk membantu para sahabat Nabi dengan berbagai dalih, sehingga mereka berpencar dari sekitar Rasulullah."

 

Umat ​​Muslim yang hijrah dari Mekah ke Madinah berada dalam kesulitan dalam hal perumahan, pakaian, dan makanan, sehingga setiap Muslim di Madinah membantu mereka dengan berbagai cara. Namun orang-orang munafik di Madinah, yang menganggap diri mereka lebih unggul dibandingkan para muhajirin, mengatakan kepada Muslim lain di Madinah untuk tidak membantu mereka, sehingga muhajirin kembali ke kota dan negara mereka sendiri.

 

Orang-orang munafik berpendapat bahwa mempunyai harta dan kekayaan adalah tanda kehormatan dan kewibawaan, dan kemiskinan dan kekurangan adalah sebab kehinaan, padahal harta dan kekayaan adalah amanah Allah di sisi orang kaya, sehingga menjadi jelas apakah mereka peduli terhadap yang membutuhkan dan tidak berdaya atau tidak? Sejatinya kehormatan dan kehinaan sejati manusia tergantung pada sejauh mana keimanan dan ketaatannya terhadap perintah-Nya, bukan pada kaya atau tidak.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Kemiskinan dan tekanan ekonomi tidak boleh membuat muslimin tercerai berai dari sisi pemimpin agama, karena ini yang diinginkan oleh musuh luar dan internal (munafikin).

2. Mereka yang menganalisis segala sesuatu berdasarkan kekuasaan, kekayaan, dan fasilitas material tidak mampu memahami kebenaran transendental dan di luar materi.

3. Mereka yang menganggap dirinya terhormat, sementara yang lain hina sejatinya sifat-sifat munafik telah merasuki dirinya.

4. Jika orang mukmin kukuh dan kuat imannya, maka Tuhan akan menjamin kehormatan dan keagungan mereka.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (9) وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (10) وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (11)

 

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (63: 9)

 

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (63: 10)

 

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (63: 11)

 

Ayat ini mengisyaratkan akar kemunafikan dalam diri seseorang, dan mengatakan, "Keterikatan pada istri dan anak di satu sisi, dan terlalu bergantung pada harta dan kekayaan di sisi lain, menyebabkan seseorang lalai mengingat Allah dan melupakan perintah-perintah-Nya, sehingga seseorang tampak beriman di luarnya, padahal didalamnya terperangkap dalam kekafiran dan kesyirikan."

 

Oleh karena itu, Allah berpesan agar umat beriman berhati-hati agar tidak terjebak dalam perangkap keterikatan dan ketergantungan pada dunia, yang menyimpang dari jalan kebenaran dan akan menderita kerugian dunia dan akhirat. Tidak ada sesuatu dan siapapun yang boleh menghalangi seseorang untuk menaati perintah Allah dan Nabi-Nya, bahkan istri dan anak-anaknya atau keinginannya untuk mencapai status, kekuasaan dan kekayaan.

 

Lalu apa solusi terhadap jebakan setan ini? Allah menyebutkan jalan keselamatan adalah dengan infak dan menghibahkan sebagian harta dan kekayaan semasa hidup, agar seseorang tidak merasakan penyesalan setelah meninggal dunia dan tidak berangan-angan kembali ke dunia untuk bersedekah dan beramal saleh. Karena permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi; Separti waktu kematian tidak pernah tertunda.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Orang beriman menganggap Allah lebih tinggi dan di atas segala sesuatu, dan bila perlu, ia menyerahkan segala sesuatunya di jalan Allah, baik itu harta benda, maupun isteri dan anak.

2. Kerugian terbesar manusia dalam hidup yang menjadi sumber dari semua kerugian adalah melupakan Tuhan dan lalai dari mengingat-Nya.

3. Terhadap orang-orang munafik yang menghalangi orang-orang mukmin untuk menolong orang lain, Allah menganjurkan orang-orang mukmin untuk beramal dan bersedekah guna menghilangkan ruh keduniawian (keterikatan pada dunia) yang menjadi sumber utama kemunafikan dari hati orang-orang mukmin.

Read 194 times