Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anam Ayat 15-19

Rate this item
(0 votes)

Ayat ke 15-16

Artinya:

Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku". (6: 15)

Barang siapa yang dijauhkan azab dari padanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata. (6: 16)

Ayat sebelumnya mengisahkan usulan orang-orang Musyrik yang berkata kepada Nabi Muhammad Saw bahwa jika beliau menghentikan dakwah dan seruannya maka mereka akan membuatnya kaya raya. Allah Swt dalam ayat ini mengatakan kepada Nabi-Nya, katakanlah kepada mereka kalian berjanji akan memberikan harta dunia, tapi aku takut terhadap perhitungan Hari Kiamat. Karena itulah segala bentuk kemalasan dalam melaksanakan risalah, menyembunyikan bahkan menyelewengkan risalah tersebut, membuatku akan disiksa dengan siksaan yang pedih, sedangkan aku tidak sanggup menanggung itu semua.

Jelas, Nabi Muhammad Saw tidak akan menentang dan melanggar perintah-perintah Allah. Penegasan masalah ini sebagai pelajaran agar kaum Muslimin senantiasa bisa mengontrol dan waspada menghadapi bujuk rayu dan janji-janji orang lain dengan mengingat Hari Kiamat dan takut terhadap azab dan pembalasan Allah Swt.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Balasan Allah Swt berlaku bagi semua manusia, tidak terkecuali para nabi, bila mereka tidak melaksanakan perintah-Nya, mereka juga dihukum.

2. Takut akan pembalasan Allah merupakan takut yang positif, berbeda dengan takut terhadap para penguasa zalim dan manusia lainnya.

3. Bahaya senantiasa mengancam semua orang. Karena itu, rahmat Allah kepada manusia yang senantiasa menjauhkannya dari perbuatan dosa. Setelah berbuat dosapun Allah masih memberi kesempatan bagi manusia itu untuk bertaubat.

 

Ayat ke 17-18

Artinya:

Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (6: 17)

Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (6: 18)

Setelah dua ayat sebelumnya memberikan jawaban tegas al-Quran kepada kaum Musyrikin terkait janji kenabian, maka dua ayat ini mengatakan, wahai Rasul, katakanlah kepada mereka bahwa segala sesuatu di tangan Allah dan tidak ada yang terjadi tanpa kehendak-Nya. Apabila Allah menghendaki seorang hamba tertimpa bahaya dan bencana, maka tidak ada jalan bagi orang tersebut untuk melarikan diri. Begitu juga apabila Allah menghendakki kelapangan dan kebahagiaan bagi seseorang, maka tidak ada halangan bagi Allah untuk melaksanakannya. Janji-janji kalian itu tidak ada nilainya. Karena bila Allah Swt tidak berkehendak maka tidak ada kesenangan dan kesejahteraan yang bisa diperoleh. Setiap ancaman tidak akan berpengaruh bila Allah Swt tidak menghendaki.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Segala harapan dan keinginan harus sejalan dengan kehendak Allah. Bahkan segala ketakutan juga harus kepada Allah Swt. Karena Dia adalah sumber segala sesuatu.

2. Janganlah kalian takut kepada selain Allah yang tidak memiliki kekuasaan apapun, namun takutlah kalian semata-mata kepada Allah Swt yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

3. Kekuasaan bernilai bila disertai kebijaksanaan. Pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa kekuasaan Allah Swt bersama ilmu dan hikmah.

 

Ayat ke 19

Artinya:

Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (6: 19)

Sekelompok Musyrikin Mekah datang kepada Nabi Saw dan mengatakan, "Orang-orang Ahli Kitab baik Yahudi atau Kristen yang tidak mengetahui kebenaranmu tidak akan menerima risalah kenabianmu. Oleh karenanya, harus ada seseorang yang menunjukkan kebenaran risalahmu. Ayat ini diturunkan untuk menjawab pertanyaan mereka dan mengatakan, menurut keyakinan kalian siapa yang menjadi saksi terbaik? Apakah selain kesaksian Allah masih ada lagi saksi yang lebih baik? Dia yang menurunkan al-Quran kepadaku telah memberi kesaksian atas kebenaran risalahku! Lafad dan kandungan al-Quran tidak saling melemahkan dan tidak pula menyulitkan pemikiran umat manusia.

Dalam lanjutan ayat ini juga dijelaskan mengenai tujuan risalah, aku tidak diutus untuk menjadi orang kaya. Aku juga tidak menginginkan sesuatu dari kalian, namun aku hanya ingin memberi peringatan kepada kalian agar meninggalkan sesembahan patung dan ketaatan kepada penguasa-penguasa zalim dan hanya menyembah kepada Allah Yang Esa.

Poin yang perlu diperhatikan dalam ayat ini ialah risalah Islam bersifat global dan internasional, begitu juga seruan al-Quran. Tidak boleh dipahami bahwa seruan Nabi Muhammad Saw itu hanya untuk kaum arab saja atau hanya berkisar kepada batas waktu dan tempat tertentu saja. Karena itu Imam Ali as dalam tafsir kalimat Innama huwa Ilahunwahidun, mengatakan, apabila terdapat tuhan-tuhan yang lain maka mereka pastilah mereka mengutus para nabi kepada umat manusia. Padahal para nabi di sepanjang sejarah diutus dari sisi Tuhan yang Esa.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Al-Quran bukti terbesar kebenaran Nabi Muhammad Saw. Risalah Nabi Saw bersifat internasional dan untuk semua umat manusia.

2. Setelah Nabi Muhammad Saw, kaum Mukminin berkewajiban untuk menyampaikan agama Allah ini. Karena itu, selama firman Allah belum sampai kepada umat manusia, maka kewajiban dan tanggung jawab tidak dibebankan kepada mereka.

3. Menyatakan setia dan komitmen terhadap ajaran dan kepemimpinan Ilahi adalah suatu yang diharuskan, begitu juga menyatakan lepas tangan atau bara'ah dari kaum Kafir atau Musyrikin.

Read 3092 times