Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anam Ayat 57-60

Rate this item
(1 Vote)

Ayat ke 57-58

Artinya:

Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik". (6: 57)

Katakanlah: "Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada antara aku dan kamu. Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim. (6: 58)

Setelah ayat-ayat sebelumnya menyebutkan bahwa orang-orang Musyrik telah mengajak Nabi untuk bergabung dan mengikuti ajaran penyembahan patung, maka di dalam ayat-ayat ini Nabi Saw diperintahkan untuk menjawab mereka. Dua ayat ini mengatakan, penyembahan patung tidak logis dan tidak rasionil, bagaimana aku akan menerimanya? Sementara al-Quran yang saya bawa dari sisi Allah Swt, lebih sempurna dan mudah yang menjadi petunjuk dan pemisah antara yang benar dan batil. Sayangnya kalian justru tidak mau menerima dan bahkan mendustakannya.

Tidak saja mereka mengingkari dan mendustakan ajakan Nabi Muhammad Saw, mereka bahkan berkata kepada beliau, "Apabila engkau memang benar Nabi, utusan Tuhan, maka turunkanlah azab Tuhanmu kepada kami."

Sebagai jawabannya, Nabi berkata, "Kendatipun kalian meminta agar azab itu segera diturunkan segera, perlu diketahi bahwa itu bukan wewenangku. Karena hal yang demikian itu berada di tangan Allah. Allah Swt telah menjelaskan kebenaran kepada kalian, dan Dia-lah yang memisahkan kebenaran dari kebatilan. Selain itu apabila turunnya azab tersebut di tanganku, maka pastilah kalian tidak tersisa dan sudah musnah. Namun ini adalah kemurahan dan kelembutan Allah Swt, yang memberikan kesempatan kepada orang-orang Kafir dan Musyrikin, sehingga terbuka jalan untuk insaf dan kembali ke jalan yang lurus. Inilah alasan mengapa Allah tidak mempercepat azab itu kepada kalian.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Seruan para nabi as berdasarkan pada dalil dan argumen, bukan dengan persangkaan dan khurafat. Berbeda dengan logika orang-orang yang ingkar, mereka selalu memakai tolok ukur hawa nafsu.

2. Nabi Muhammad Saw diperintahkan untuk menyeru kepada agama Islam, dan tidak berwenang memberi balasan siksa kepada orang-orang Kafir dan para pendosa.

3. Menunda serta mengakhirkan siksa dan azab, bukan memberi kesempatan bagi orang-orang Kafir untuk tetap sombong, dan menganggap Tuhan telah lupa!

 

Ayat ke 59

Artinya:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (6: 59)

Ayat-ayat sebelumnya menyebutkan bahwa al-Quran dalam menjawab pernyataan orang-orang Musyrik menandaskan bahwa semua makhluk yang ada di dunia ini di tangan Allah. Sementara ayat ini mengatakan, segala sesuatu yang tersembunyi dari penglihatan kalian, baik di langit maupun di bumi dan sesuatu yang menurut kalian tidak memiliki arti, seperti gugurnya sehelai daun di atas tanah serta tumbuhnya sebutir biji diatas tanah, semuanya tak lepas dari pengetahuan Allah Swt.

Allah Swt Maha Mengetahui tentang segala sesuatu di dunia ini. Kunci segala urusan gaib ada di tangan-Nya, dan semua perkara di alam raya ini telah tercatat dalam Kitab Suci-Nya. Dia-lah Yang Maha Mengatur. Allah Swt mengatur alam ini berdasarkan hikmah, rahmat dan kebijaksanaan. Alam semesta adalah ciptaan Allah. Karena itu alam tidak terlepas dari jangkauan pengetahuan Allah Swt. Mati dan hidup semua makhluk yang ada di alam semesta ini berada dalam genggaman-Nya. Karena itu segala sesuatu tidak akan terwujud tanpa Ilmu Allah.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt tidak saja Maha Mengetahui dasar-dasar segala sesuatu, tetapi hal-hal yang kecil pun dikethaui oleh-Nya.

2. Ilmu gaib hanya milik Allah Swt. Karena itu selain kehendak dan anugerah-Nya seseorang tidak akan pernah mengetahui hal-hal gaib.

3. Undang-undang alam semesta sesuai dengan program yang sempurna, teliti dan terkaji. Karena itu segala sesuatu tidak akan keluar dari Kekuasaan dan Pengetahuan Allah Swt.

 

Ayat ke 60

Artinya:

Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (6: 60)

Setelah ayat-ayat sebelumnya yang berbicara mengenai Kemahatahuan Allah Swt terhadap segala sesuatu, ayat ini mengatakan, Allah Swt Maha Mengetahui pertumbuhan dan perawatan biji-biji tanaman yang tumbuh di atas tanah, ataupun yang tumbuh di bawah naungan daun-daun pepohonan besar. Begitu juga terhadap segala perbuatan umat manusia setiap saat, baik dalam keadaan tidur maupun terjaga, semuanya diketahui oleh Allah Swt yang Maha Mengetahui. Pada Hari Kiamat nanti, Allah akan memberitahukan segala perbuatan kalian. Tidak hanya terbatas pada seluruh amal perbuatan kalian Allah Maha Mengetahui, bahkan pada waktu malam maupun siang kalian selalu berada di bawah pantauan dan kekuasaan-Nya. Dia-lah yang menidurkan kalian dan Dia pulalah yang membangunkan kalian dari tidur. Proses ini terus berkesinambungan hingga umur kalian berakhir dan meninggalkan dunia yang fana ini.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Menurut pandangan al-Quran al-Karim, tidur merupakan pertanda kematian, sedang bangun dan terjaga adalah pertanda hari kebangkitan.

2. Kita semuanya harus siap mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita di Hari Kiamat kelak. Karena itu kita harus dapat memanfaatkan keterbatasan umur kita sebaik mungkin.

Read 4023 times