کمالوندی
Tiga Ciri Orang Sabar
Sabar memiliki banyak jenis dan penerapannya, pentingnya kesabaran telah disebutkan di dalam Alquran sebanyak 103 kali dan 93 ayat, dan sebagian dari yang disebutkan Alquran berhubungan dengan sabar dalam dalam musibah kemasyarakatan.
Allah Swt di dalam ayat ke-155 pada surat Al-Baqarah berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْن}
{Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar}.
Adapun ciri-ciri orang yang bersabar adalah seperti yang disebutkan oleh Rasulullah saw di dalam sebagian riwayat:
((عَلَامَهُ الصَّابِرِ فِی ثَلَاثٍ أَوَّلُهَا أَنْ لَایَکْسَلَ وَالثَّانِیَهُ أَنْ لَایَضْجَرَ وَالثَّالِثَهُ أَنْ لَایَشْکُوَ مِنْ رَبِّهِ تَعَالَى لِأَنَّهُ إِذَا کَسِلَ فَقَدْ ضَیَّعَ الْحَقَّ وَ إِذَا ضَجِرَ لَمْ یُؤَدِّ الشُّکْرَ وَ إِذَا شَکَا مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَ جَلَّ فَقَدْ عَصَاهُ))
((alamat orang sabar ada tiga: yang pertama adalah tidak malas, kedua adalah tidak gelisah, cemas dan berkeluh kesah , dan yang ketiga tidak mengeluh tentang Tuhannya, karena jikalau dia malas maka dia telah melalaikan hak, jikalau gelisah, cemas dan berkeluh kesah maka dia tidak bersyukur, dan jikalau dia mengeluh mengenai Tuhannya maka dia bermaksiat kepada-Nya)).
Cerita Seorang Sufi yang Ingin Berhenti Bekerja & Reaksi Tak Terduga dari Gurunya
Kisah di bawah ini adalah kisah hikmah yang menggambarkan peristiwa sekarang ini. Yakni ada sebagian orang yang tidak ingin berikhtiar namun menyerahkan hidup serta matinya pada Allah swt. Namun pada akhirnya sang guru menasihati dia. Baca seluruh kisanya ya!
Suatu ketika, Syaqiq al-Balkhi meminta izin kepada guru sufi besar bernama Ibrahim bin Adam untuk bekerja dan berdagang selama beberapa minggu.
Baru tiga hari berlalu, Ibrahim bin Adam dikejutkan dengan kedatangan Syaqiq al-Balkhi. Keheranan menyergap hati Ibrahim bin Adam. Ada apa gerangan sang murid kembali lagi kepadanya bukankah ia memberikan izin kepadanya untuk bekerja beberapa minggu ke depan.
Ibrahim bin Adam pun bertanya, “Ada apa gerangan engkau datang ke sini?”
“Wahai guruku, di tengah perjalanan dagangku ketika aku menyusuri sebuah oase di tengah gurun pasir aku pun melihat seekor burung kecil yang patah sayapnya. Burung kecil ini tak dapat lagi terbang dan mencari makan. Akan tetapi, tiba-tiba dari arah langit datanglah seekor burung besar yang membawa makanan di paruhnya. Burung besar tersebut datang untuk menyuapi burung kecil yang patah sayapnya.”
Ibrahim bin Adam pun memberikan petuah kepada Syaqiq al-Balkhi, “Seperti itulah seharusnya manusia berbuat saling menyayangi di antara mereka seperti halnya burung besar yang engkau lihat dalam perjalanan dagangmu, tetapi mengapa engkau kembali ke sini dan meninggalkan perdaganganmu?”
“Guruku, aku datang ke sini karena aku berpikir bukankah Allah yang memerintahkan burung besar untuk menyuapi burung kecil yang patah sayapnya juga mampu memberikanku rezeki di mana pun dan kapan pun aku berada. Aku akan meninggalkan seluruh usaha perdaganganku dan berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah pasti Allah memberikan rezeki kepada seluruh hamba-Nya,” jawab Syaqiq al-Balkhi.
Ibrahim bin Adam pun memberikan nasehat yang sangat bijaksana, “Apakah engkau mengira dengan engkau beribadah dan meninggalkan usaha perdaganganmu niscaya engkau meraih rida Allah? Mengapa engkau tidak meniru burung besar yang memberikan makan kepada burung kecil yang patah sayapnya? Burung besar itu berusaha mencari makan dan memberikan kepada burung kecil yang kesusahan. Apakah engkau belum mendengar sabda Rasulullah Saw ‘Tangan di atas (orang yang memberi) lebih baik dari tangan di bawah (orang yang meminta)’?”
Syaqiq al-Balkhi pun terdiam seribu kata. Ia pun meminta permohonan maaf kepada gurunya, Ibrahim bin Adam.
“Ketahuilah muridku, seorang sufi harus mencari derajat yang lebih baik di hadapan Allah dengan usaha terbaik yang dapat ia kerjakan.”
Syaqiq al-Balkhi pun menyanjung gurunya, “Sungguh engkau adalah seorang yang sangat luas ilmunya.”
Kisah ini memberikan kita gambaran bahwa ulama sufi bukanlah ulama yang sekedar berpasrah diri kepada Allah. Melainkan, mereka semua adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam usaha mereka seraya memasrahkan hasilnya kepada Allah.
Kisah Abu Nawas; Abu Nawas Benci Haq & Menyukai Fitnah
Kisah Abu Nawas adalah kisah yang penuh hikmah namun dibalut dengan kisah jenaka antara dia dan khalifah atau tokoh yang lainnya. Kali ini ada sebuah kisa yang tidak kalah jenaka dan penuh hikmah dari kisah yang lain. Yuk kita saksikan bersama-sama.
Alkisah, keramaian dan geliat ekonomi pasar Baghdad tiba-tiba dihebohkan dengan celotehan Abu Nawas. “Wahai umat manusia, ketahuilah! Saya, Abu Nawas, adalah orang yang sangat membenci pada yang Haq (kebenaran) dan suka kepada fitnah, dan saya adalah orang yang lebih kaya dibandingkan Allah”, Teriaknya. Tak ayal, teriakan Abu Nawas membuat geger seisi pasar, yang memang penduduk muslim taat.
Omongan Abu Nawas ini sangat aneh karena selama ini dia dikenal sebagai orang yang alim dan bertakwa, meskipun memang suka bersikap jenaka. Walhasil, Abu Nawas pun ditangkap oleh polisi kerajaan dan dihadapkan kepada khalifah Harun al-Rasyid.
“Hai Abu Nawas, benarkah engkau berkata begitu?” tanya sang khalifah.
“Benar Tuan,” jawab Abu Nawas kalem.
“Mengapa engkau berkata begitu, sudah kafirkah engkau?” saut khalifah.
“Ah, saya kira khalifah juga seperti saya. Khalifah juga pasti membenci perkara yang haq,” ujar Abu Nawas dengan serius.
“Gila benar engkau!” bentak khalifah mulai marah.
“Jangan marah dulu wahai khalifah, dengarkan dulu keterangan saya,” kata Abu Nawas meredakan kemarahan khalifah.
“Keterangan apa yang ingin engkau dakwahkan. Sebagai seorang muslim, aku membela dan bukan membenci perkara yang haq, kamu harus tahu itu!” ujar khalifah.
“Tuan, setiap ada orang yang membacakan talqin saya selalu mendengar bahwa mati itu haq dan neraka itu haq. Nah siapakah orangnya yang tak membenci mati dan neraka yang haq itu? Tidakkah khalifah juga membencinya seperti aku?” ujar Abu Nawas menjelaskan.
“Cerdik pula kau ini,” ujar khalifah setelah mendengarkan penjelasan Abu Nawas.
“Tapi, bagaimana dengan pernyataanmu yang menyukai fitnah?” tanya sang khalifah menyelidik.
“Sebentar, khalifah barangkali lupa bahwa di dalam Alquran disebutkan, bahwa harta benda dan anak-anak kita adalah fitnah. Padahal khalifah juga menyenangi harta dan anak-anak seperti halnya saya. Benar begitu khalifah?”
“Ya, memang begitu, tetapi, mengapa kau mengatakan lebih kaya dibanding Allah yang Mahakaya?” tanya khalifah Harun al-Rasyid.
“Saya lebih kaya dari Allah, karena saya mempunyai anak, sedang Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.”
“Itu memang benar, tetapi apa maksudmu berkata begitu di tengah pasar sehingga membuat keonaran,” tanya sang khalifah.
“Dengan cara begitu, saya akan ditangkap dan kemudian sihadapkan kepada khalifah seperti sekarang ini,” Jawabnya kalem.
“Apa perlunya kau menghadapku?”
“Agar bisa mendapat hadiah dari khalifah,” jawab Abu Nawas tegas.
Sidang yang mulanya tegang, menjadi penuh gelak tawa. Tak lupa khalifah pun menyerahkan hadiah kepada Abu Nawas.
Baca juga: Kisah Abu Nawas; Cara Cepat Dapatkan Hadiah Dari Khalifah
Kisah Hikmah; Penyair Dermawan Kristen Masyhur di Arab Pra Islam
Belajar hikmah adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Karena kita mempunyai jasad dan ruh.
Setiap hari kita memberikan nafkah jasad kita dengan makanan dan minuman namun sudahkah kita memberikan nafkah pada ruh kita? Jika tidak sesungguhnya kita sudah mendzalimi diri kita sendiri.
Salah satu cara untuk memberikan nafkah pada ruh kita adalah dengan membaca hikmah. Nah kali ini kita akan membaca kisah nyata hikmah dari seorang dermawan di masanya, Hatim al-Tha’i.
Hatim al-Tha’i (حاتم الطائي) seorang penyair Kristen pra-Islam keturunan Yaman yang berwajah tampan dan terkenal dengan kedermawanan-nya. Ia adalah ayah dari Adi bin Hatim, salah seorang sahabat Nabi yang disegani dan meriwayatkan cukup banyak hadis.
Hatim memiliki seorang istri bernama Mawiyah, istrinya itu selalu menahan agar ia tidak berlebihan dalam memberi. Kendati demikian Hatim tidak terpengaruh oleh istrinya dan selalu berusaha sebisa mungkin untuk memberi jika ada yang meminta kepadanya.
Suatu hari sepupu Mawiyah datang kepadanya dan bertanya “Bagaimana kehidupanmu dengan Hatim? Karena aku melihat jika Hatim mempunyai uang maka ia akan memberikannya, dan jika ia tidak punya uang maka ia akan mencarinya untuk bisa diberikan kembali, dan menurutku jika ia meninggal, ia akan meninggalkan keluarganya dalam keadaan miskin.”
Mawiyah pun mengangguk-angguk, membenarkan semuanya pernyataan sepupunya tersebut.
Salah satu kisahnya yang cukup masyhur ialah, pada saat itu negeri Arab sedang dilanda paceklik yang berkepanjangan, seluruh orang kelaparan karena sulitnya mendapatkan makanan, hal ini juga dirasakan Hatim dan keluarganya. Anak-anak Hatim sampai sulit untuk bisa tidur pada malam harinya karena kelaparan. Hatim hanya bisa meninabobokan mereka dengan membacakan dongeng hingga mereka terlelap.
Kemudian, pada saat tengah malam terdengar derap kaki seseorang di luar rumah dan memanggil namanya, kemudian Hatim bergegas menemuinya dan ternyata orang itu ialah seorang ibu yang meminta pertolongan karena ia memiliki beberapa anak di rumahnya yang menangis seperti serigala yang kelaparan.
Tanpa pikir panjang, Hatim langsung mengambil pedangnya dan menyembelih kuda perang kebanggaannya itu dan memasaknya untuk wanita tersebut.
Tak berhenti di situ, ia juga membangunkan seluruh tetangga dan tentunya anak dan istrinya untuk menyantap kuda yang telah ia masak. Di saat yang lainnya sedang lahap menyantap makanan, ia hanya meringkuk di ujung batu sambil tersenyum senang melihat mereka makan. Ketika ditawari ia hanya menjawab, “Senyum kalian lebih mengenyangkan bagiku daripada daging kuda ini.”
Kisah Abu Nawas Yang Berhasil Membuat Sang Raja Cium Pantat Ayam
Abu Nawas mempunyai kisah yang unik dalam setiap jengkal hidupnya. Selain unik, cerita Abu Nawas mempunyai hikmah tersendiri. Demikian dengan kisah yang akan kita baca kali ini. Abu Nawas berhasil membuat Sang Raja merasa kikuk ketika ia ingin menjatuhkan hukuman pada Abu Nawas. Bahkan Raja harus menanggung malu akibat ulah Abu Nawas. Seperti apa keseruannya? Yuk kita baca bersama-sama.
Suatu hari Raja Harun Ar-Rasyid merasa geram dengan sikap Abu Nawas. Ya, beberapa kali Abu Nawas sudah membuat dirinya malu di depan para pejabat kerajaan. Muncul rasa dendam di hatinya, akhirnya sang raja hendak membuat jebakan untuk Abu Nawas. Seperti biasa, jika Abu Nawas gagal maka akan mendapatkan hukuman.
Raja Harun Ar-Rasyid pun akhrinya memanggil Abu Nawas untuk menghadap dirinya. Sang raja pun lalu memberikan pertanyaan.
“Wahai Abu Nawas, di depan mejaku itu ada sepanggang daging ayam yang lezat dan enak dilahap, tolong segera ambilkan,” perintah sang raja.
Abu Nawas merasa bingung dengan perintah itu, karena tak biasanya ia disuruh mengambilkan makanan raja
Abu Nawas akhirnya menuruti perintah itu. Ia pun mengambil ayam panggang sang raja, kemudian memberikannya kepada raja. Namun, sang Raja belum langsung menerimanya, ia bertanya lagi.
“Abu Nawas, di tangan kamu ada sepotong ayam panggang lezat, silahkan dinikmati.” Raja memberikan perintah lagi.
Baru saja Abu Nawas hendak menyantap ayam panggang tersebut, tiba-tiba raja berkata lagi,
“Tapi ingat Abu Nawas, dengarkan dulu petunjuknya. Jika kamu memotong paha ayam itu, maka aku akan memotong pahamu dan jika kamu memotong dada ayam itu, maka aku akan memotong dadamu. Tidak hanya itu saja, jika kamu memotong dan memakan kepala ayam itu, maka aku akan memotong kepalamu. Akan tetapi kalau kamu hanya mendiamkan saja ayam panggang itu, akibatnya kamu akan aku gantung,” titah sang Raja kepada Abu Nawas.
Abu Nawas pun merasa bingung dengan petunjuk yang dititahkan rajanya itu. Dalam kebingungannya, ia semakin yakin jika hal itu hanya akal-akalan sang Raja saja demi untuk menghukumnya. Tak cuma Abu Nawas saja yang tegang, melainkan semua pejabat kerajaan yang hadir di istana tampak tegang pula.
Sepuluh menit lamanya, Abu Nawas hanya membolak-balikkan ayam panggang itu. Kemudian Abu Nawas mulai mendekatkan ayam panggang itu tepat di indera penciumannya.
Para hadirin yang datang atas undangan raja mulai bingung dan tidak mengerti apa yang dilakukan Abu Nawas. Kemudian terlihat Abu Nawas mencium bagian pantat ayam bakar yang kelihatan sangat lezat itu.
“Jika saya harus memotong paha ayam ini, maka Baginda akan memotong pahaku, jika saya harus memotong dada ayam ini, maka Baginda akan memotong dadaku, jika saya harus memakan dan memotong kepala ayam ini, Baginda akan memotong kepalaku, tetapi coba lihat, yang saya lakukan adalah mencium pantat ayam ini,” kata Abu Nawas.
“Apa maksudmu, wahai Abu Nawas,” tanya Baginda Raja.
“Maksud saya adalah kalau saya melakukan demikian maka Baginda juga akan membalasnya demikian, layaknya ayam ini. Nah, saya hanya mencium pantat ayam panggang ini saja, maka Baginda juga harus mencium pantat ayam panggang ini pula,” jelas Abu Nawas.
Sontak saja penjelasan Abu Nawas itu membuat para pejabat yang hadir menahan tawa, tetapi ragu-ragu karena takut dihukum raja. Sementara itu, raja yang mendengar ucapan Abu Nawas mulai memerah mukanya karena malu untuk kesekian kalinya. Untuk menutupi rasa malunya itu, Raja memerintahkan Abu Nawas untuk pulang dan membawa pergi ayam panggang yang lezat itu.
“Wahai Abu Nawas, cepat pulanglah, jangan sampai aku berubah pikiran,” kata raja.
Ketika sampai di rumah, Abu Nawas mengundang tetangganya untuk berpesta ayam panggang. Untuk kesekian kalinya, Abu Nawas kembali sukses mempermalukan Raja Harun Ar-Rasyid di depan para pejabat kerajaan.
Israel Mulai Tutup Jalur Pedesaan Tepi Barat ke Lembah Yordania
Menjelang dimulainya pencaplokan Tepi Barat, militer rezim Zionis Israel mulai memasang penghalang berbahan semen di jalanan yang menghubungkan desa-desa Tepi Barat ke Lembah Yordania. Dilansir dari Wafa, saksi lokal mengatakan bahwa militer Israel mulai mempersiapkan garis-garis untuk memisahkan daerah yang termasuk bagian dari rencana aneksasi Israel pada awal Juli 2020 mendatang.
Penghalang-penghalang tersebut dipasang di beberapa desa seperti Al-Mughayyer, Kufr Malik dan Duma. Selanjutnya, mereka juga akan memasang gerbang besi untuk membatasi akses Tepi Barat-Lembah Yordania.
Baca juga: Tinggal atau Pergi, Dilema Warga Palestina Menyusul Aneksasi Lembah Yordania
Menurut PBB, sekitar 60.000 warga Palestina tinggal di Lembah Yordania. Langkah-langkah serta kebijakan yang diambil oleh rezim pendudukan Israel menjelang aneksasi ini memiliki dampak yang besar dalam keseluruhan aspek kehidupan sehari-hari mereka.
Saat ini mereka hidup di bawah kontrol Unit COGAT (Koordinator Aktivitas Pemerintahan di Wilayah Pendudukan) militer Israel. COGAT bertugas memantau proses-proses sipil seperti izin bangunan, pembuatan jalan, agrikultur dan perairan di wilayah C. COGAT telah menutup akses menuju pedesaan Palestina, lahan cocok tanam dan sumber-sumber air. Lahan cocok tanam warga Palestina bahkan acapkali ditutup dan ditandai sebagai ‘zona militer’ oleh COGAT.
Titah Raja: Umrah-Haji Masih Ditutup
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengutip titah Raja Salman bin Abdulaziz untuk urusan haji, umrah, penerbangan luar negeri, keluar-masuk perbatasan darat maupun laut.
Salah satu pejabat Kemneterian Dalam Negeri Saudi menyatakan, “Titah ini dikeluarkan berdasarkan pengamatan gugus medis. Keputusan diambil dalam lingkup perangi pandemi Corona.”
“Titah sang Raja mengulas masalah umrah dan haji yang masih akan ditutup. Ulasan serta perubahan keputusan akan dilandaskan pada keterangan medis. Keputusan juga mencakup larangan penerbangan luar negeri dan lalu lintas perbatasan baik laut maupun darat.”
Mengutip pernyataan petinggi, surat kabar resmi Saudi mengabarkan pengeluaran surat izin untuk mencegah aktifitas ekonomi dan perdagangan Riyadh.
“Larangan lalu lintas akan diaktifkan dari jam 6 Senin pagi di semua daerah,” tulis surat kabar resmi Saudi.
Departemen kesehatan Saudi melaporkan, “3.941 orang tercatat positif Corona hanya dalam 24 jam lalu. Secara keseluruhan jumlah positif Corona di Saudi hingga sekarang mencapai 154.233 orang.”
Adapun jumlah kematian dalam 24 jam lalu di Saudi mencapai angka 46. Secara keseluruhan, jumlah kematian sudah mencapai 1.230.
Malaysia tak Berangkatkan Jemaah Haji Tahun Ini
Kepala Departemen urusan Agama di Kantor Perdana Menteri Malaysia mengatakan Malaysia tahun ini tidak akan memberangkatkan jemaah haji ke Arab Saudi.
Bernama (11/6/2020) melaporkan, Datuk Seri Dr Zulkifli Mohamad Al-Bakri mengumumkan, Malaysia tahun ini tidak akan mengirim jemaah haji ke Saudi untuk mencegah penyebaran Virus Corona. Menurutnya, keputusan ini diambil setelah mendapat persetujuan Sultan, dan berkoordinasi dengan instansi terkait.
Zulkifli mengaku sudah mengirim surat kepada duta besar Malaysia untuk Saudi Datuk Dr Mahmoud Hussien Saeed Qattan agar disampaikan ke Menteri Haji dan Umrah Saudi.
"Saya berharap semua jemaah haji Malaysia bisa bersabar, dan menerima keputusan ini," imbuhnya.
Malaysia adalah salah satu negara yang memutuskan untuk tidak mengirim jemaah haji ke Saudi tahun ini selain Indonesia, Singapura, Kamboja, Thailand dan Brunei.
Dituduh Mata-Mata, Mantan Sekretaris Militer Netanyahu Ditangkap
Media rezim Zionis Israel melaporkan penangkapan mantan sekretaris militer Perdana Menteri rezim Zionis Israel atas tuduhan spionase.
Koran Haaretz hari Jumat (19/6/2020) melaporkan identitas Yohanan Loker, mantan sekretaris militer Benjamin Netanyahu yang telah lama diidentifikasi sebagai mata-mata, tetapi surat kabar ini baru diizinkan untuk mempublikasikan beritanya kemarin.
Yohanan Loker bekerja di kantor Netanyahu dan menjabat posisi sensitif.
Netanyahu juga menunjuk Yohanan Loker untuk memimpin angkatan udara Israel pada saat itu, dan kemudian menunjuknya sebagai ketua komite pengawasan anggaran militer rezim Zionis.
Laporan Haaretz tidak menyebutkan negara mana yang mempekerjakan Yohanan Loker sebagai
Prasasti Syahid Soleimani di Bandara Baghdad Diresmikan
Prasasti syuhada perlawanan, Letjen Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran, dan Abu Mahdi al-Mohandes, Wakil Kepala Al-Hashd al-Shaabi diresmikan baru-baru ini di sekitar Bandara Internasional Baghdad, ibu kota Irak untuk mengenang jasa perjuangan mereka.
Warga dan perwakilan dari berbagai elemen Irak hari Jumat (19/6/2020) menghadiri peresmian prasasti Syahid Soleimani dan Abu Mahdi Al-Mohandes, dan menyampaikan terima kasih atas perjuangan para pahlawan gerakan perlawanan ini.
Pada 3 Januari 2020, Letjen Qassem Soleimani yang didampingi Abu Mahdi Al Mohandes dan delapan orang lainnya diserang drone angkatan udara Amerika hingga gugur di dekat bandara Baghdad Irak.



























