کمالوندی
Ramadhan, Musim Semi Munajat (Bagian 25)
Keyakinan akan Ma'ad atau Hari Kebangkitanmerupakan bagian dari Usuluddin Islam. Banyak ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang kematian dan Ma'ad serta mengingatkan manusia akan keduanya. Sejatinya, ada lebih dari dua pertiga ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang kematian dan kiamat. Lalu pertanyaannya, apa makna di balik semua peringatan tentang kematian dan kiamat? Imam Ali as menjawab pertanyaan ini dengan ucapannya, "Sebelum badan kalian keluar dari dunia, hati kalian telah terlebih dahulu keluar. Karena kalian diciptakan untuk akhirat dan berada di dunia untuk diuji..."
 
Menurut Rasulullah Saw, mengingat mati punya peran konstruktif dalam kehidupan manusia. Ketika ada yang bertanya kepada beliau tentang siapa yang paling cerdas, beliau menjawab, "Orang yang paling banyak mengingat kematian dan lebih siap menghadapinya." Lalai dari mati membuat dunia tampak begitu berharga di mata manusia, sehingga akalnya tidak lagi dapat memahami hakikat dan kebenaran. Manusia yang lalai akan berusaha keras untuk meraih keinginan hawa nafsu dan duniawinya. Mengingat mati akan membebaskan manusia dari sikap lalai dan menjadikannya menyadari akan hakikat penting tentang manusia itu sendiri.
 
Tentu saja mengingat mati tidak boleh diartikan manusia telah kehilangan kegairahan dan aktivitasnya di dunia. Jangan sampai mengambil kesimpulan seperti ini dari ayat dan riwayat yang berbicara tentang mati. Bahkan melihat fenomena kematian lebih logis membuat perbuatan kita lebih terarah dan benar, sehingga bukan saja kita tidak lemah melakukan aktivitas kehidupan, yang terjadi ada semangat yang lebih besar untuk melakukannya. Para Imam Maksum as dan ulama senantiasa mengingat mati dan menyiapkan dirinya, tapi pada saat yang sama mereka menunjukkan kerja keras dan melakukan aktivitasnya dengan penuh semangat.
 
Pria itu duduk di dekatku. Kondisinya agak aneh. Ia berkata, "Aku punya satu pertanyaan dan jawabannya sangat penting buatku." Saya menjawab, "Sudah tentu, bila saya mengetahui jawabannya, dengan senang hati saya akan membantumu." Ia berkata, "Saya akan pergi." "Apa maksudnya," tanyaku. Ia berkata, "Saya akan mati." "Berapa dokter yang telah engkau datangi? tanyaku. Ia menjawab, "Semua dokter mengatakan tidak ada obat yang dapat menyembuhkanku."
 
Saya kemudian berkata kepadanya, "Allah sangat pemurah. Insya Allah engkau akan diberikan kesembuhan." Mendengar ucapanku, ia memandangku dengan penuh takjub dan berkata, "Apakah bila engkau mati berarti Allah tidak pemurah?" Saya baru menyadari pria itu cukup cerdas dan tidak bisa berbicara apa adanya. Akhirnya saya berkata, "Engkau benar, sekarang apa pertanyaanmu?" Ia kemudian mulai bercerita:
 
"Sejak mengetahui pasti mati, aku sangat sedih dan hanya berdiam diri di rumah. Sehari-hari pekerjaanku adalah menyendiri di kamar dan berkeluh kesah, sehingga suatu hari aku berkata kepada diriku sendiri, ÔÇÿSampai kapan engkau ingin menanti kematian?' Akhirnya, suatu hari di pagi hari aku keluar dari rumah dan mulai bekerja seperti orang lain, hanya saja ada perbedaan mendasar antaraaku dan orang lain. Karena saya pasti mati, sementara orang lain tidak demikian. Saya semakin pengasih dan perilaku orang yang ingin menggangguku sudah tidak kupikirkan lagi.
 
Beberapa kali mereka sengaja menipuku, tapi aku berkata kepada diriku sendiri, ÔÇÿBiarkan mereka bergembira dengan menipuku, karena saya sudah pasti akan meninggalkan dunia ini dan mereka akan tetap hidup di dunia. Sekarang saya bekerja, tapi sudah tidak ada rasa ketamakan. Aku hidup bersama masyarakat, tapi tidak berbuat zalim kepada mereka, bahkan aku mencintai mereka. Melihat sepasang pengantin menikah, hatiku senang dan berdoa agar mereka bahagia. Bertemu orang miskin, aku langsung membantunya. Aku seperti orang tua yang berharap kebahagiaan semua orang. Masalah mati membuatku menjadi orang baik dan pengasih. Pertanyaannya, saya menjadi baik karena masalah kematian dan Allah menerima kebaikanku ini?"
 
Saya menjawab, "Seperti yang saya ketahui, manusia memiliki kesempatan hingga kematian menjemputnya dan manusia menjadi baik membuatnya mulia di sisi Allah." Mendengar jawabanku ia terlihat gembira. Ia mengucapkan terima kasih dan perlahan-lahan meninggalkanku. Sebelum menjauh, saya menyempatkan diri bertanya kepadanya, "Oh iya, engkau belum mengatakan berapa waktu lagi akan meninggal?" Ia menjawab, "Tidak pasti, antara satu hingga ribuan hari lagi!!!"
 
Saya lalu menghitung sendiri dan melihat kondisiku sebenarnya tidak berbeda dengannya. Dengan penuh takjub saya bertanya lagi, "Lalu apa sakitmu?" Ia menjawab, "Aku tidak sakit!" Saya berkata, "Lalu apa?" Ia menjawab, "Aku mengetahui bahwa kematian merupakan keniscayaan. Oleh karena itu aku pergi ke dokter dan berkata, ÔÇÿApakah engkau dapat berbuat sesuatu agar aku tidak mati?' Mereka menjawab, ÔÇÿTidak ada.' Akhirnya aku tahu semua akan pergi ke dunia lain dan tidak abadi di dunia ini." Setelah itu ia tersenyum dan pergi. Saya kemudianteringat ayat al-Quran, "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh" (QS. an-Nisa: 78)
 
Memperhatikan munajat wali Allah dan apa yang mereka pinta memunculkan motivasi pada diri manusia untuk memohon kepada Allah seperti yang mereka lakukan. Biasanya, saat berdoa kepada Allah, kita meminta sesuatu yang diketahui nilainya dan selama kita tidak mengetahuinya, kita tidak memohonkannya dari Allah. Tapi ketika kita memperhatikan doa yang dipanjatkan wali Allah, kita lalu memahami banyak hal penting dan bernilai yang terlupakan selama ini. Munajat Arifin Imam Zainal Abidin termasuk doa yang mengingatkan kita bagaimana memohon kepada Allah dan apa saja yang kita pinta.
 
Imam Zainal Abidin as atau Imam Sajjad as di akhir munajat indah ini mengatakan, "Ilahi, betapa nikmatnya Engkau mengilhamkan pemikiran yang senantiasa mengingat-Mu. Betapa manisnya pemikiran yang bergerak menuju-Mu. Betapa enaknya rasa berteman dengan-Mu dan betapa manisnya minuman kedekatan-Mu! Oleh karenanya, wahai Allah jangan usir kami dari sisi-Mu dan beri kami tempat perlindungan. Wahai pemberi dengan kebenaran rahmat dan kebaikan! Wahai Maha Pengasih dari segala kasih!"
 
Imam Sajjad as menyebut ingat kepada Allah sebagai kenikmatan tertinggi. Bayangkan seorang pecinta dengan seluruh wujudnya mencintai sesuatu yang dicintainya dan senantiasa mengingatnya dalam pikiran. Tapi ketika ada satu masalah yang menimpa manusia, dengan segera ia akan melupakan yang dicintainya. Dalam kondisi yang demikian, yang dicinta berusaha agar pecinta kembali memperhatikannya. Isyarat yang disampaikan oleh yang dicinta bagi pecinta sangat nikmat. Sekarang bila seseorang menjadikan Allah sebagai yang dicintainya, maka tidak ada kenikmatan yang lebih dari isyarat dan ilham-Nya agar orang itu menyebut dan mengingat-Nya.
 
Dalam ayat 143 surat al-A'raf disebutkan bahwa Nabi Musa as meminta kepada Allah agar dapat melihat-Nya. Sebagai jawabannya, Allah berfirman, "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap tidak di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman."
 
Bila dalam munajat ada ucapan tentang penyaksian Allah, maka yang dimaksud adalah penyaksian manifestasi-Nya, bukan melihat Allah itu sendiri. Tapi untuk dapat menyaksikan manifestasi ilahi, seseorang harus berada dalam maqam yang tinggi dan tidak semua orang dapat meraihnya. Mereka yang mendapat taufik seperti ini dari Allah sangat menghargai nikmat ini dan senantiasa bersyukur kepada-Nya. Mereka berusaha untuk tetap berada dalam nikmat ini dengan mengingat-Nya. Sama seperti cinta antara dua manusia akan membuat kehidupan pencinta menjadi bergairah, mengingat Allah, selain menciptakan kesegaran dan kegairahan, jiwa manusia akan menjadi manifestasi lain dari Allah.
Ramadhan, Musim Semi Munajat (Bagian 25)
Keyakinan akan Ma'ad atau Hari Kebangkitanmerupakan bagian dari Usuluddin Islam. Banyak ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang kematian dan Ma'ad serta mengingatkan manusia akan keduanya. Sejatinya, ada lebih dari dua pertiga ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang kematian dan kiamat. Lalu pertanyaannya, apa makna di balik semua peringatan tentang kematian dan kiamat? Imam Ali as menjawab pertanyaan ini dengan ucapannya, "Sebelum badan kalian keluar dari dunia, hati kalian telah terlebih dahulu keluar. Karena kalian diciptakan untuk akhirat dan berada di dunia untuk diuji..."
 
Menurut Rasulullah Saw, mengingat mati punya peran konstruktif dalam kehidupan manusia. Ketika ada yang bertanya kepada beliau tentang siapa yang paling cerdas, beliau menjawab, "Orang yang paling banyak mengingat kematian dan lebih siap menghadapinya." Lalai dari mati membuat dunia tampak begitu berharga di mata manusia, sehingga akalnya tidak lagi dapat memahami hakikat dan kebenaran. Manusia yang lalai akan berusaha keras untuk meraih keinginan hawa nafsu dan duniawinya. Mengingat mati akan membebaskan manusia dari sikap lalai dan menjadikannya menyadari akan hakikat penting tentang manusia itu sendiri.
 
Tentu saja mengingat mati tidak boleh diartikan manusia telah kehilangan kegairahan dan aktivitasnya di dunia. Jangan sampai mengambil kesimpulan seperti ini dari ayat dan riwayat yang berbicara tentang mati. Bahkan melihat fenomena kematian lebih logis membuat perbuatan kita lebih terarah dan benar, sehingga bukan saja kita tidak lemah melakukan aktivitas kehidupan, yang terjadi ada semangat yang lebih besar untuk melakukannya. Para Imam Maksum as dan ulama senantiasa mengingat mati dan menyiapkan dirinya, tapi pada saat yang sama mereka menunjukkan kerja keras dan melakukan aktivitasnya dengan penuh semangat.
 
Pria itu duduk di dekatku. Kondisinya agak aneh. Ia berkata, "Aku punya satu pertanyaan dan jawabannya sangat penting buatku." Saya menjawab, "Sudah tentu, bila saya mengetahui jawabannya, dengan senang hati saya akan membantumu." Ia berkata, "Saya akan pergi." "Apa maksudnya," tanyaku. Ia berkata, "Saya akan mati." "Berapa dokter yang telah engkau datangi? tanyaku. Ia menjawab, "Semua dokter mengatakan tidak ada obat yang dapat menyembuhkanku."
 
Saya kemudian berkata kepadanya, "Allah sangat pemurah. Insya Allah engkau akan diberikan kesembuhan." Mendengar ucapanku, ia memandangku dengan penuh takjub dan berkata, "Apakah bila engkau mati berarti Allah tidak pemurah?" Saya baru menyadari pria itu cukup cerdas dan tidak bisa berbicara apa adanya. Akhirnya saya berkata, "Engkau benar, sekarang apa pertanyaanmu?" Ia kemudian mulai bercerita:
 
"Sejak mengetahui pasti mati, aku sangat sedih dan hanya berdiam diri di rumah. Sehari-hari pekerjaanku adalah menyendiri di kamar dan berkeluh kesah, sehingga suatu hari aku berkata kepada diriku sendiri, ÔÇÿSampai kapan engkau ingin menanti kematian?' Akhirnya, suatu hari di pagi hari aku keluar dari rumah dan mulai bekerja seperti orang lain, hanya saja ada perbedaan mendasar antaraaku dan orang lain. Karena saya pasti mati, sementara orang lain tidak demikian. Saya semakin pengasih dan perilaku orang yang ingin menggangguku sudah tidak kupikirkan lagi.
 
Beberapa kali mereka sengaja menipuku, tapi aku berkata kepada diriku sendiri, ÔÇÿBiarkan mereka bergembira dengan menipuku, karena saya sudah pasti akan meninggalkan dunia ini dan mereka akan tetap hidup di dunia. Sekarang saya bekerja, tapi sudah tidak ada rasa ketamakan. Aku hidup bersama masyarakat, tapi tidak berbuat zalim kepada mereka, bahkan aku mencintai mereka. Melihat sepasang pengantin menikah, hatiku senang dan berdoa agar mereka bahagia. Bertemu orang miskin, aku langsung membantunya. Aku seperti orang tua yang berharap kebahagiaan semua orang. Masalah mati membuatku menjadi orang baik dan pengasih. Pertanyaannya, saya menjadi baik karena masalah kematian dan Allah menerima kebaikanku ini?"
 
Saya menjawab, "Seperti yang saya ketahui, manusia memiliki kesempatan hingga kematian menjemputnya dan manusia menjadi baik membuatnya mulia di sisi Allah." Mendengar jawabanku ia terlihat gembira. Ia mengucapkan terima kasih dan perlahan-lahan meninggalkanku. Sebelum menjauh, saya menyempatkan diri bertanya kepadanya, "Oh iya, engkau belum mengatakan berapa waktu lagi akan meninggal?" Ia menjawab, "Tidak pasti, antara satu hingga ribuan hari lagi!!!"
 
Saya lalu menghitung sendiri dan melihat kondisiku sebenarnya tidak berbeda dengannya. Dengan penuh takjub saya bertanya lagi, "Lalu apa sakitmu?" Ia menjawab, "Aku tidak sakit!" Saya berkata, "Lalu apa?" Ia menjawab, "Aku mengetahui bahwa kematian merupakan keniscayaan. Oleh karena itu aku pergi ke dokter dan berkata, ÔÇÿApakah engkau dapat berbuat sesuatu agar aku tidak mati?' Mereka menjawab, ÔÇÿTidak ada.' Akhirnya aku tahu semua akan pergi ke dunia lain dan tidak abadi di dunia ini." Setelah itu ia tersenyum dan pergi. Saya kemudianteringat ayat al-Quran, "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh" (QS. an-Nisa: 78)
 
Memperhatikan munajat wali Allah dan apa yang mereka pinta memunculkan motivasi pada diri manusia untuk memohon kepada Allah seperti yang mereka lakukan. Biasanya, saat berdoa kepada Allah, kita meminta sesuatu yang diketahui nilainya dan selama kita tidak mengetahuinya, kita tidak memohonkannya dari Allah. Tapi ketika kita memperhatikan doa yang dipanjatkan wali Allah, kita lalu memahami banyak hal penting dan bernilai yang terlupakan selama ini. Munajat Arifin Imam Zainal Abidin termasuk doa yang mengingatkan kita bagaimana memohon kepada Allah dan apa saja yang kita pinta.
 
Imam Zainal Abidin as atau Imam Sajjad as di akhir munajat indah ini mengatakan, "Ilahi, betapa nikmatnya Engkau mengilhamkan pemikiran yang senantiasa mengingat-Mu. Betapa manisnya pemikiran yang bergerak menuju-Mu. Betapa enaknya rasa berteman dengan-Mu dan betapa manisnya minuman kedekatan-Mu! Oleh karenanya, wahai Allah jangan usir kami dari sisi-Mu dan beri kami tempat perlindungan. Wahai pemberi dengan kebenaran rahmat dan kebaikan! Wahai Maha Pengasih dari segala kasih!"
 
Imam Sajjad as menyebut ingat kepada Allah sebagai kenikmatan tertinggi. Bayangkan seorang pecinta dengan seluruh wujudnya mencintai sesuatu yang dicintainya dan senantiasa mengingatnya dalam pikiran. Tapi ketika ada satu masalah yang menimpa manusia, dengan segera ia akan melupakan yang dicintainya. Dalam kondisi yang demikian, yang dicinta berusaha agar pecinta kembali memperhatikannya. Isyarat yang disampaikan oleh yang dicinta bagi pecinta sangat nikmat. Sekarang bila seseorang menjadikan Allah sebagai yang dicintainya, maka tidak ada kenikmatan yang lebih dari isyarat dan ilham-Nya agar orang itu menyebut dan mengingat-Nya.
 
Dalam ayat 143 surat al-A'raf disebutkan bahwa Nabi Musa as meminta kepada Allah agar dapat melihat-Nya. Sebagai jawabannya, Allah berfirman, "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap tidak di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman."
 
Bila dalam munajat ada ucapan tentang penyaksian Allah, maka yang dimaksud adalah penyaksian manifestasi-Nya, bukan melihat Allah itu sendiri. Tapi untuk dapat menyaksikan manifestasi ilahi, seseorang harus berada dalam maqam yang tinggi dan tidak semua orang dapat meraihnya. Mereka yang mendapat taufik seperti ini dari Allah sangat menghargai nikmat ini dan senantiasa bersyukur kepada-Nya. Mereka berusaha untuk tetap berada dalam nikmat ini dengan mengingat-Nya. Sama seperti cinta antara dua manusia akan membuat kehidupan pencinta menjadi bergairah, mengingat Allah, selain menciptakan kesegaran dan kegairahan, jiwa manusia akan menjadi manifestasi lain dari Allah.
26 Ramadhan, Muhamad khunsari Wafat
Muhamad khunsari Wafat
 
Tanggal 26 Ramadhan 1125 Hijriah, Muhammad Khunsari yang dikenal dengan Jamaluddin, salah seorang ulama besar Iran abad ke 11 dan 12 Hijriah, meninggal dunia. Dia dilahirkan dalam keluarga relijius dan pencinta ilmu, di kota Isfahan. Dia menguasai ilmu-ilmu di bidang logika, filsafat, teologi, fiqih, ushul fiqih, dan tafsir.
 
Berbekal pengetahuannnya yang luas tersebut, Jamaluddin menulis buku penjelasan atas kitab "as-Syifa" dan "al-Isyarat" karya Ibnu Sina serta kitab "Syarah Lum'ah", "al-Tahzib", dan "Mukhtasarul Ushul".
Perlawanan Bersenjata, Opsi Tunggal untuk Menghadapi Israel
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menegaskan, resistensi kuat dan bersenjata rakyat Palestina dan perluasannya hingga ke wilayah Tepi Barat adalah satu-satunya cara untuk menghadapi kebrutalan rezim Zionis Israel.
 
Hal itu disampaikan Rahbar dalam pidatonya di depan para mahasiswa dan akademisi di Tehran, ibukota Iran pada Rabu (23/7) sore. Dalam pertemuan tersebut, beliau menyinggung transformasi tragis di Jalur Gaza dan mengatakan, kejahatan luar biasa di wilayah Timur Tengah membuktikan jati diri rezim buas dan pembantai anak-anak, di mana solusi mengatasinya adalah melenyapkan rezim ilegal tersebut.
 
Ketika menyinggung musibah dan penderitaan penduduk Gaza yang tertindas, Ayatullah Khamenei menuturkan, peristiwa itu membuktikan "kebijakan kekerasan dan tangan besi" nyata rezim ilegal, di mana selama 66 tahun umurnya, rezim penjajah tersebut berulang kali melakukan kekejian di Palestina dengan angkuh dan sombong.
 
Sejak tanggal 8 Juli 2014, militer rezim Zionis melancarkan serangan brutal ke Gaza yang diblokade. Agresi itu dilakukan atas lampu hijau para pendukung rezim tersebut termasuk Amerika Serikat. Setelah dua pekan kekejian dan genosida di Gaza, para pendukung rezim Zionis masih tetap membela rezim penjajah al-Quds ini dan bahkan mereka menganggap serangan Israel ke Gaza sebagai tindakan membela diri.
 
Dukungan dan pembelaan tak tahu malu kekuatan-kekuatan arogan dunia kepada Israel yang telah menciptakan tragedi mengerikan di Gaza membuktikan kebengisan kekuatan-kekuatan hegemonik dan para pengklaim pembela Hak Asasi Manusia. Dengan dukungan kekuatan-kekuatan hegemonik dan di depan sorotan media, militer rezim Zionis membantai perempuan, anak-anak dan lansia di Gaza dengan menggunakan senjata-senjata mematikan dan bahkan beracun.
 
Mengingat tidak ada tindakan tegas terhadap kejahatan terbaru rezim Zionis di Gaza, maka misi berbagai organisasi dan lembaga internasional yang bertanggung jawab di bidang perdamaian dan keamanan internasional dan HAM menjadi dipertanyakan.
 
Kebungkaman tanpa rasa malu lembaga-lembaga internasional yang bertanggung jawab atas perdamaian dan keamanan dunia termasuk PBB dalam menyikapi transformasi di Gaza telah menyebabkan rezim Zionis semakin berani untuk melanjutkan genosida di Palestina.
 
Berbagai kekejaman Zionis di Gaza ÔÇôyang tidak mengecualikan terhadap anak-anak dan perempuan tak berdosa- telah meyakini hati setiap manusia yang menuntut kebebasan.
 
Mengingat adanya dukungan tak tahu malu dari kekuatan-kekuatan arogan dunia kepada tukang jagal Zionis dalam menciptakan kejahatan mengerikan di Gaza, maka perlawanan adalah satu-satunya cara untuk menghadapi para pembunuh biadab di abad ke-21 ini.
 
Pengalaman sejarah telah membuktikan bahwa jalur kompromi tidak mampu menjamin hak-hak dan cita-cita bangsa Palestina. Oleh karena itu, resistensi semua rakyat Palestina di berbagai wilayah termasuk di Tepi Barat adalah satu-satunya "obat" untuk mengakhiri kebuasan rezim Zionis.
 
Seperti yang telah ditegaskan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam, Tepi Barat harus dipersenjatai seperti di Gaza. Perlawanan bersenjata pada perang baru yang dikobarkan oleh Israel di Gaza adalah pilihan yang efektif untuk menghadapi serangan rezim Zionis.
 
Para pejuang Muqawama untuk pertama kalinya mampu menarget kota-kota penting di Palestina pendudukan (Israel) khususnya di kota Tel Aviv dan Haifa dengan rudal dan roket. Respon telak dan konstruktif para pejuang Palestina terhadap kejahatan rezim Zionis di Gaza tersebut telah membuat para petinggi Zionis bingung dan tak berdaya.
 
Pembatalan berbagai penerbangan ke Tel Aviv dan pembangkangan tentara-tentara Israel untuk pergi ke medan tempur telah menunjukkan keefektifan perlawanan bersenjata bagi rakyat Palestina.
 
Selain itu, mengingat lembaga-lembaga internasional hanya bungkam melihat tragedi di Gaza, maka perlawanan persenjata juga perlu dilakukan di berbagai wilayah Palestina lainnya termasuk Tepi Barat untuk menghadapi serangan Israel.
 
Warga Palestina di Tepi Barat yang tidak memiliki senjata kecuali batu juga menjadi target kebrutalan Zionis. Oleh sebab itu, perlawanan bersenjata dalam hal ini adalah satu-satunya cara untuk menghadapi kebuasan Israel.
Menlu Perancis Hibur Warga Yahudi Pro-Israel
Menteri Luar Negeri Perancis meminta orang-orang Yahudi yang mendukung rezim Zionis Israel di negaranya untuk tidak takut dengan demonstrasi yang mendukung warga Palestina di Jalur Gaza.
 
Menyusul adanya protes lobi-lobi Zionis Perancis terhadap unjuk rasa mendukung warga Gaza, Menlu Perancis Laurent Fabius dalam sebuah wawancara pada Kamis (24/7) mengatakan, orang-orang Yahudi Perancis tidak usah merasa takut. Demikian dilaporkan AFP.
 
Untuk menenangkan orang-orang Zionis di Perancis, Fabius menekankan perlunya untuk memerangi antisemitisme dan mengecamnya.
 
Organisasi-organisasi Yahudi Perancis ÔÇôpendukung utama kebijakan rezim Zionis Israel- menilai demonstrasi yang mengecam serangan Israel ke Gaza dan dukungan terhadap warga sipil Palestina sebagai tindakan anti-semit.
 
Setelah ditekan opini publik, pemerintah Sosialis Perancis yang melarang unjuk rasa untuk mendukung warga Gaza telah memberikan izin penyelenggaraan unjuk rasa itu pada hari Rabu.
 
Hampir enam juta umat Islam dan setengah juta Yahudi hidup di Perancis.
Netanyahu: Serangan ke Gaza Berlanjut
Perdana Menteri Rezim Zionis Israel dan kabinet keamanan rezim itu menegaskan kelanjutan serangan militer Israel ke Jalur Gaza.
 
Benyamin Netanyahu pada Kamis (24/7) menegaskan kelanjutan serangan militer Israel ke Gaza. Demikian dilaporkan Palestine al-Youm.
 
Hal itu ditegaskan Netanyahu ketika serangan udara dan darat rezim Zionis sejak 17 hari lalu hingga sekarang telah merenggut nyawa lebih dari 740 warga Palestina dan melukai lebih dari 4500 lainnya.
 
Mengutip sumber-sumber yang berafiliasi dengan kabinet keamanan Israel, Tel Aviv mengumumkan bahwa kelanjutan serangan militer Israel ke Gaza dan perluasan penyerangan melalui tahapan-tahapan berikutnya termasuk dari tujuan kabinet keamanan.
 
Berdasarkan sumber-sumber itu, langkah-langkah John Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB tidak menghasilkan gencatan senjata di Gaza.
 
YaakovPeri, Menteri Sains dan Teknologi Rezim Zionis ÔÇôyang juga mantan kepala keeamanan militer Israel- menilai kemungkinan gencatan senjata di Gaza dan penarikan pasukan Israel dari wilayah tersebut sebagai kemungkinan yang jauh.
 
Ia menambahkan, meskipun gencatan senjata di Gaza disepakati, pasukan Israel akan tetap melanjutkan operasi pencarian tunel-tunel bawah tanah di Gaza dan akan menghancurkannya.
Jenderal Iran: Israel Tidak Punya Pilihan Kecuali Menerima Syarat Gencatan Senjata
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran mengatakan, rezim Zionis Israel tidak memiliki pilihan kecuali menerima syarat-syarat gencatan senjata yang diajukan oleh Muqawama Palestina.
 
Mayor Jenderal Hassan Firouzabadi dalam pernyataannya pada Kamis (24/7) menyinggung situasi di Jalur Gaza dan kejahatan rezim Zionis terhadap warga Palestina. Demikian dilaporkan FNA.
 
Ia menegaskan, meski selama belasan hari ini serangan brutal Israel ke Gaza telah merusak masjid-masjid, rumah penduduk dan rumah sakit, dan bahkan serangan itu menggunakan berbagai jenis senjata terlarang, namun kekuatan Muqawama telah mencengangkan rezim Zionis.
 
Firouzabadimengatakan, langkah-langkah anti-rakyat Palestina yang diadopsi oleh Israel saat ini tidak akan menyelesaikan persoalan Zionis.
 
Menurut pejabat tinggi militer Iran itu, Muqawama akan menerima gencatan senjata jika syarat-syarat mereka diterima dan hingga ketika para pejuang Palestina membalas dendam atas darah perempuan dan anak-anak Palestina.
 
Di bagian lain pernyataannya, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran mengatakan bahwa semua bangsa di dunia menuntut penghentian kejahatan rezim Zionis di Palestina.
Bicarakan Perang di Gaza, Menlu AS Menelepon Mitranya dari Qatar dan Turki
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat membicarakan perang di Jalur Gaza melalui percakapan telepon dengan mitranya dari Qatar dan Turki.
 
John Kerry yang saat ini masih berada di Mesir melakukan pembicaraan telepon dengan mitranya dari Qatar, Khalid bin Muhammad al-Atiyah dan Turki, Ahmet Davudoglu pada Kamis (24/7) untuk meminta mereka mengerahkan segenap upayanya guna mengakhiri perang di Gaza. Demikian dilansir AFP.
 
Kerry dijadwalkan akan melakukan percakapan telepon dengan para pejabat negara-negara lainnya dari Mesir.
 
Serangan udara dan darat militer Israel ke Gaza yang dimulai sejak tanggal 8 Juli 2014 telah merenggut nyawa 780 warga Palestina, di mana mayoritas dari merek adalah warga sipil temasuk anak-anak dan perempuan.
Kunjungi Irak, Sekjen PBB Temui Ayatullah Sistani
Sekretaris Jenderal PBB melakukan pertemuan dengan Marji Tinggi Irak di kota Najaf.
 
Menurut situs jaringan Irak, Sumariya News, Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam kunjungannya hari ini (Kamis, 24/7) ke Irak bertemu dengan Ayatullah Ali Sistani. Demikian dilaporkan Alalam.
 
Berdasarkan laporan tersebut, kedua belah pihak membicarakan situasi politik dan keamanan di Irak saat ini.
 
Ban menyatakan dukungan atas upaya pemerintah Irak untuk menciptakan stabilitas di negara Arab itu.
Pilpres 2014 Dinilai Berlangsung Demokratis, Jurdil, dan Damai
Forum Masyarakat Sipil yang terdiri dari berbagai pimpinan organisasi menilai Pemilu Presiden 2014 telah berlangsung secara demokratis, inklusif, adil, aman, dan damai.
 
Meskipun masih ada kelemahan ataupun kecurangan dalam penyelenggaraan pilpres, kecurangan tersebut dinilai tidak terjadi secara masif, terstruktur, dan sistematis sehingga tidak berdampak signifikan kepada perolehan suara dua pasangan calon presiden.
 
"Kami menyatakan bahwa pemenang sesungguhnya dari pemilihan presiden kali ini adalah rakyat," kata anggota koalisi, Romo Benny Susetyo, membacakan pernyataan pers di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (23/7/2014) siang.
 
Hadir dalam jumpa pers itu anggota Forum Masyarakat Sipil lain, di antaranya, Komaruddin Hidayat, Ikrar Nusa Bakti, dan Romo Franz Magnis.
 
Benny mengatakan, partisipasi rakyat dalam pemilu presiden kali ini meningkat berlipat-lipat. Rakyat, kata dia, tidak hanya berpartisipasi dalam mencoblos dan menggunakan hak suara, tetapi juga berpartisipasi mengawal seluruh proses yang ada.
 
"Meski berbeda pilihan capres dan cawapres, rakyat tidak menunjukkan sikap permusuhan, menghormati proses demokrasi dan konsisten menerima keputusan KPU hingga pilpres dapat berlangsung dengan tertib, aman, dan damai," ujarnya.
 
Untuk itu, kata Benny, koalisi mengapresiasi kinerja KPU dan Bawaslu yang berhasil menyelenggarakan pemilu dengan damai. Koalisi juga berterima kasih kepada TNI-Polri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menjaga pemilu dengan damai.
 
Pada Selasa (22/7/2014) malam, KPU menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf kalla memenangi Pilpres 2014. Mereka memperoleh 70.997.833 suara atau 53,15 persen. Adapun pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh 62.576.444 suara atau 46,85 persen.
 
Apabila tidak ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi atas penetapan KPU itu, Jokowi-JK akan secara resmi dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014, menggantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono.
 
Prabowo menganggap proses pelaksanaan Pilpres 2014 yang diselenggarakan oleh KPU bermasalah, tidak demokratis, dan bertentangan dengan UUD 1945. Karena itu, ia menolak pelaksanaan pilpres dan menarik diri dari proses yang sedang berlangsung.



























