کمالوندی

کمالوندی

Ayat ke-6

Artinya:
Orang-orang yang kafir, sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak, mereka tak akan beriman.

Setelah memperkenalkan orang-orang yang bertakwa dan bersih hati, ayat ini berbicara tentang orang-orang kafir yang memiliki sifat fanatik dan keras kepala. Mereka orang yang tak akan terpengaruh sedikit pun oleh kebenaran dan sama sekali tak beriman kepadanya. Kafara di dalam bahasa Arab berarti menutup dan mengingkari. Kufur nikmat, berarti mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya. Kafir berarti orang yang menyembunyikan kebenaran dan tidak mempedulikannya.

Jika Allah Swt mau memaksa semua orang agar beriman, maka Allah mampu berbuat demikian. Namun iman yang tumbuh karena paksaan, tak memiliki nilai. Oleh karena itu, Allah ingin agar manusia menumbuhkan keimanan berdasarkan kehendak sendiri. Dengan demikian maka kita tak boleh berharap semua orang beriman dan bertakwa.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kufur dan fanatisme, membuat hati manusia beku dan mati, bagaikan batu atau kayu yang tak akan bergeming menghadapi segala bentuk nasehat dan petunjuk.
2. Jika seseorang tidak menerima kebenaran, maka seruan nabi pun tak akan berpengaruh padanya. Seruan para nabi, bagaikan hujan yang jika turun menyirami tanah yang memiliki kesiapan, maka tanah tersebut akan menumbuhkan bunga. Sedangkan jika hujan tersebut turun di atas tanah yang kering tandus dan tidak subur, maka paling-paling ia akan menumbuhkan onak berduri dan rumput liar.
3. Meskipun kita tahu bahwa orang kafir tak akan beriman, namun kita harus melaksanakan kewajiban kita memberikan peringatan kepadanya.

 

Ayat ke-7

Artinya:
Allah menutup hati mereka dan pendengaran mereka, sedangkan di mata mereka terdapat tabir yang menutupi, dan bagi mereka azab yang besar.

Orang-orang kafir memiliki akal, mata dan telinga, tapi perkataan-perkataan jelek dan fanatisme serta sifat keras kepala, telah menutupi semua itu sehingga tidak lagi mampu memahami dan melihat kebenaran. Itu merupakan hukuman dari Allah di dunia sedangkan di akhirat, azab yang pedih telah menanti mereka.

Di sini muncul pertanyaan. Jika Allah Swt telah menutup hati, mata dan telinga orang-orang kafir, maka berarti mereka tidak lagi bertanggung jawab atas kekafiran mereka. Karena mereka telah dipaksa oleh Allah Swt untuk tetap dalam keadaan kafir. Untuk menjawab pertanyaan ini al-Quran memberikan keterangan yang sangat jelas di dalam ayat 35 surat al-Mukmin. Allah Swt berfirman, "Demikianlah Allah akan menutup hati orang yang sombong dan zalim." Juga di dalam ayat 155 surat an-Nisa' Allah berfirman, "Tetapi Allah menutup hati mereka karena kekafiran mereka."

Sesungguhnya ayat ini menerangkan sunnatullah yang berlaku pada manusia, yaitu jika seseorang memiliki sifat takabbur, keras hati dan keras kepala dalam menghadapi kebenaran, maka alat-alat pencari pengetahuannya pun akan macet dan tak mampu bekerja lagi. Kebenaran pun akan tersembunyi baginya dan akibat buruk di dunia dan akhirat bakal menimpanya.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang memahami kebenaran, namun menolaknya, maka Allah akan menutup mata hatinya sehingga akan selalu menolak kebenaran. Hal itu merupakan ganjaran baginya.
2. Kelebihan manusia dibanding dengan hewan ialah akal dan kemampuan berpikir dengan benar yang dimiliki oleh manusia. Tetapi kelebihan ini dapat hilang. Mereka yang kehilangan akalnya lalu memusuhi kebenaran dengan kekafiran.

Ayat ke 3

Artinya:

Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib dan mendirikan solat, serta mendirikan solat, serta menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.

Al-Quran membagi alam wujud menjadi dua bagian, yaitu alam gaib yang tak terjangkau oleh indera kita, dan alam nyata yang dapat kita raba dan kita ketahui keberadaannya melalui indera. Sebagian orang hanya mau menerima dan meyakini keberadaan hal-hal yang dapat mereka lihat dan mereka dengar serta mereka tangkap dengan salah satu dari panca indera mereka. Mereka ingin memahami segala sesuatu hanya melalui indera mereka. Padahal indera manusia sangat terbatas dan tidak mampu menjangkau segala sesuatu yang ada.

Sebagai contoh, daya tarik bumi merupakan salah satu ciri khas benda-benda materi dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Akan tetapi kita mengetahui keberadaannya melalui peristiwa jatuhnya benda-benda ke bawah yaitu ke bumi. Jadi pengetahuan kita akan keberadaan kekuatan atau daya tarik ini, datang melalui akibat-akibat yang ditimbulkannya, bukan dengan menangkap esensi daya tarik itu sendiri.

Sebagian orang berkeinginan melihat Allah Swt dengan mata mereka. Mereka yang hanya percaya dengan hal-hal materi seperti Bani Israel pernah berkata kepada Nabi Musa as, "Kami tidak akan beriman kepadamu kecuali jika kami dapat melihat Allah dengan jelas."

Ini tentu satu hal yang mustahil. Karena Allah Swt bukan materi, sehingga dapat dilihat. Akan tetapi kita dapat memastikan, dan meyakini alam gaib, yaitu wujud Allah, para malaikat, dan alam akhirat, yang semuanya itu tak terjangkau oleh indera lahiriah manusia.

Tentu saja, iman adalah tingkat yang lebih tinggi dari pada ilmu dan pengetahuan. Suatu tahap dimana hati dan jiwa manusia juga menyaksikan adanya wujud sesuatu, menjalin hubungan dengannya dan mencintainya. Jelas sekali bahwa iman dan keyakinan seperti ini juga akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik pada diri manusia. Pada prinsipnya, menurut pandangan Islam, iman tanpa amal, dan keyakinan semata-mata, tidak akan membawa manusia ke arah kesempurnaan.

Ayat ini mengatakan, orang-orang yang bertakwa selain beriman kepada yang gaib, mereka juga mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dengan shalat yang merupakan zikrullah, mereka memenuhi tuntutan-tuntutan ruhani dan jiwa mereka. Dengan itu mereka akan dapat memenuhi tuntutan masyarakat, sehingga rakyat pun dapat merasakan hidup sejahtera.

Sesungguhnya shalat saja dengan sendirinya tidaklah cukup. Seseorang hendaklah menegakkan shalat, juga mengajak orang lain untuk menegakkan shalat. Hendaknya shalat dilakukan di awal waktu dan akan lebih baik dilakukan di masjid dengan berjamaah.

Dengan demikian, shalat akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan inilah posisi yang sebenarnya dari shalat. Berkenaan dengan masalah sedekah pun, Islam tidak menganjurkan pemberian bantuan-bantuan material saja lalu selesai. Akan tetapi yang ditegaskan di dalam al-Quran untuk diberikan kepada orang lain ialah "Mim Ma Razaqna". Yaitu, apa saja yang telah Allah berikan, meliputi kekayaan harta, kekuatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan segala fasilitas, kelebihan yang merupakan pemberian Allah Swt.

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Alam wujud, tak terbatas pada alam materi. Terdapat hal-hal yang memiliki wujud, tetapi tak terjangkau oleh indera kita. Namun akal dan hati kita dapat membuktikan wujud mereka itu. Dengan demikian kita harus menyakini keberadaan hal-hal tersebut.
2. Iman tak terpisahkan dari amal perbuatan, dan orang yang beriman adalah orang yang selalu beramal soleh, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt.
3. Shalat adalah amalan terpenting bagi manusia beriman.
4. Segala apa yang kita miliki adalah dari Allah, dengan demikian sebagian darinya mestilah kita berikan kepada orang lain yang memerlukan. Allah pun akan memberikan gantinya baik di dunia maupun di akhirat.
5. Islam adalah agama yang lengkap dan diturunkan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Islam mengatur hubungan dengan manusia dan manusia dengan masyarakatnya.

 

Ayat ke 4

Artinya:

Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan yang telah diturunkan sebelummu, dan mereka meyakini akan hari kiamat.

Wahyu adalah salah satu jalan untuk mencapai pengetahuan, dimana orang yang bertakwa beriman kepadanya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jalan pengetahuan manusia tidak terbatas pada indera. Terdapat suatu alam di balik alam materi ini yang telah dibuktikan keberadaannya oleh akal. Namun akal tak mampu mengetahui alam tersebut secara terperinci.

Untuk itulah, dengan menurunkan wahyu, Allah Swt telah menyempurnakan pengetahuan kita. Akal mengatakan bahwa Tuhan yang kita sebut Allah itu ada dan nyata. Akan tetapi wahyu, menjelaskan sifat-sifat dan kekhususan-kekhususan Allah kepada kita. Akal mengatakan bahwa pengadilan harus ditegakkan untuk memberikan hukuman dan pahala kepada setiap manusia. Dan wahyu mengatakan bahwa hanya alam akhirat yang memiliki ciri-ciri semacam itu.

Dengan demikian akal dan wahyu saling menyempurnakan dan orang-orang beriman menggunakan keduanya sebagai perantara mencapai pengetahuan yang benar dan sempurna. Wahyu bukan sesuatu yang khusus bagi Nabi kita saja. Nabi-nabi dan rasul-rasul lain sebelum beliau pun menerima wahyu dan diajak berbicara oleh Allah Swt.

Dengan demikian, orang-orang yang bertakwa, tak akan berkeras kepala menolak keberadaan para rasul sebelumnya dan hanya menerima kerasulan Nabi Muhammad Saw. Mereka menyakini seluruh nabi dan rasul ilahi serta segala sesuatu yang telah diwahyukan kepada mereka. Alam akhirat adalah alam gaib yang hanya dapat dikenali dengan baik dan benar melalui wahyu. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman meyakini keberadaan Hari Kiamat dan kehidupan akhirat berdasarkan al-Quran. Mereka tidak menganggap bahwa kematian adalah akhir kehidupannya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Semua Nabi memiliki tujuan yang sama, oleh karena itu kita semua harus mengimani seluruh kitab samawi.
2. Umat Islam adalah pewaris kitab-kitab samawi sebelum Al-Quran. Oleh sebab itu mereka pun mesti berusaha menjaganya.
3. Keyakinan akan hari kiamat, mendatangkan manfaat yang amat banyak. Ia membuat dunia ini menjadi kecil di mata manusia, menjaga manusia dari perbuatan dosa dan memberi arah serta tujuan yang benar pada perbuatan-perbuatan manusia.

 

Ayat ke 5

Artinya:

Mereka itulah orang-orang yang berada di atas petunjuk Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Ayat ini menerangkan akibat yang sangat mulia dan menyenangkan bagi orang-orang bertakwa yang telah mencapai kebahagiaan. Karena mereka menerima petunjuk Allah dan selalu berjalan di atas petunjuk tersebut. Kemenangan berarti kebebasan dari hawa nafsu sekaligus peningkatan dan pengembangan keutamaan-keutamaan akhlak.

Di dalam bahasa Arab, petani disebut fallah yang pada asalnya berarti orang yang menang. Kata fallah, memiliki akar kata yang sama dengan kata muflihuun di dalam ayat ke lima surat al-Baqarah ini. Karena dengan pekerjaannnya petani menyediakan lahan untuk tumbuhnya benih dari dalam tanah sehingga dapat berkembang biak. Kemenangan adalah tingkat tertinggi tahap kesempurnaan manusia, karena sesuai dengan ayat al-Quran, bumi ini di ciptakan untuk manusia dan manusia untuk beribadat. Sedangkan ibadah untuk mencapai ketakwaan. Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang yang bertakwa akan mencapai kemenangan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jalan mencapai kebahagiaan dan kemuliaan adalah dengan menerima hidayah ilahi.
2. Kemenangan tak akan diperoleh tanpa usaha. Untuk mencapainya diperlukan ilmu dan iman, serta amal baik.

Surat kedua di dalam al-Quran sebuah surat yang terpanjang, yaitu surat al-Baqarah. Surat ini dinamakan demikian karena dalam Surat ini terdapat cerita tentang baqarah yang berarti sapi betina.Surat ini dimulai dengan huruf-huruf yang memiliki susunan khusus, sehingga menarik perhatian setiap orang.

 

Ayat ke 1

Artinya:

Alif laam miim

Biasanya tiap satu kata terdiri dari beberapa huruf, dan memberikan arti tertentu. Akan tetapi Allah Swt telah memulai 29 surat dari 114 surat di dalam Kitab-Nya dengan huruf-huruf (ada pula dengan sebuah huruf) di mana setiap huruf di baca sendiri-sendiri, seperti ayat pertama dari surat al-Baqarah ini.

Sebagai contoh, kita tidak mengucapkan "alam" Akan tetapi kita membacanya "alif laam miim". Huruf-huruf semacam ini , yang tak pernah ada sebelumnya di dalam bahasa Arab, di dalam istilah ulama Muslimin disebut "huruf Muqotto'ah", artinya huruf yang terpotong-potong, karena ia dibaca sendiri-sendiri, tak menyambung.

Pada sebagian besar kasus, setelah huruf-huruf ini, datang ayat-ayat yang berbicara tentang mukjizat dan keagungan serta keautentikan al-Quran. Sebagaimana di dalam surat as-Syura, setelah "Haa Miim 'Ain Siin Qoof", ayat selanjutnya mengatakan, "Demikianlah Allah mewahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu. Allah yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana".

Di dalam kitab-kitab tafsir dikatakan bahwa dengan huruf-huruf ini Allah Swt ingin mengatakan bahwa Aku (Allah) telah menyusun Kitab yang merupakan mukjizat ini dengan huruf-huruf yang juga ada pada kalian, bukannya dengan huruf-huruf dan kalimat-kalimat serta susunan yang tidak kalian kenal dan tak kalian pahami. Kini, siapa saja yang mengatakan bahwa al-Quran bukan mukjizat, jika ia berkata benar, hendaklah ia menyusun sebuah kitab yang juga terdiri dari alif ba sebagaimana al-Quran, yang memiliki kefasihan dan keindahan tak tertandingi, demikian pula dari segi isi dan kandungannya tak ada yang menyamai.

Iya, ini adalah karya seni Allah, yang telah menyusun sebuah kitab dari huruf-huruf alif ba, namun manusia tak mampu bahkan membuat sebuah surat saja yang menyamainya. Sebagaimana pada alam ciptaan ini. Allah menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dari dalam tanah yang mati tak berkehidupan, sementara manusia hanya mampu membangun (benda-benda mati pula) dari tanah, batu dan lumpur.

Sebagaimana dalam surat as-Syura, surat ini pun, setelah huruf-huruf "muqotto'ah", maka ayat-ayat berikutnya berbicara tentang sifat-sifat al-Quran yang menunjukkan kemukjizatannya.

 

Ayat ke 2

Artinya:

Itulah Kitab yang tak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.

Al-Quran adalah sebuah Kitab yang amat mulia. Al-Quran merupakan warisan dari kaum terdahulu untuk manusia zaman ini. Sebuah Kitab yang mampu menyampaikan ajaran-ajaran yang paling tinggi ke telinga seluruh penduduk dunia.

Meskipun al-Quran tidak turun dari langit dalam bentuk kitab, namun untuk menjaga ayat-ayat ilahi dari segala bentuk perubahan dan penyimpangan , maka Rasulullah Saw memerintahkan kepada umatnya yang mengerti baca tulis agar mencatat apa saja yang telah beliau terima sebagai wahyu dan beliau sampaikan kepada umatnya. Sekalipun banyak juga masyarakat yang menghafal dan menyimpannya di dada mereka.

Jika manusia mempelajari kitab ilahi ini dengan teliti dan memahami topik-topik yang terkandung di dalamnya, maka ia pasti akan yakin bahwa kitab ini datang dari sisi Allah. Adapun penjelasan-penjelasan ajaran yang sedemikian hebat, oleh seorang manusia, itu pun pada 14 abad yang lalu, dan hidup di antara kaum yang sama sekali jahil dan bodoh, adalah suatu perkara mustahil.

Sebagaimana telah disebutkan, al-Quran adalah kitab pemberi petunjuk dan pembimbing manusia menuju ke kebahagiaan dan kesenangan. Siapapun yang menginginkan kebahagiaan, maka ia tak memiliki jalan lain kecuali kembali kepada kitab petunjuk yang datang dari Sang Pencipta. Dengan pemanfaatan yang benar dari keberadaannya, maka ia dapat menjauhkan diri dari bahaya-bahaya yang mengancam jiwa raganya.

Dalam ayat 185 Surat al-Baqarah Allah Swt berfirman, "Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia."

Tentunya jelas sekali bahwa mereka yang benar-benar ingin mengetahui kebenaran dan menerimanya, merupakan orang-orang yang akan dapat mengambil manfaat dari Kitab Langit ini. Sedangkan orang-orang yang keras kepala, fanatik dan hanya memperturutkan hawa nafsunya, yang bukan hanya tidak mencari kebenaran, bahkan ketika mereka menemukannya, mereka berusaha memadamkan cahaya kebenaran tersebut, maka orang-orang seperti ini tak akan pernah memperoleh manfaat dari al-Quran.

Dengan demikian, sejak langkah pertama, diperlukan adanya ketakwaan fitri yang merupakan syarat untuk seseorang untuk dapat menerima hidayah al-Quran. Oleh karena itu al-Quran mengatakan di dalam ayat ini, "Hudallil muttaqin." Al-Quran adalah petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Para pengikut Rasulullah Saw sangat mementingkan masalah penghafalan dan penulisan al-Quran. Oleh karena itu, ayat-ayat yang turun mereka tulis sehingga terbentuk sebuah kitab yang kemudian sampai ke tangan kita. Kita pun harus menjaga kesucian dan kehormatan Kitab ilahi ini.
2. Kandungan Kitab Suci ini sangat kuat dan kokoh, karena ia datang dari Allah yang Maha Bijaksana.

3. Al-Quran adalah kitab pemberi petunjuk kepada seluruh umat manusia. Ia bukan kitab yang berbicara mengenai bidang tertentu. Oleh karena itu, kita tidak akan mencari petunjuk dari Kitab Suci ini yang berkenaan dengan masalah-masalah fisika, kimia, atau matematika.
4. Agar sinar al-Quran dapat menembus hingga ke lubuk hati dan jiwa kita, maka kita harus mempersiapkan hati dan jiwa kita dengan sebaik-baiknya. Sama halnya cahaya hanya akan menembus kaca yang bersih, bukan yang kotor. (IRIB Islam)

Rabu, 15 Agustus 2012 06:06

Mengenal Surat Al-Baqarah

Surat al-Baqarah diturunkan secara bertahap dan sebagian besar ayat diturunkan di Madinah, pasca hijrah Rasulullah Saw. Sebagian besar ayat dalam surat al-Baqarah menekankan masalah bahwa ibadah yang sesungguhnya kepada Allah Swt bergantung pada iman hamba-Nya terhadap seluruh kitab yang diturunkan kepada para nabi untuk membimbing umat manusia. Terkait hal ini, dalam ayat-ayat berikutnya orang-orang Kafir, Munafikin, dan Ahlul Kitab, disalahkan mengapa mereka membeda-bedakan agama langit dan utusan ilahi.

Ayat-ayat dalam surat al-Baqarah membahas sejumlah hukum dalam Islam termasuk perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah, hukum-hukum haji, qisas, puasa dan hukum-hukum lainnya.

Ayat-ayat pertama surat al-Baqarah menyebut al-Quran sebagai petunjuk orang-orang mukmin dan bertakwa, serta orang-orang yang mencari kebenaran. Namun pada ayat-ayat berikutnya, hidayah al-Quran ini mencakup seluruh umat manusia. Adapun mengapa kitab al-Quran disebut sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa? Hal itu dikarenakan mereka telah menyerahkan diri pada kebenaran dan mengikutinya. Sebab itu, tingkat hidayah dan petunjuk kepada mereka lebih besar.

19 ayat pertama surat al-Baqarah membagi masyarakat berdasarkan sikap mereka terhadap Islam menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah para Muttaqin, yaitu orang-orang yang sepenuhnya menerima dan menyakini Islam. Kelompok kedua adalah Kuffar, yaitu orang-orang yang bersikap sebaliknya dan tidak menyia-nyiakan segala cara untuk menumpas Islam. Kelompok ketiga adalah Munafiqin, yaitu orang-orang yang memiliki dua wajah. Mereka beriman secara lahiriyah namun secara batiniyah mereka adalah orang-orang Kafir. Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kelompok Munafiqin ini lebih besar daripada kerusakan yang diakibatkan oleh orang-orang Kafir. Sebab itu, al-Quran lebih banyak menyebutkan kecaman kepada kelompok kedua ini.

Setelah memperkenalkan tiga kelompok tersebut, Allah Swt dalam ayat-ayat berikutnya menyebutkan sifat orang-orang mukmin dan bertaqwa. Allah Swt menilai mereka sebagai orang-orang yang beriman kepada alam gaib, menunaikan shalat, berinfak, beriman kepada para nabi dan Rasulullah saw dan menyakini Hari Kiamat. Setelah menjelaskan sifat-sifat orang-orang mukmin, Allah menyebut, mereka adalah orang-orang yang berada dalam hidayah. Allah Swt menyeru masyarakat untuk bergabung dengan para Muttaqin dan tidak menjadi orang-orang Kafir atau Munafik.

Dari ayat 40 surat al-Baqarah, Allah Swt melaknat bangsa Yahudi dan hal ini berlangsung hingga ayat ke-100 dan beberapa ayat selanjutnya. Allah menyebutkan berbagai nikmat-Nya yang dicurahkan kepada bangsa Yahudi dan kemuliaan yang dinisbatkan kepada mereka, serta seluruh kebaikan yang ternyata dibalas oleh kaum Yahudi dengan kekufuran dan pengingkaran mereka. Dalam ayat-ayat tersebut, Allah Swt menyebutkan beberapa fase dalam sejarah bangsa Yahudi seperti selamatnya bangsa Yahudi dari kejaran pasukan Firaun, terbelahnya lautan dan tenggelamnya Firaun yang zalim, penyembahan sapi oleh kaum Yahudi saat Nabi Musa as tidak bersama mereka, permintaan mereka kepada Nabi Musa as agar Allah Swt dapat menampakkan wujud-Nya, adab terhadap mereka akibat permintaan ini, serta peringatan terhadap kaum Yahudi atas perjanjian yang mereka ikat dengan Allah dan mereka sendiri yang melanggarnya. Ayat-ayat ini juga menjelaskan bagaimana hati mereka membatu dan jiwa-jiwa mereka menjadi sengsara.

Ayat 255 dan 256 dalam surat al-Baqarah merupakan ayat yang memiliki keutamaan paling banyak. Ayat yang lebih dikenal dengan Ayat-ayat Kursi ini merupakan penghulu seluruh ayat al-Quran. Dalam buku Daar al-Mantsour dinukil dari Rasulullah bahwa, "Abu Dzar berkata kepada Rasulullah, "Ayat mana yang paling utama yang diturunkan kepada Rasulullah? Nabi menjawab, "Ayat Kursi."

Penamaan umat Islam terhadap ayat Kursi ini juga dikarenakan maknanya yang sangat tinggi mencakup tauhid dan kekuasaan mutlak Allah Swt terhadap segala sesuatu, dan bahwa Allah merupakan awal segala sesuatu dan akhir dari segalanya.

Kata Qayyum pada ayat 256 berarti wujud Allah Swt berdiri dengan Zat-Nya dan kekal. Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Ayat Kursi merupakan ayat yang paling utama. Pada Ayat Kursi juga ditekankan bahwa tidak ada unsur pemaksaan dalam agama.

Rabu, 15 Agustus 2012 06:01

26 Ramadhan, Muhamad khunsari Wafat

Muhamad khunsari Wafat

Tanggal 26 Ramadhan 1125 Hijriah, Muhammad Khunsari yang dikenal dengan Jamaluddin, salah seorang ulama besar Iran abad ke 11 dan 12 Hijriah, meninggal dunia. Dia dilahirkan dalam keluarga relijius dan pencinta ilmu, di kota Isfahan. Dia menguasai ilmu-ilmu di bidang logika, filsafat, teologi, fiqih, ushul fiqih, dan tafsir.

Berbekal pengetahuannnya yang luas tersebut, Jamaluddin menulis buku penjelasan atas kitab "as-Syifa" dan "al-Isyarat" karya Ibnu Sina serta kitab "Syarah Lum'ah", "al-Tahzib", dan "Mukhtasarul Ushul". (IRIB Indonesia)

Di sebuah ruangan besar di kawasan Fatemi Square, Tehran, tampak keramaian yang istimewa. Di tengah ruangan itu, hidangan buka puasa disajikan. Anak-anak yatim dengan riang gembira duduk di sekeliling hidangan itu. Suara tawa dan gelak riang anak-anak itu memenuhi ruangan besar tersebut. Para ibu yang menjadi penyelenggara acara buka bersama untuk anak-anak yatim itu menatap anak-anak tersebut dengan penuh keharuan. Anak-anak itu bagaikan kupu-kupu yang hinggap di perjamuan yang khusus diperuntukkan bagi mereka. Mereka menyantap hidangan istimewa yang disajikan dengan lahap sambil membaca doa-doa yang ditujukan kepada para orangtua asuh mereka.

Bulan Ramadhan adalah bulan untuk melakukan amal ibadah sebanyak mungkin karena Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi segala amal di bulan ini. Salah satu amal ibadah yang sangat utama untuk dilakukan adalah memuliakan anak yatim. Sejak tiga belas tahun terakhir, di Iran diselenggarakan program nasional pemuliaan anak yatim di bulan Ramadhan. Di antara kegiatan yang dilakukan dalam program tersebut adalah menyediakan hidangan berbuka puasa dan mengajak masyarakat untuk menjadi orangtua asuh bagi anak-anak yatim itu.

Dalam pelaksanaan program nasional pemuliaan anak yatim itu, para dermawan berlomba-lomba melakukan kebaikan yang akan dicatat oleh para malaikat dan menjadi bekal mereka di alam akhirat kelak. Sesuai dengan kemampuan masing-masing, mereka berusaha untuk membahagiakan anak-anak yatim itu dan menumbuhkan cahaya harapan di hati anak-anak tersebut.

Setelah anak-anak itu usai menyantap hidangan buka puasa, orang-orang dari berbagai penjuru kota Tehran berdatangan ke ruangan besar tersebut. Ternyata di ruangan itu akan diselenggarakan perayaan Ramadhan yang khusus ditujukan untuk menyenangkan hati anak-anak yatim. Orang-orang yang datang dengan wajah cerah dan bercahaya itu ingin membagi kasih sayang mereka kepada anak-anak yatim yang hadir di ruangan tersebut.

Program nasional pemuliaan anak yatim di Iran diselenggarakan tiap bulan Ramadhan mulai dari tanggal 15 hingga 21. Pada hari-hari itu, selain menyediakan buka puasa bagi anak-anak yatim, para dermawan juga diketuk hatinya untuk mengangkat satu atau lebih anak-anak yatim sebagai anak asuh mereka. Para orangtua asuh tidak perlu membawa anak-anak yatim itu ke rumah mereka masing-masing melainkan hanya mengirimkan subsidi bulanan untuk mereka. Minimalnya, orangtua asuh harus mengirimkan subsidi 100 ribu Riyal perbulan bagi setiap anak asuh.

Tanggal 21 Ramadhan adalah hari syahadahnya Imam Ali as. Imam Ali sepanjang hidupnya dikenal sebagai penyantun anak-anak yatim. Oleh karena itulah, pada tanggal tersebut, animo orang-orang Iran untuk mengangkat anak asuh sangat besar. Posko-posko khusus yang disediakan bagi warga untuk menandatangani kesediaan mereka mengangkat anak asuh dipenuhi puluhan ribu orang dari pagi hingga malam.

Selain program pemuliaan anak-anak yatim, di Iran juga diselenggarakan program penggalangan dana bagi pembebasan para tahanan dari golongan ekonomi lemah. Sebagaimana diketahui, bila seorang kepala keluarga dipenjara, sudah tentu keluarga yang ditinggalkannya akan kehilangan pencari nafkah dan kehidupan keluarga itu akan berantakan. Dengan program penggalangan dana untuk membebaskan para kepala keluarga kurang mampu yang dipenjara ini, keluarga itu bisa terselamatkan.

Kini marilah kita menelaah Hadis dan ayat al-Quran yang menerangkan betapa besar pahala bagi orang-orang yang memuliakan anak yatim dan berbuat baik kepada sesama. Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali ada anak yatim yang menangis, arasy Ilahi akan bergetar. Allah Swt akan berfirman, ‘Siapakah yang membuat anak yatim itu menangis? Aku bersumpah demi keagungan-Ku, bahwa siapa saja yang menghentikan tangisannya, aku akan mewajibkan surga untuknya'."

Dalam surat al-Baqarah ayat 265, Allah berfirman, "Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (yang akan menyiraminya). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat."

Terkait dengan perbuatan baik kepada sesama manusia ini, Allah Swt dalam ayat lain berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."(IRIB Indonesia)

Cara cerdik Iran mengakali sanksi, membuat para pejabat Barat gusar hingga berulangkali mereka menyatakan bahwa sanksi anti-Republik Islam tidak efektif.

Fars News (14/8) melaporkan, BBC dalam situsnya menampilkan sebuah bagan tentang cara Iran mengakali sanksi minyak dan proses perputaran uang dalam pembelian minyak dari Republik Islam.

Dalam bagan itu disebutkan bahwa pada tahap awal uang pembelian minyak dari Iran itu ditukar ke mata uang negara pembeli dan ditransfer ke rekening bank sentral Iran di luar negeri di negara non-pemboikot.

Pada tahap kedua uang tersebut ditransfer ke sebuah bank perantara di Amerika Serikat dan ditukar ke mata uang dolar Amerika kemudian ditransfer kembali ke sebuah bank di luar jangkauan sanksi hingga pada akhirnya uang tersebut setelah melalui proses panjang, diterima oleh Iran dalam bentuk dolar.

Di saat negara-negara Barat sedang berusaha keras menghalangi penjualan minyak dari Iran, akan tetapi Republik Islam mampu menggunakan cara-cara cerdik mengakali sanksi. Hingga kini, Iran tidak menghadapi gangguan dalam proses penjualan minyaknya.(IRIB Indonesia/MZ)

Selasa, 14 Agustus 2012 07:33

Keadilan Pondasi Politik Imam Ali as

Ali bin Abi Thalib as adalah manusia mulia dan mengagumkan. Keberaniannya tiada tandingan. Beliau sangat keras terhadap musuh, sebaliknya sangat menyayangi orang muslim serta mencintai kaum papa dan mustadhafin. Imam Ali juga sangat menyayangi anak yatim. Dengan tulus, beliau mencintai anak-anak yatim laksana anaknya sendiri.

Salah satu karakteristik terpenting Imam Ali as adalah komitmennya membentuk masyarakat yang berkeadilan. Kekhususan sifat mulia Ali ini membuat banyak orang terkagum-kagum. Bahkan ahli makrifat berharap terlahir lagi orang seperti Ali ke dunia ini. Dalam acara ini kami mengajak anda menyimak sifat mulia Ali dan komitmennya membentuk pemerintahan yang adil.

Pandangan Imam Ali terhadap pemerintahan sangat berbeda kontras dengan sikap para politisi yang haus kekuasaan. Metode politik dan pemerintahan Imam Ali berpijak pada prinsip-prinsip yang mendorong masyarakat yang mencapai kesempurnaan secara material dan spiritual. Dalam pandangan Imam Ali, kezaliman dan ketidakadilan menghalangi manusia mencapai kesempurnaan.

Mengenai urgensi keadilan, Imam Ali as berkata, keadilan adalah salah satu prinsip yang harus berdiri tegak di alam semesta. Beliau juga menuturkan, tidak ada yang menyamai keadilan, karena prinsip itulah yang menyebabkan kota-kota menjadi makmur. Menurut Imam Ali, keadilan bukan memperindah iman, tapi bagian dari prinsip keimanan sendiri.

Imam Ali memegang tampuk kekuasaan untuk mewujudkan keadilan di tengah masyarakat dan memenuhi hak mereka. Di mata Imam Ali, kinerja terpenting pemerintahan adalah menciptakan keadilan. Poros upaya hal tersebut adalah terpenuhinya hak orang-orang yang terzalimi. Dalam pemerintahan Imam Ali, keadilan bukan hanya slogan belaka, tapi sebuah program praktis yang membumi. Dengan kata lain, keadilan adalah inti politik Imam Ali.

Imam Ali mengubah sistem pemikiran dan budaya publik serta mereformasi struktur pemerintahan dan para pejabatnya dalam rangka mewujudkan keadilan di tengah masyarakat. Beliau menghidupkan kembali nilai-nilai agama dan menghilangkan jurang sosial dan diskriminasi. Untuk menghilangkan diskriminasi, Ali menerapkan persamaan di berbagai bidang. Kepada para hakim, Imam Ali berkata, "Kalian berlaku adillah dalam memutuskan sebuah perkara. Perlakukan setiap orang sama di hadapan hukum, sehingga orang-orang terdekatmu tidak rakus dan musuh kalian tidak putus asa terhadap keadilanmu."

Salah satu karakteristik Imam Ali dalam menjalankan pemerintahan adalah melayani rakyat. Ali dalam suratnya kepada para pejabat di Azerbaijan menulis, "Jangan mengira aku menyerahkan pemerintahan ini kepada kalian. Ini bukan hidangan bagi kalian, tapi sebuah amanah yang berada di pundak kalian. Di atas itu semua, kalian harus memperhatikan dan menjaga hak rakyat. Untuk itu, kalian jangan otoriter dan jangan bersikap semau sendiri terhadap rakyat."

Dalam instruksinya kepada para petugas pajak, Imam Ali berkata, "Bersikaplah adil dan penuh pertimbangan. Kalian adalah para bendahara negara, wakil rakyat dan duta pemerintahan. Sepak terjang kalian jangan sampai seperti binatang buas yang memangsa apa saja. Karena rakyat adalah manusia juga seperti kalian, tidak ada bedanya apakah ia muslim ataupun non muslim."

Kebanyakan para pemimpin dan politisi dunia seringkali tidak pernah mengindahkan prinsip-prinsip moral dalam mengendalikan urusan pemerintahan. Mereka menggunakan segala cara dengan berbohong, menipu maupun cara lainnya untuk mencapai tujuan. Namun sebaliknya Imam Ali sangat memperhatikan prinsip moral dalam urusan pemerintahannya. Beliau tidak pernah melepaskan prinsip-prinsip moral itu. Imam Ali tidak pernah berpikir untuk melakukan penyelewengan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Beliau bersikap jujur dan menjauhi segala bentuk penipuan terhadap masyarakat awam.

Sikap terpuji Imam Ali lainnya adalah hidup sederhana dan tawadhu. Mengenai kehidupannya, Ali menuturkan sendiri, "Janganlah kalian bersikap denganku seperti menghadapi raja-raja yang angkuh..., jangan mengira aku sulit menerima kebenaran yang kalian ucapkan."

Mengenai keutamaan Imam Ali ini, Ibnu Abbas mengatakan, "Tidak ada pemimpin yang semulia Ali. Ia tidak berani berbohong bahkan untuk kemaslahatan sekalipun demi meraih kekhilafahan maupun menarik simpati para penentangnya."

Walaupun Imam Ali memimpin pemerintahan Islam yang terbentang luas, namun dari sisi individu dan sosial ia tidak meyakini keistimewaan bagi dirinya sendiri. Beliau hidup seperti rakyat jelata.

Imam Ali dalam suratnya yang dilayangkan kepada Utsman bin Hanif menulis, "Sadarlah pemimpin kamu di dunia ini hanya memiliki dua stel pakaian dan makan dua potong roti... Jika kami menginginkan, kami bisa mengkonsumsi madu dan sari gandum serta mengenakan pakaian sutra. Tapi aku tidak ingin hawa nafsu menguasaiku."

Ali senantiasa berdiri di atas kebenaran, sebagaimana sabda Rasulullah Saw mengenai Ali, "Kebenaran berada pihak Ali kemanapun ia mengarah."

Sifat mulia Ali yang menjunjung tinggi kebenaran menyebabkan harta yang telah dicuri dari Baitul Mal bisa kembali lagi. Beliau mencopot para pemimpin korup pemerintahan sebelumnya yang masih menjabat pada periode beliau.

Imam as memulai kepemimpinannya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di tengah masyarakat. Beliau pun berupaya sekuat tenaga untuk menghidupkan hak-hak manusia. kepada pegawainya beliau menginstruksikan untuk menciptakan iklim bebas di tengah masyarakat, mendengar pandangan mereka dan menyiapkan sarana untuk mewujudkan hak-haknya.

Dalam surat yang disampaikan kepada Malik Ashtar, Imam Ali berpesan, "Wahai Malik, pergunakan sebagian waktumu khusus untuk melayani orang-orang yang membutuhkanmu. Sediakan waktu untuk pekerjaan mereka dan duduklah pada pertemuan-pertemuan umum. Bersikaplah tawadhu dalam pertemuan itu. Jauhkanlah pengawalmu dari mereka, sehingga rakyat dengan bebas dan tanpa kekhawatiran sedikitpun berbicara denganmu."

Bagi Ali, mewujudkan saling percaya di tengah masyarakat dan menciptakan keamanan di mana-mana merupakan prioritas pemerintahannya. Keamanan individu dan sosial merupakan prioritas negara. Dalam pandangan beliau manusia harus dilatih untuk tidak berbuat zalim dan dizalimi.

Dalam pandangan Imam Ali, memberangus kezaliman adalah hak seluruh bangsa di dunia, dan pemimpin adalah orang yang harus mengupayakan hilangnya kezaliman dalam pemerintahannya. Terkait hal ini, Imam Ali menilai orang yang memimpin masyarakat adalah orang yang bisa mewujudkan keadilan dan memerangi segala bentuk ketidakadilan. Beliau berkata, potonglah tangan para penguasa zalim.

Kami akan mengakhiri sajian acara ini dengan mengutip perkataan pemikir kristen George Jordac. Ketika menjelaskan keindahan Ali, Jordac dalam bukunya The Voice of Human Justice menulis, "Di alam ini setiap lautan memiliki gelombang yang mengguncang. Namun aku tidak mengenal samudera yang terhampar luas dan agung sebagaimana samudera keutamaan Ali. Tidak ada yang tidak terguncang kecuali dua jenis manusia; orang yang terzalimi, dan orang yang takut kepada Allah di kegelapan malam. (IRIB Indonesia)

Selasa, 14 Agustus 2012 07:31

Manusia di Mata Imam Ali as

Allamah al-Qunduzi dalam kitabnya Yanabi' al-Mawaddah menukil bahwa pada malam terjadinya pemukulan atas diri beliau oleh Abdurrahman bin Muljam, Imam Ali as berkali-kali keluar dari rumahnya dan memandang ke arah langit. Berulang kali beliau mengatakan, "Demi Allah aku tidak berbohong dan aku tidak menerima berita yang bohong. Malam ini adalah malam yang dijanjikan untukku."

Dengan langkah perlahan Imam Ali berjalan menuju masjid. Saat memasuki Masjid beliau melihat Ibnu Muljam sedang tertidur. Imam Ali membangunkannya lalu berjalan menuju ke mihrab untuk melaksanakan shalat Subuh. Masjid telah dipenuhi oleh jamaah yang berbaris rapi membentuk shaf-shaf. Ali memuji Tuhannya dengan mengangkat tangan. Allahu Akbar!

Pujian itu diikuti oleh jamaah shalat yang telah siap. Tak lama kemudian Ali ruku lalu meletakkan dahi di atas tanah seraya mengagungkan Tuhannya. Tiba-tiba saat mengangkat kepala dari sujud, pedang Ibnu Muljam yang beracun mendarat tepat di kepalanya. Gema Allahu Akbar yang keluar dari mulut Ali membubarkan barisan shalat. Ibnu Muljam ditangkap massa. Darah segar mengucur dari kepala Ali yang terbelah. Meski demikian, putra Abu Thalib ini sempat melarang massa menghakimi orang yang berniat membunuhnya itu. Beliau meminta Ibnu Muljam dibawa ke hadapannya.

Kepadanya beliau berkata, "Mengapa engkau lakukan ini padaku? Apakah aku pemimpin yang buruk bagimu?"

Ali memerintahkan orang-orang untuk membawa Ibnu Muljam namun melarang mereka menyakitinya. Masjid Kufah mendadak tenggelam dalam tangis dan duka.

Untuk mengenang syahadah Imam Ali as, ada baiknya kita membahas pandangan beliau mengenai hakikat manusia. Imam Ali AS adalah orang yang mendapat gelar pintu kota ilmu dan tahu benar hakikat manusia yang sebenarnya. Mengenai orang-orang zalim dan congkak yang berbuat kerusakan di muka bumi dengan segala kesombongannya Imam Ali as berkata, "Bukankah manusia adalah mahluk yang pernah Allah tempatkan di kegelapan rahim seorang ibu?"

Menurut Washi dan Khalifah Rasul ini, manusia adalah mahluk yang melewati berbagai periode kesempurnaan. Periode terpentingnya adalah pengenalan hakikat. Manusia seperti ini akan sadar dan mengetauhi aib dan cela yang ada padanya, tidak mudah terpengaruh oleh polusi yang ada di sekitarnya, dan dengan keimanan serta tekad yang kuat berhasil melepaskan diri dari sifat sombong.

Beliau lebih lanjut mengarahkan manusia untuk mengenali potensi yang ia miliki. Menurut Imam Ali, keselamatan manusia ada pada keseimbangan perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Amirul Mukminin Ali as menyebutkan bahwa pengembangan sifat-sifat mulai hanya bisa dilakukan dengan memperkuat pondasi ilmu dan akal. Karenanya beliau menganjurkan kepada seluruh manusia untuk menghidupkan pelita makrifat di dalam diri mereka dan memanfaatkan potensi akal. Semua itu supaya diri manusia mampu melawan godaan hawa nafsu. Sebab dengan akal dan ilmu, manusia bisa mengekang nafsunya. Beliau berkata, "Carilah jalan kebenaran dengan akalmu dan lawanlah hawa nafsumu tentu engkau akan sukses."

Hal inilah yang saat ini ramai dibicarakaan oleh para pakar psikologi. Mereka mengatakan, "Orang yang sehat secara akal akan memiliki jiwa yang sehat." Pernyataan para psikolog ini hanyalah penemuan yang mereka dapatkan melalui berbagai eksperimen. Namun Imam Ali as yang mengenal hakikat manusia menerangkan lebih jauh dan mendalam. Beliau menegaskan bahwa kepercayaan akan alam akhirat adalah periode awal yang harus menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dengan kepercayaan ini, orang akan yakin bahwa apa yang dilakukannya di dunia sebelum kematian akan sangat menentukan nasibnya di alam akhirat sana. Keimanan inilah yang mendorong manusia untuk melakukan kebaikan.

Saat ini, kebersihan diri seseorang dilihat dari hubungan sosialnya. Artinya, manusia memiliki hubungan erat dengan masyarakat. Selayaknya dia menyintai masyarakatnya dan sebaliknya, masyarakat juga menyintainya. Mengenai hubungan dengan masyarakat Imam Ali AS menekankan bahwa sebelum segala sesuatunya, manusia harus menjaga tindak tanduknya di tengah masyarakat dan menghindari perbuatan dosa. Beliau juga menganjurkan hubungan baik dengan keluarga, yang disebutnya sebagai penguat mental dan spiritual. Sayangnya pada zaman ini, manusia telah menjauh dari tujuan asli penciptaan-Nya dan tenggelam dalam krisis etika kemanusiaan.

Imam Ali as menyebutkan beberapa sifat terpuji yang ada pada insan mulia. Di antaranya tanggungjawab, cinta terhadap sesama, tepat janji, dan tidak enggan untuk bermusyawarah dengan orang lain. Tindakan membela diri dan kehormatan masyarakat juga dipandang oleh Ali sebagai sifat terpuji yang dimiliki oleh orang yang sehat di tengah masyarakatnya. Orang semacam ini sudah tentu tidak memiliki sifat congkak, riya, dan kemunafikan. Sikap mengambil hikmah sejarah masa lalu disebut oleh satu-satunya manusia yang lahir di dalam Kabah ini sebagai faktor yang penting dalam menekan kesalahan bertindak dan bersikap. Hal ini juga disinggung dalam wasiatnya kepada putranya Imam Hasan as.

Di mata Imam Ali as, orang yang sukses adalah mereka yang memiliki hubungan baik dengan diri, masyarakat dan Tuhannya. Untuk mengenal diri sendiri hendaknya manusia memahami arti kehidupan dan tujuannya. Karena itu, Imam Ali as menghimbau semua orang untuk mengenal posisinya di dunia ini dan tidak melakukan perbuatan yang bisa menurunkan derajatnya. Imam Ali AS berkata, "Siapa yang tidak mengenal dirinya maka ia binasa." Dalam ungkapan lain beliau mengatakan, "Sebaik-baik makrifat adalah pengenalan diri sendiri."

Satu hal lagi yang dipandang penting pada diri manusia adalah hubungannya dengan Tuhan. Hubungan inilah yang membentuk jati diri seseorang. Dalam hal ini, Imam Ali as menyebutkan bahwa Tuhan yang hidup dan kekal ada di semua tempat dan selalu memantau tingkah laku seluruh hamba-Nya. Orang yang mengikat kehidupannya dengan masalah ketuhanan akan mampu menundukkan hawa nafsunya dan bergerak menuju kepada kesempurnaan.

Di mata Imam Ali as, manusia adalah mahluk yang memiliki kehendak sendiri dan melakukan semua perbuatan dengan kehendaknya. Beliau menghimbau manusia untuk memanfaatkan kehendak ini di jalan yang benar yang dapat menghantarkannya ke dejarat tertinggi kesempurnaan. Ali as adalah contoh nyata dari manusia sempurna yang berhasil mencapai derajaat tertinggi kesempurnaan dengan iman dan kekuatan tekadnya. Karena itu kata-kata yang beliau ucapkan ketika pedang Ibnu Muljam menghantam kepalanya adalah, "Demi Pemilik Kabah Aku beruntung." Tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriah manusia sempurna ini meninggalkan dunia yang fana.

Innaa Lillaahi wa Innaa Lillaahi Raji'uun. (IRIB Indonesia)

Dalam Perang Dunia II ada sekitar 60 juta korban yang jatuh di seluruh dunia, dari berbagai bangsa dan ras. Namun, dengan kelihaian politik propagandanya, Rezim Zionis berhasil mengalihkan opini umum kepada kisah pembantaian massal orang-orang Yahudi saja. Orang-orang Zionis bahkan tak henti-hentinya menekan negara-negara Barat untuk meminta ganti rugi dari mereka. Dikabarkan, pada dekade 1960-an, dari Jerman saja, Zionis sudah mengeruk uang ganti rugi sebesar 11 milyar dollar. Padahal, dewasa ini banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa klaim 6 juta Yahudi terbunuh oleh Nazi adalah bohong belaka.

Andrew Shellen seorang pengkaji dan ahli sejarah Perancis, merupakan di antara cendekiawan yang berhasil membuktikan kebohongan rezim Zionis mengenai pembantaian massal yang dilakukan oleh pasukan Nazi yang terkenal dengan nama Holocaust, melalui kajian-kajiannya. Dalam sebuah wawancara dengan IRIB, ia mengatakan, "Jumlah 6 juta orang Yahudi terbunuh di dalam Perang Dunia II merupakan satu jumlah yang emosional. Mayoritas ahli sejarah, termasuk Jean Claude Pressac -salah satu bukunya berjudul "The Crematories of Auschwitz"- menilai bahwa orang Yahudi yang terbunuh dalam PD II tidak lebih dari satu juta orang. Dewasa ini, jumlah yang dikemukakan oleh para penulis mengenai korban Holocaust adalah antara 350 hingga 700 ribu orang.

Shellen dalam lanjutan wawancaranya mengatakan, "Banyak sekali orang yang terbunuh dalam Perang Dunia II ini dan banyak sekali orang-orang yang tak berdosa diasingkan. Sebagai contoh, orang-orang Jepang, Jerman, dan Italia telah dikeluarkan dan diusir dari Amerika. Warga Jerman yang hidup di sekitar sungai Volga diasingkan dalam kondisi yang sangat parah oleh Rusia. Lalu orang-orang Jerman juga mengasingkan semua orang Yahudi. Mereka memang mengalami nasib yang sangat buruk, namun tak dapat dikatakan bahwa hanya orang-orang Yahudi saja yang menjadi korban dalam perang ini.

Sementara orang-orang Zionis berbicara mengenai kezaliman-kezaliman yang dilakukan oleh tentara Nazi terhadap mereka, bukti-bukti sejarah justru menunjukkan bahwa orang-orang Zionis memiliki banyak keserupaan dan persamaan visi. Di antaranya, orang-orang Zionis juga menyimpan mimpi di kepala mereka untuk mewujudkaan sebuah dunia rasialis. Menurut Andrew Shellen, di era Nazi, surat kabar-surat kabar Zionis memandang baik perluasan rasialisme oleh orang-orang Nazi karena dari segi undang-undang, orang-orang Yahudi Jerman dirangsang untuk pindah ke Palestina. Orang-orang Nazi juga mendukung Zionis dalam segi militer. Sebelum meletusnya perang, mereka mengirim persenjataan ke Palestina dan memberi bantuan melalui jalur-jalur lainnya, hingga tahun 1942. Agen-agen intelijen Inggris juga pernah merekam percakapan tokoh Zionis dan Nazi yang membuktikan adanya perundingan di antara orang-orang Nazi dan Zionis.

Hakekat ini juga dikonfirmasikan oleh David Smith, seorang pengamat dari Australia. Dalam wawancaranya dengan IRIB, ia mengatakan, "Dewasa ini telah diinstruksikan kepada kedutaan-kedutaan besar Jerman, agar tidak memberi data dan jumlah orang-orang yang telah ditangkap dan dituduh telah melakukan propaganda anti Yahudi kepada siapapun. Kendati para sejarahwan Eropa mengetahui kebohongan-kebohongan Zionis, namun mereka tidak diijinkan untuk mengeksposnya karena ada kemungkinan mereka dipenjarakan. Bahkan orang-orang Zionis berupaya memanfaatkan komisi HAM untuk kepentingan mereka."

Zionis dengan membesar-besarkan tragedi Holocaust berusaha mencari simpati opini umum agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan mereka, termasuk di antaranya bantuan keuangan dari negara-negara Barat. Informasi-informasi yang tersebar menunjukkan realita ini dengan jelas. Sebagai contoh, jumlah bantuan luar negeri untuk Israel dari Amerika Serikat saja, mencapai 750 dolar per kepala, artinya dua kali lipat dari jumlah bantuan AS untuk negara-negara Afrika per kapita. Dengan demikian jelas sekali bahwa, kendati ada bukti-bukti yang menunjukkan kebohongan klaim orang-orang Zionis, upaya propaganda mereka mengenai mitos-mitos pembantaian terhadap bangsa Yahudi masih terus berlangsung dan masih mencapai sasaran. (IRIB Indonesia)