Pernyataan Mendua Kerry terkait Perundingan Nuklir Iran

Rate this item
(0 votes)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan, Washington berkewajiban untuk mengejar perundingan nuklir dengan Tehran sebelum opsi-opsi lainnya. Kerry pada Rabu (26/2) kepada wartawan menandaskan, "Kami telah mengambil inisiatif ini dan bertanggung jawab atas pengarahan upaya-upaya terkait hal itu hingga kami dapat menentukan apakah sebelum dimulainya perang benar-benar ada sebuah solusi damai  yang dapat dicapai atau tidak."

 

Ia menambahkan, "Saya telah belajar dari Perang Vietnam dan saya percaya pada masalah ini bahwa sebelum mengirim orang-orang Anda untuk berperang, Anda harus mengkaji dan melihat apakah masih ada opsi yang lebih baik atau tidak."Menlu AS lebih lanjut mengatakan, "Kami sebagai pelopor dalam proses ini memiliki kewajiban bahwa sebelum kamimempertimbangkan opsi militer, kami akan mempertimbangkan semua pilihan."

 

Para pejabat AS sepenuhnya mengetahui ke arah mana mereka melangkah dan secara bertahap mereka juga terpaksa melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan kesepakatan nuklir sementara di Jenewa pada 24 November 2013. Dengan demikian, pernyataan Kerry memiliki tujuan ganda: satu sisi untuk menarik kepuasan pihak-pihak Zionis menjelang pertemuan tahunan AIPAC (American Israel Public Affairs Committee), dan dari sisi lainya untuk menjustifikasi perilaku dan kebijakan ganda AS terhadap kesepakatan nuklir Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Perancis, Inggris, Amerika Serikat ditambah Jerman) dengan Republik Islam Iran.

 

Komite lobi Zionis paling penting di AS yang dikenal dengan AIPAC baru-baru ini menuntut Kongres AS memberikan syarat-syarat untuk kesepakatan final dengan Iran dalam perundingan nuklir. Salah satu dari syarat-syarat tersebut adalah pembongkaran dan pelucutan agenda nuklir Tehran. Persyaratan itu dinilai tidak logis mengingat subyek utama dan isi kesepakatan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1 sangat jelas bahwa Tehran berhak memperkaya uranium.

 

Hal itu semakin jelas ketika Wendy Sherman, Wakil Menlu AS mengakui bahwa hak Iran untuk memperkaya uranium akan tetap terjaga dalam kesepakatan final. Pengakuan itu dilontarkan Sherman  dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Rezim Zionis Benyamin Netanyahu beberapa hari lalu ketika ia berkunjung ke Palestina pendudukan (Israel). Sherman adalah salah satu perwakilan AS dalam perundingan  nuklir dengan Iran.

 

Dalam beberapa sisi, statemen Kerry sejalan dengan sikap Angela Merkel, Kanselir Jerman ketika ia bertemu dengan Netanyahu dalam kunjungannya ke Palestina pendudukan. Dengan berpegang pada klaim-klaim palsu dan usang tentang program nuklir Iran dan klaim palsu tentang HAM dan tidak adanya kebebasan di negara itu, Merkel berusaha memutarbalikkan fakta di Iran. Sikap Kanselir Jerman itu merupakan langkah yang sesuai dengan tuntutan Israel.

 

Upaya-upaya yang bertujuan menekan Iran dalam perundingan nuklir tersebut bukan lagi masalah baru. Namun demikian, sebagian statemen para pejabat AS itu menunjukkan bahwa mereka telah memahami "sebuah fakta."Pernyataan Kerry bahwa dirinya telah belajar dari Perang Vietnam telah memperkuat asumsi itu. Sebenarnya mereka seharusnya tidak hanya belajar dari Perang Vietnam saja, tetapi juga harus belajar dari pengalaman-pengalaman pahit lainnya di masa lalu. Perang di Irak, Afghanistan dan berbagai kesalahan AS lainnya di Timur Tengah merupakan pelajaran yang seharusnya diambil oleh para pejabat Washington.

 

Sejak kemenangan Revolusi Islam Iran, AS telah menggunakan berbagai opsi untuk menumbangkan Republik Islam, namun upaya-upaya itu menemui kegagalan. Perang Delapan Tahun yang dipaksakan rezim Saddam Irak terhadap Iran, blokade ekonomi, sanksi dan berbagai cara ilegal lainnya dan bahkan dukungan AS terhadap kelompok-kelompok teroris yang ingin mengacaukan keamanan di Iran adalah sederet opsi yang telah digunakan Washington hingga sekarang.

 

Sebenarnya AS sekarang telah menyadari bahwa sanksi, tekanan politik dan ekonomi, dan bahkan ancaman serangan militer tidak bisa menghentikan tekad bangsa Iran untuk mencapai kemajuan dan kemandirian. Meskipun banyak kebijakan para pejabat Washington terhadap Tehran telah merugikan AS sendiri, namun mereka tetap melanjutkan kebijakan itu demi menuruti keinginan Israel dan lobi-lobi Zionis.

Read 1590 times