Mengapa Popularitas Obama Anjlok ?

Rate this item
(0 votes)
Mengapa Popularitas Obama Anjlok ?

Empat puluh lima hari menjelang digelarnya pemilu sela AS, sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa popularitas presiden Barack Obama semakin merosot. Polling yang dipublikasikan Foxnews itu mengungkapkan bahwa 58 persen responden menyatakan ketidakpuasannya terhadap program pemulihan ekonomi Obama.

Dilaporkan, hanya 57 persen responden yang optimis terhadap masa depan negaranya. Angka tersebut menurun dibandingkan dua tahun sebelumnya yang mencapai 66 persen. Jajak pendapat lainnya mengungkapkan bahwa sambutan para pemuda, perempuan dan minoritas terhadap kebijakan Obama juga semakin menurun.

Tampaknya polling ini menghembuskan angin yang tidak menggembirakan bagi Obama dan Partai Demokrat. Walaupun masa depan politik Obama tidak ditentukan langsung melalui pemilu sela ini, tapi lima tahun kinerja Obama sebagai presiden AS memberikan pengaruh bagi nasib kandidat partai Demokrat. Diprediksi, mayoritas kursi DPR dan sepertiga kursi Senat akan dikuasai Partai Republik. Partai mana yang akan meraih mayoritas kursi Senat, kini menjadi masalah penting bagi kubu Demokrat maupun Republik.

Jika Januari tahun mendatang sejak dimulainya babak baru Kongres, Senat berada di bawah kontrol Republik, maka Gedung Putih yang berada di era dua tahun terakhir pemerintahan Obama akan mengalami masalah. Sebaliknya, kemenangan Republik dalam pemilu sela November mendatang memberikan peluang lebih besar baginya untuk merebut Gedung Putih dari rivalnya di tahun 2016 mendatang.

Nasib kursi Kongres pun berubah ditentukan oleh tingkat kepuasan warga AS terhadap pemimpin mereka saat ini. Jika mayoritas konstituen puas terhadap kondisi lapangan kerja, pekerjaan dan kesejahteraan sosial mereka saat ini, maka kandidat dari buku Demokrat akan kembali terpilih. Tapi jika tidak, maka partai Republik akan merebutnya.

Kini, data statistik menunjukkan bahwa ekonomi AS telah keluar dari era resesi, meskipun pun demikian pertumbuhan ekonominya tidak menggembirakan. Tingkat pengangguran di AS hingga kini masih tinggi berada di kisaran enam persen. Pemerintah pun menghadapi defisit anggaran yang besar.

Pemerintah Gedung Putih pun tidak memperhatikan masalah kesejahteraan kalangan berpenghasilan rendah. Padahal salah satu janji Obama dengan program "Obama care" adalah mewujudkan asuransi kesehatan yang murah bagi kalangan bawah. Pada saat yang sama, Obama justru melancarkan perang baru berbiaya besar dengan dalih menumpas terorisme di Timur Tengah.

Read 1671 times