Di Balik Pertemuan Menlu Jepang dan Cina

Rate this item
(0 votes)
Di Balik Pertemuan Menlu Jepang dan Cina

Menjelang diselenggarakannya KTT Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik APEC di Beijing, Cina, menlu Jepang dan Cina untuk pertama kalinya sejak dua tahun terakhir bertemu.

Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi Sabtu (8/11) di Beijing menjadi tuan rumah bagi sejawatnya dari Jepang, Fumio Kishida serta berharap Tokyo mempersiapkan peluang bagi pertemuan para pemimpin Jepang dan Cina di sela-sela KTT APEC.

Friksi wilayah dan sejarah penjajahan Jepang di era perang dunia kedua merupakan tensi utama bagi hubungan Tokyo-Beijing. Oleh karena itu, pengamat politik menilai pertemuan menlu Jepang dan Cina serta kemungkinan lawatan perdana menteri Jepang ke Beijing untuk mengikuti KTT APEC sebagai langkah positif dan penting dalam meredam friksi bilateral khususnya terkait sengketa wilayah.

Senkaku dalam bahasa Jepang dan Diaoyu dalam bahasa Cina adalah nama pulai yang disengketakan kepemilikannya oleh Beijing dan Tokyo selama ini dan friksi ini dalam dua bulan terakhir semakin tajam. Jepang dengan membeli pulau ini dari pemiliknya mengklaimnya sebagai bagian wilayahnya dan masalah ini membangkitkan kegeraman Cina.

Dalam pandangan pengamat politik, Beijing dan Tokyo berupaya mengontrol krisis sehingga eskalasit tensi dalam hubungan kedua negara bisa dicegah. Hal ini mengingat hubungan ekonomi, perdagangan dan investasi besar khususnya Jepang di Cina menjadi sangat penting bagi kedua pihak.

Dalam pandangan pemerintah Cina faktor dominan yang mendorong ketegangan dalam hubungan Beijing dengan Tokyo adalah kebijakan intervensi Amerika Serikat di kawasan serta berkuasanya Partai Sayap Kanan Liberal Demokrat serta Perdana Menteri Sinzo Abe di Jepang. Selain itu, kebijakan Tokyo yang anti Beijing semakin agresif dan berlebih lebihan.

Presiden Ameriak Serikat, Barack Obama baru-baru ini menyatakan, kebijakan Washington di Asia adalah mengumpulkan sekutu dan memperkokoh posisi militernya. Di sisi lain, Jepang juga ingin memanfaatkan peluang ini dan di bawah strategi AS, Tokyo berharap mampu memperkuat militernya. Oleh karena itu, Jepang mulai membentu Departemen Pertahanan dan AS dengan menempatkan sistem anti rudalnya di negara ini secara praktis menempatkan Jepang berhadapan langsung dengan Cina.

Namun mengingat Jepang merupakan kekuatan ekonomui dunia dan mengandalkan pendapatannya dari sektor perdagangan serta intevestasi, maka sepenuhkan Tokyo menyadari bahwa bentrokan dengan Cina sama halnya dengan hilangnya pasar menggiurkan Beijing yang memiliki populasi lebih dari 1,2 miliar ini.

Berdasarkan data yang dirilis, Jepang termasuk lima investor terbesar di Cina. Dengan demikian investasi Jepang di Cina mengalami penurunan sebesar 36,8 persen dan mencapai 1,6 miliar dolar. Sengketa politik terkait kepulauan di wilayah timur Laut Cina dibarengi dengan menurunnya minat investor Jepang untuk menanamkan investasinya di Beijing.

Para investor Jepang untuk menunjukkan protesnya dan dukungan mereka terhadap pemerintah Tokyo terhadap Beijing telah mengurangi investasi mereka di Cina. Hal ini juga membuat mereka mengalami kerugian besar. Bagaimana pun juga, pertemuan menlu Jepang dan Cina serte penekankan untuk menyelesaikan friksi yang juga disambut Amerika Serikat dapat menjadi langkah penting untuk mengakhiri tensi dan mempersiapkan peluang yang tepat bagi pertemuan para pemimpin kedua negara di sela-sela KTT APEC.

Read 1512 times