Akankah Yaman Terjebak Gejolak Baru?

Rate this item
(0 votes)
Akankah Yaman Terjebak Gejolak Baru?

Di saat menurut rencana Ahad (9/11) anggota kabinet baru Yaman akan disumpah, gerakan Ansarullah dari kelompok Syiah al-Houthi menuntut perubahan susunan kabinet. Kelompok ini menyatakan bahwa susunan kabinet baru Yaman tidak sesuai kesepakatan perdamaian kemitraan nasional.

Ansarullah menilai susunan kabinet baru Yaman ÔÇ£mengecewakanÔÇØ dan orang-orang yang tidak sesuai dengan kriteria dalam kesepakatan perdamaian kemitraan nasional harus disingkrikan.

Anggota kabinet baru Yaman terdiri dari 35 menteri yang tujuh di antaranya warisan dari kabinet sebelumnya. Pemerintah baru usulan Khaled Bahah, Perdana Menteri Yaman, ditolak gerakan Ansharullah karena tidak  sesuai dengan janji-janjinya.  

Hingga musim panas lalu, Ansharullah memimpin gerakan revolusi rakyat melawan penguasa Yaman, dan tampil sebagai pemain penting di kancah politik negara ini. Saat ini,  pasukan yang berafiliasi dengan Ansarullah telah menguasai seluruh wilayah utara dan juga Sanaa, ibukota Yaman.

Selain itu, Ansarullah juga sangat lebih aktif dalam memberantas kelompok teroris al-Qaeda, dibanding dengan militer Yaman. Bahkan dapat dikatakan gerakan Ansarullah yang saat ini bertempur dengan anasir teroris al-Qaeda. Tampaknya Ansarullah atau lebih spesifik lagi kelompok al-Houthi, setelah lama termarginal, kini memiliki posisi penting di Yaman. Posisi yang akan dipertahankan bahkan juga akan dimanfaatkan maksimal untuk mewujudkan tuntutannya, berdasarkan transformasi politik Yaman.

Selama bertahun-tahun, kekuasaan dipegang oleh para anggota Partai Kongres Rakyat Umum (GPC). Partai yang bukan saja berafiliasi dengan diktator terguling Abdullah Saleh, juga dipimpin oleh Abd Rabbuh Mansur Hadi, Presiden Yaman, selaku sekjennya.

Untuk saat ini, meski GPC terlibat dalam pemerintah dan bahkan Abd Rabbuh Mansur Hadi juga dicopot dari jabatannya sebagai sekjen partai ini, akan tetapi tidak diragukan bahwa pengaruhnya tetap mengakar di lembaga-lembaga pemerintahan. Masuknya menteri pemerintahan sebelumnya dalam susunan kabinet baru, menjadi alasan bagi Ansarullah untuk menolak susunan tersebut.

Ansarullah berpendapat bahwa berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani September lalu antara Sanaa dan kelompok ini, pemerintah baru harus mewakili seluruh kelompok politik bukan pemerintah yang didominasi presiden.

Yang pasti, ketidakpercayaan Ansarullah kepada pemerintah berpotensi menciptakan gejolak baru. Ansarullah dan al-Houthi bersikeras menuntut perubahan pemerintah dan kabinet. Jika tidak dipenuhi, maka api kemelut terpantik kembali. Karena Sanaa juga telah menyadari bahwa Ansarullah bukan lagi sebuah kelompok marginal, karena kelompok ini sekarang didukung rakyat yang percaya Ansarullah mampu membawa perubahan bagi negara ini.

 

Gejolak yang baru saja dilalui Yaman, kemungkinan besar akan kembali mendera mengingat sejumlah negara Arab regional khususnya Arab Saudi menekan Presiden Yaman untuk tidak memberikan ruang terlalu banyak kepada kelompok oposisi.(

Read 1662 times