Lawatan Blair dan Tragedi Gaza

Rate this item
(0 votes)
Lawatan Blair dan Tragedi Gaza

Jalur Gaza di ambang tragedi kemanusiaan baru seiring ancaman rezim Zionis  akan melancarkan agresi militer menyerang Gaza. Ancaman rezim Zionis tersebut mengemuka bersamaan dengan semakin dekatnya pemilu Israel. Tidak menutup kemungkinan, Perdana Menteri rezim Zionis, Benyamin Netanyahu akan kembali menumpahkan darah di Jalur Gaza dengan petualangan baru demi kepentingan politiknya. Dijadwalkan, pemilu dini Knesset akan digelar pada 17 Maret 2015 mendatang.

Kondisi mengkhawatirkan di Jalur Gaza saat ini, dan ancaman terbaru agresi militer rezim Zionis terhadap wilayah Palestina menjadi perhatian berbagai kalangan, termasuk pendukung Israel. Terkait hal ini, Tony Blair, sebagai utusan Komisi Segi Empat Perdamaian Timur Tengah dalam lawatannya ke Jalur Gaza mengkhawatirkan kondisi wilayah yang diblokade Israel itu. Mantan perdana menteri Inggris dalam kunjungannya juga memperingatkan kemungkinan terjadinya tragedi berdarah baru di wilayah Palestina tersebut.

Setelah perang 50 hari di Jalur Gaza, PBB berupaya untuk mendorong rekonstruksi infrastruktur yang rusak dengan memasok kebutuhan pokok, termasuk bahan material bangunan. Tapi, militer rezim Zionis senantiasa menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Dalam kondisi demikian, Barat justru menawarkan upaya klise menghidupkan perundingan damai antara Palestina dan Israel yang berakhir tanpa hasil.

Blair selama bertahun-tahun semenjak menjabat sebagai perdana menteri Inggris hingga kini menjadi pendukung Israel. Kini, utusan Komisi Segi Empat Perdamaian Timur Tengah mengungkapkan ancaman terjadinya tragedi baru  Jalur Gaza, dan publik dunia tidak memiliki opsi selain menghadapinya. Blair mengatakan,20 tahun berlalu setelah perjanjian Oslo antara Israel dan Palestina, bangsa Palestina saat ini membutuhkan rekonstruksi dan perdamaian di  Jalur Gaza.

Pencabutan blokade merupakan tuntutan utama publik dunia untuk menyelamatkan Jalur Gaza. Tapi, alih-alih mempertimbangkan seruan publik dunia tersebut, rezim Zionis justru menabuh genderang perang baru dan melanjutkan blokade terhadap warga Palestina.

Agresi militer rezim Zionis terhadap Jalur Gaza pada Juli 2014 lalu menyebabkan lebih dari 2.300 orang warga Palestina gugur syahid. Selain itu, 11.000 orang cidera, dan Gaza membutuhkan miliaran dolar untuk rekonstruksi. Saat ini makanan, obat-obatan, bahan bakar serta bahan material bangunan menjadi kebutuhan utama di Jalur Gaza. Tapi, militer Israel menghalangi masuknya berbagai kebutuhan pokok, dan kondisi wilayah tersebut diambang tragedi kemanusiaan.

PBB mengakui tidak berdaya mengatasi krisis yang menimpa Jalur Gaza. UNRWA baru-baru ini menyatakan menghentikan bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina di Jalur Gaza dengan alasan keterbatasan dana. Sejatinya, lawatan Tony Blair ke Jalur Gaza hanya omong kosong semata yang tidak dipandang serius, bahkan oleh warga Palestina sendiri.(

Read 1773 times