Surat 47 Senator Republikan AS untuk Iran

Rate this item
(0 votes)
Surat 47 Senator Republikan AS untuk Iran

Negosiasi nuklir antara Republik Islam Iran dan Kelompok 5+1 masih terus berlanjut, sebuah pembicaraan yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan nuklir komprehensif.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Senin (9/3/2015), mengeluarkan sebuah statemen yang menyatakan bahwa Menlu John Kerry dalam kerangka putaran baru perundingan nuklir  akan bertemu timpalannya dari Iran, Mohammad Javad Zarif pada 15 Maret di Kota Lausanne, Swiss.

Pada saat perundingan nuklir memasuki fase yang menentukan, sekelompok politisi di Amerika sejalan dengan kebijakan sanksi dan intimidasi tetap berusaha menganggu proses negosiasi.

Menjelang tiga pekan dari batas waktu untuk mencapai kesepakatan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1, para senator Republikan merilis sebuah surat terbuka yang ditujukan kepada para pejabat Iran. Sebanyak 47 senator dari Partai Republik memperingatkan Iran bahwa perjanjian nuklir yang dirundingkan dengan Presiden Barack Obama hanya dapat berlangsung sampai awal 2017 atau sesuai dengan batas akhir masa jabatan Obama.

Para senator Republikan itu mengatakan, tanpa persetujuan Kongres, Presiden Amerika berikutnya dapat membatalkan kesepakatan eksekutif itu dengan mudah. Kongres dapat mengubah syarat-syarat persetujuan itu setiap saat.

Namun, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menganggap surat tersebut tidak penting dan hanya sebuah propaganda. Dia menegaskan, ÔÇ£Negosiasi nuklir belum mencapai hasil dan kesepakatan belum diteken, tapi kubu-kubu penekan di Amerika sudah cukup prihatin sehingga membuat mereka menggunakan cara-cara yang tidak lazim dan ingin menunjukkan bahwa sama seperti Netanyahu mereka menentang setiap kesepakatan.ÔÇØ

Zarif menyatakan keheranan atas ulah sebagian senator Amerika yang menulis surat untuk menentang presiden dan pemerintahannya kepada para pemimpin negara lain. Menurutnya, surat itu membuktikan bahwa para senator Republikan selain tidak memahami undang-undang internasional, juga tidak menguasai dengan sempurna konstitusi negaranya tentang kewenangan Presiden Amerika dalam menjalankan kebijakan luar negeri.

ÔÇ£Para senator itu perlu tahu bahwa dunia tidak sama seperti Amerika dan hubungan internasional diatur berdasarkan undang-undang internasional dan kewajiban internasional semua negara, bukan berdasarkan undang-undang internal Amerika,ÔÇØ tegas Zarif.

Menlu Iran menjelaskan bahwa pergantian pemerintah di semua negara tidak berarti batalnya perjanjian-perjanjian internasional negara itu. Dia menandaskan, setiap pemerintah di Amerika berkewajiban untuk melaksanakan komitmen yang dibuat oleh pemerintahan sekarang dan jika Presiden selanjutnya ÔÇô seperti kata para Senator tersebut ÔÇô bisa membatalkan kesepakatan internasional Amerika dengan sebuah pena, maka ia telah melakukan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest juga menganggap surat tersebut sebagai upaya untuk memperlemah kekuasaan Presiden Obama dalam mengarahkan kebijakan luar negeri Amerika.

Obama sendiri mengkritik surat para senator Republik dan menyebutnya sebagai upaya mengintervensi negosiasi nuklir yang sedang berlangsung.

Kubu Republik telah melakukan banyak upaya untuk merusak perundingan nuklir Iran. Sebelumnya, mereka mengundang Netanyahu untuk mempertontonkan sebuah sandiwara politik di mimbar Kongres Amerika.

 

Manuver-manuver itu dilakukan pada saat perundingan nuklir sudah memasuki fase yang menentukan. Mencapai sebuah kesepakatan dalam negosiasi seperti ini terlepas dari aspek-aspek teknis nuklir, juga memerlukan sebuah tekad politik. (

Read 1652 times