Fokus Malaysia Pada Krisis di Filipina

Rate this item
(0 votes)
Fokus Malaysia Pada Krisis di Filipina

Tim Pemantau Internasional Malaysia-Mindanao 10 (IMT-M10) beranggotakan 16 orang, termasuk 11 dari militer, dua dari polisi dan tiga pengawai Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri Malaysia, berangkat ke Mindanao di Filipina pada Jumat (13/3) untuk memantau dan mengawasi pelaksanaan gencatan senjata antara pemerintah Filipina dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF).

Sebelum keberangkatan tim tersebut, Panglima Pertahanan Jenderal Zulkifeli Mohd Zain menegaskan bahwa anggota tim itu akan bertugas secara profesional guna memastikan proses perdamaian dapat tercapai dalam waktu dekat.

Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam peran Malaysia sebagai mediator antara pemerintah Filipina dan para pemimpin MILF itu. Malaysia sebagai angota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), telah mengambil langkah positif dalam perwujudan perdamaian dan stabilitas di Filipina. Peran itu juga dapat diperhatikan dari sisi keanggotaan dan kepemimpinan periodik Malaysia di ASEAN.

Malaysia juga memainkan peran besar dalam mendukung etnis Muslim Rohingya di Myanmar serta menekan Uni Eropa demi membela Palestina dengan memperjuangkan gugatan Palestina terhadap kejahatan rezim zionis Israel.

Terlepas dari seberapa sukses Malaysia dalam upayanya, faktanya adalah bahwa Kuala Lumpur telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan kapasitasnya dalam memperjuangkan hak-hak Muslim di zona ASEAN.

Penandatangan kesepakatan perdamaian antara pemerintah Filipina dan MILF pada tahun 2014 juga merupakan hasil kerja keras dan mediasi Malaysia. Panglima militer Malaysia berharap bahwa tim IMT-M10 menjadi kelompok terakhir dalam hal ini menyusul tahap terakhir penandatanganan perjanjian perdamaian.

Pada tahun 1996, Malaysia juga berperan dalam menciptakan perdamaian antara Jenderal Fidel Ramos, presiden Filipina kala itu dan para pemimpin MILF. Setelah itu, Malaysia mengerahkan seluruh kapasitasnya untuk menghentikan bentrokan berdarah antara militer Filipina dan para pejuang MILF sehingga mampu menekan jumlah korban hingga ke angka terendah.

Meski demikian, pada prosesnya kedua pihak yang bertikai terkadang melakukan langkah-langkah yang bertentangan dengan kesepakatan damai dan saling menuding pelanggaran komitmen.

Diharapkan kehadiran tim IMT-M10 akan mencegah terulangnya bentrokan berdarah antara pasukan pemerintah Filipina dan MILF beberapa waktu lalu yang menewaskan 47 personil polisi. Dan pada akhirnya undang-undang tentang pemerintah otonomi Bangsamoro dapat segera diratifikasi.(

Read 1859 times