Zarif dan Penekanan Pelaksanaan Statemen Lausanne

Rate this item
(0 votes)
Zarif dan Penekanan Pelaksanaan Statemen Lausanne

Di bawah koridor kesepakatan 24 November 2013, Iran dan Kelompok 5+1 akhirnya berhasil mengambil langkah penting untuk menggapai kesepakatan final nuklir. Statemen Lausanne kini telah menentukan isi sebuah kesepakatan komprehensif dan melapangkan jalan untuk meraih kesepakatan final.

Di bawah koridor mekanisme dan solusi yang ada serta berdasarkan program komprehensif aksi bersama Republik Islam Iran akan terus melanjutkan produksi bahan bakar nuklir untuk menjamin kebutuhan bahan bakar instalasi nuklirnya. Setelah program aksi bersama dilaksanakan, maka seluruh resolusi Dewan Keamanan PBB dan sanksi ekonomi dan finansial Eropa yang multi, maupun sanksi sepihak Amerika Serikat di berbagai sektor seperti minyak, gas, petrokimia dan industri otomotif segera dicabut.

Di Lausanne, Swiss pada hari Kamis (2/4) lalu, statemen bersama Iran dan Kelompok 5+1 dirilis, dan statemen ini mencakup dua poin penting dan vital. Pertama, Iran telah membuktikan itikad baiknya untuk tetap melanjutkan interaksi hingga tercapainya kesepakatan final dan komprehensif. Kedua, Iran dengan inisiatif teknis dan politik mampu meraih hak-hak nuklirnya meski adanya penolakan Barat. Yang lebih penting adalah Iran berhasil menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa program nuklirnya bukan ancaman bagi  pihak mana pun.

Kini kesepahaman awal telah diraih dan langkah berikutnya adalah menyusun isi kesepakatan final, sehingga pada akhirnya kesepahaman ini menjadi kesepakatan final yang ditandatangani mereka yang terlibat dalam perundingan. Di kondisi seperti ini, khususnya setelah perilisan statemen Lausanne,  Washington berusaha mencitrakan dirinya seolah-olah berkoordinasi dengan proses kesepakatan Jenewa untuk menggapai kesepakatan final, meski ada friksi antara Gedung Putih dan Kongres dalam masalah ini. Namun kebersamaan dan koordinasi tersebut masih diwarnai dengan berbagai interpretasi sepihak atas statemen Lausanne termasuk terkait mekanisme pencabutan sanksi.

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Mohammad Javad Zarif dalam wawancaranya dengan televisi Iran seraya mengisyaratkan isu pencabutan sanksi dan kemungkinan intervensi Kongres Amerika dalam masalah ini menekankan, ÔÇ£Menurut hukum internasional, pemerintah adalah wakil dari sebuah negara dan berdasarkan apa yang bakal berlangsung, maka seluruh sanksi finansial dan perbankan akan dicabut.ÔÇØ

Zarif menambahkan, ÔÇ£Sejumlah statemen mereka hanya dapat dikonsumsi oleh audiens dalam negeri, namun seluruh pihak harus menyadari bahwa sanksi telah pudar.ÔÇØ

Amerika Serikat selama satu dekade dengan kebijakan super power dan dengan semena-mena telah menjadikan Iran sebagai target sanksi Dewan Keamanan PBB, sanksi Uni Eropa dan sanksi sepihaknya, namun kini senjata sanksi telah gagal. Realitanya adalah kini kondisi Iran sangat berbeda dengan sebelumnya. Iran adalah negara kedua dengan populasi terbesar di kawasan Timur Tengah dan sekitar 10 persen cadangan minyak dan 18 persen cadangan gas di kawasan ini milik Iran.

Bank Goldman Sachs dalam analisanya di tahun 2007, ketika sanksi anti Iran sedang santer-santernya menyatakan, Iran berada di urutan teratas di antara 11 negara dunia yang ekonominya memiliki peluang lebih besar untuk berkembang. Kondisi tersebut kini lebih baik dari sebelumnya. Mayoritas lembaga ekonomi Eropa termasuk Asosiasi Perdagangan Jerman mengaku optimis dapat memanfaatkan secara maksimal peluang emas untuk menanam investasi di Iran.

Dari sudut politik, Barat juga tidak dapat menutup mata atas peran menentukan Iran dalam menjaga stabilitas dan keamanan kawasan. Seluruh realita ini berperan dalam membentuk statemen Lausanne. Oleh karena itu, statemen ini akan terus mengalami proses penyempurnaannya dalam koridor kesepakatan yang diterima oleh Iran meski Barat memiliki interpretasi  menyimpang.

Read 1777 times