Israel Target Pasukan Penjaga Perdamaian PBB

Rate this item
(0 votes)
Israel Target Pasukan Penjaga Perdamaian PBB

Rezim Zionis Israel akhirnya mengakui bahwa militernya telah menyerang sebuah pos pengawas pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan yang menewaskan seorang anggota UNIFIL dari Spanyol.

Sebuah sumber keamanan Israel Selasa (7/4) mengungkapkan, pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) dari Spanyol tewas akibat serangan artileri militer Israel ke pos pengawas penjaga perdamaian. Sementara itu, Koran Elpais Spanyol seraya merilis sebagian laporan rahasia kepala staf gabungan militer negara ini menyebut serangan militer Israel ke pos pengawas UNIFIL pada Januari 2015 memang disengaja. Adapun militer Israel dalam statemennya menyebut insiden tersebut sebagai peristiwa yang patut disesalkan.

Menurut Elpais, militer Israel berulang kali secara sengaja menarget pos-pos pasukan UNIFIL di perbatasan Lebanon dan peristiwa yang baru terjadi menunjukkan militer Israel mengubah arah artilerinya langsung ke pos-pos pasukan penjaga perdamaian PBB dan menjadikannya target. Akibat serangan brutal Israel tersebut, Javier Soria Toledo, anggota UNIFIL dari Spanyol tewas menjadi korban. UNIFIL yang ditempatkan di Lebanon selatan memiliki sekitar 10 ribu personil dari 36 negara dunia, termasuk 600 tentara dari Spanyol.

Aksi terbaru Israel menarget pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon menunjukkan kejahatan rezim ini di Qana, Lebanon. Disebutkan bahwa Israel selama agresinya ke Lebanon di tahun 1996 yang diberi sandi operasi Grapes of Wrath, telah melakukan beragam kejahatan dan tragedi Qana termasuk salah satunya.

Di sela-sela aksi brutalnya ke Lebanon, Israel terlibat kejahatan menakutkan di wilayah Qana. Pada 18 Apri 1996, militer Israel dengan peralatan lengkap dan senjata berat menembaki sebuah pangkalan UNIFIL di Qana dan sejumlah besar perempuan dan anak-anak tak berdosa yang berlindung di pusat PBB ini dibantai tanpa ampun. Dalam aksi brutal tersebut tercatat 106 warga Lebanon gugur dan lebih dari 300 lainnya mengalami cidera.

Penargetan pos-pos PBB, gedung dan lembaga di bawah organisasi internasional ini oleh rezim Zionis Israel menunjukkan bahwa rezim ini tidak pernah mengindahkan batasan apa pun dalam memajukan kebijakan arogannya. Tak diragukan lagi bahwa dukungan Amerika Serikat kepada rezim ilegal ini kian membuat Tel Aviv semakin congkak dan keras kepala dalam melanggar hukum internasional serta nilai-nilai kemanusiaan.

Pembantaian sadis terhadap warga Lebanon oleh Israel di Qana menuai reaksi keras internasional. Dalam hal ini, PBB seraya mengutuk kejahatan rezim penjajah al-Quds juga menuntut ganti rugi oleh Tel Aviv kepada para korban. Namun Israel yang mendapat dukungan penuh Washington menolak memberikan ganti rugi.

Sementara itu, akibat dukungan penuh petinggi Amerika terhadap Tel Aviv, Shimon Peres, salah satu pelaku kejahatan Israel di Qana, malah dianugerahi hadiah nobel perdamaian. Salah satu faktor yang mendorong Amerika menolak penunjukan kembali Boutros Boutros-Ghali, sekjen PBB waktu itu dapat dicermati di laporan PBB yang mengutuk kejahatan Israel di Qana.

Di era perang 50 hari Jalur Gaza di tahun 2014, Israel juga menarget lembaga milik PBB. Sementara itu, PBB menyatakan bahwa serangan Israel ke salah satu gedung milik UNRWA di Gaza sedikitnya menewaskan 16 warga sipil termasuk tiga stafnya.

 

Tak diragukan lagi bahwa sikap pasif masyarakat internasional dalam menyikapi rezim Zionis Israel telah mendorong Tel Aviv semakin leluasa melanjutkan pelanggarannya terhadap hukum dan konvensi internasional.

Read 1817 times