Persatuan, Kunci Kemenangan Bangsa Iran

Rate this item
(0 votes)
Persatuan, Kunci Kemenangan Bangsa Iran

 

Tanggal 26 Dey tahun 1357 Hijriah Syamsiah (16 Januari 1979) diperingati sebagai salah satu hari penting dalam sejarah Revolusi Islam Iran. Pada hari ini pemimpin despotik Shah Reza Pahlevi melarikan diri dari Iran.

Pelarian Shah dari Iran menandai berakhirnya monarki rezim Shah dan dimulainya sebuah babak baru di kancah politik, sosial, dan budaya masyarakat Iran.

Gerakan revolusioner rakyat Iran dalam melawan rezim Shah di penghujung tahun 1357 HS, membuat rezim dan pendukungnya semakin sulit bernafas. Bahkan para pejabat Gedung Putih memandang satu-satunya opsi yang mereka miliki adalah mengevakuasi Shah keluar dari Iran.

Para pendukung asing rezim Pahlevi siap melakukan tindakan apapun untuk memadamkan revolusi bangsa Iran dan mendukung pemerintahan Shah Reza Pahlevi. Namun, kebangkitan revolusioner rakyat Iran pada tahun 1356 – 1357 HS mencapai kemenangan dan konspirasi Amerika Cs untuk memulihkan kekuasaan Shah, mengalami kegagalan berkat perlawanan gigih rakyat Iran.

Pasukan rezim dan pemerintahan militer kehilangan kekuasaan karena kebangkitan yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra. Dinasti monarki tumbang kurang dari satu bulan setelah Shah melarikan diri dan era monarki despotik yang telah memerintah di Iran selama 2500 tahun berakhir pada 22 Bahman tahun 1357 HS (1 Februari 1979).

Shah dan istrinya meninggalkan Iran dengan sebuah penerbangan khusus pada 26 Dey 1357 HS. Ketika itu ia berkata, "Saya pergi untuk berobat dan istirahat!"

Ilustrasi Shah Pahlevi dan istrinya melarikan diri meninggalkan Iran.
Imam Khomeini ra dalam sebuah pernyataan, menganggap pelarian Shah sebagai tahap awal untuk mengakhiri kekuasaan despotik rezim Pahlevi selama 50 tahun, dan menyampaikan ucapan selamat kepada bangsa Iran atas kemenangan ini.

Selang 26 hari setelah pelarian Shah, Revolusi Islam mencapai kemenangan pada 22 Bahman 1357 HS.

Kemenangan Revolusi Islam sudah berusia 41 tahun, tapi sisa-sisa rezim monarki masih berangan-angan untuk kembali ke masa lalu. Pada 28 Mordad 1953, AS menciptakan kerusuhan jalanan di Iran untuk menggulingkan Perdana Menteri Mohammad Mosaddegh dan mengembalikan posisi Mohammad Reza Pahlevi sebagai raja Iran.

AS masih memiliki mimpi untuk mengganti sistem pemerintahan Islam Iran. Beberapa organisasi anti-revolusi dan sisa rezim despotik di AS mengakui keterlibatan mereka dalam kerusuhan terbaru di Iran. Antek-antek mereka di Iran menyusup ke barisan demonstrasi warga untuk memprovokasi protes damai ke arah kerusuhan, perusakan fasilitas publik, dan aksi bakar-bakaran.

Dalam kerusuhan 88, gejolak tahun 96, dan kerusuhan terbaru setelah pengumuman kenaikan harga bensin di Iran, jejak anasir asing semakin terlihat dan mereka menunggangi protes damai warga dengan mengerahkan unsur-unsur terorganisir di dalam Iran.

Para pejabat resmi pemerintahan Barat menyuarakan dukungan terbuka dan bahkan memprovokasi perusuh untuk melakukan perusakan dan pembakaran. Gedung Putih dalam sebuah tindakan konyol, menyatakan dukungan resmi kepada perusuh di Iran dengan dalih "aksi solidaritas dengan rakyat Iran."

Padahal, kebijakan pemerintah AS telah membahayakan keselamatan warga Iran dengan mencegah laju perdagangan, sanksi terhadap sektor perbankan, dan bahkan memblokir akses warga Iran untuk memperoleh obat-obatan dan peralatan medis.

Media-media berbahasa Persia, Arab, dan bahkan Inggris, menyatakan solidaritas dan dukungan kepada para perusuh di Iran. Mereka juga mendukung kelompok anti-revolusi termasuk sisa-sisa rezim despotik di luar negeri.

Namun, kerusuhan itu berhasil diredam berkat kerja keras aparat keamanan dan dukungan masyarakat luas. Anasir-anasir munafik dan perusuh ditangkap atas kerja sama aparat dan lembaga-lembaga keamanan Iran.

Media-media pro-rezim monarki despotik dengan dukungan media milik negara-negara Barat dan kawasan, menyuarakan solidaritas penuh terhadap kerusuhan di Iran. Mereka bahkan mengajari para perusuh tentang teknik-teknik melawan pasukan keamanan.

Dalam propagandanya, media tersebut menekankan bahwa masyarakat yang melakukan aksi di beberapa kota adalah para pendukung rezim monarki dan mereka meminta Iran dikembalikan ke era Pahlevi.

Reza Pahlevi (putra dari Shah Mohammad Reza Pahlevi) bahkan melakukan pertemuan dengan beberapa pejabat pemerintah AS dan secara pribadi meminta AS untuk meningkatkan sanksi terhadap Iran dan para pejabat pemerintah.

Pengalaman menunjukkan bahwa perjalanan waktu akan menyingkap fakta-fakta baru tentang pendukung dan pelaku fitnah dan kerusuhan, yang dikobarkan di Iran dengan tujuan mengganti sistem pemerintahan Islam.

Jutaan warga Tehran menghadiri acara tasyi' jenazah Letjen Soleimani.
Dokumen kudeta yang sudah dirilis ke publik oleh Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) menunjukkan bahwa AS-Inggris secara langsung terlibat dalam aksi makar untuk menggulingkan pemerintahan Mosaddegh.

Sejak kemenangan Revolusi Islam pada 22 Februari 1979, kekuatan-kekuatan arogan bangkit menentang Republik Islam Iran demi mempertahankan dominasinya di wilayah Asia Barat (Timur Tengah).

Kudeta 28 Mordad dilakukan oleh Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) dengan dukungan langsung Dinas Intelijen Inggris (MI6). Kudeta ini adalah sebuah bukti yang memperlihatkan upaya musuh untuk memisahkan rakyat Iran dari Revolusi Islam melalui berbagai konspirasi. Meski melakukan segala upaya, namun musuh gagal untuk merusak pilar-pilar revolusi dan sistem Republik Islam.

Pasca kemenangan Revolusi Islam, AS selalu menyusun konspirasi dan mendukung anasir-anasir anti-revolusi dengan tujuan memperlemah dan menggerogoti Republik Islam Iran dari dalam.

Pada 3 Januari 2020, pemerintah AS dalam sebuah tindakan terorisme membunuh Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani, dengan tujuan melemahkan pilar-pilar kekuatan bangsa Iran.

Letjen Soleimani dan Wakil Komandan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis beserta rekan-rekannya, gugur syahid dalam serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan teroris AS di Bandara Internasional Baghdad.

Tindakan ini kembali memperlihatkan bahwa akar permusuhan dan kedengkian AS terhadap Iran, benar-benar sangat dalam. Sikap panik ini menunjukkan bahwa AS dan musuh-musuh Iran telah kehilangan akal sehat dalam menghadapi kekuatan dan persatuan bangsa ini.

Bangsa Iran selalu memelihara sikap waspada dan kearifan, serta selalu menunjukkan bahwa mereka tidak akan pernah membiarkan musuh mencapai tujuannya. 

Read 734 times