Perempuan Iran, Pionir Kemajuan Revolusi Islam

Rate this item
(0 votes)
Perempuan Iran, Pionir Kemajuan Revolusi Islam

 

Perempuan Iran sampai hari ini masih memegang teguh komitmen dan janjinya untuk membawa Revolusi Islam yang berdiri berkat darah putra-putra mereka, hingga ke tujuan akhir.

Revolusi Islam Iran sudah menginjak usia 42 tahun, namun wacana pertumbuhan dan pembangunan terus dibahas, setiap saat tujuan dan cita-cita Revolusi Islam diancam, perempuan di samping laki-laki muncul dan membuktikan bahwa perempuan Iran masih memegang teguh janji setia terhadap Revolusi Islam. Setiap kali kemampuan pengetahuan Iran meningkat dan Revolusi Islam menunjukkan keunggulan dan efektivitasnya, di sana selalu ditemukan peran perempuan di tengah para ilmuwan Iran.
 
Ketika wabah virus Corona melanda Iran sebagaimana negara-negara dunia lainnya, perempuan Iran dalam baju dokter dan perawat membantu para pasien, beberapa dari mereka bahkan menunda pernikahanan demi membantu pasien, di sisi lain kita menyaksikan seorang guru yang tetap mengajar dari atas ranjang rumah sakit. Vaksin Covid-19 pertama buatan Iran disuntikan kepada Fatemeh Mokhber yang menjadi relawan pertama uji klinis vaksin ini.
 
Ketika ilmuwan nuklir Iran gugur syahid di depan mata keluargnya sendiri, istri syahid lantang berteriak, teror ini tidak akan mampu menghalangi langkah kami mencapai tujuan, dan saya akan meniti jalan suami saya dan melanjutkan cita-citanya.
Sedikit mundur ke belakang, tahun lalu Amerika Serikat meneror Komandan Pasukan Quds IRGC, Letjend Qassem Soleimani, negara itu mengira bisa menghentikan Revolusi Islam dengan meneror orang besar ini, namun saat itu pula Zainab dan Fatemeh bangkit dengan tegas mengumumkan akan melanjutkan jalan ayah mereka.
 
Zainab lantang mengatakan saya akan meneruskan jalan perjuangan dan perlawanan ayah. Tak hanya itu, Zainab melakukan langkah revolusioner dengan memimpin Lembaga Syahid Soleimani selain menjaga perjuangan beliau, juga meneruskannya. Masih banyak perempuan Iran yang seperti Zainab, terutama istri dan ibu para syuhada.  
 
Perempuan menurut kesaksian para aktor perjuangan dan Revolusi Islam Iran, memainkan peran penting dalam memajukan prestasi yang diraih revolusi dan pemerintahan Islam di negara ini. Perempuan Iran berhasil mencapai puncak keberhasilan dengan melawan konspirasi musuh asing dan dalam negeri.
 
Kapanpun mereka diserahi tugas, para perempuan Iran akan melaksanakannya dengan sepenuh hati. Mereka memainkan peran efektif dan luas di tengah masyarakat terutama dalam aktivitas sosial, budaya, politik dan ekonomi demi menjaga Revolusi Islam dan mereka selalu terdepan dalam memajuan tujuan Revolusi Islam.
  
Urgensitas partisipasi perempuan dalam kebangkitan Islam menyebabkan Imam Khomeini sebagai pemimpin kebangkitan ini selalu mengingatkan peran serta perempuan dan urgensinya dalam perjuangan di berbagai bidang. Beliau di bulan pertama kemenangan Revolusi Islam Iran menjelaskan peran dan partisipasi perempuan dalam kemenangan Revolusi Islam Iran, dan pidatonya pada 17 Esfand 1357 Hijriah Syamsiah (8 Maret 1979) menyebut perempuan sebagai pionir dan pelopor perjuangan.
 
Imam Khomeini berkata, Anda para perempuan telah membuktikan berada di garis depan. Anda membuktikan telah maju melewati para laki-laki, mereka terinspirasi dari Anda. Laki-laki Iran, Anda harus belajar dari para perempuan berhijab Iran. Para lelaki Qom juga terinspirasi dari gerakan perempuan mulia Iran, dan belajar darinya. Anda berada di garis depan kebangkitan.
 
Peran bersejarah lelaki dan perepmuan Muslim dalam membela keyakinan dan tanah air mereka, berakar dari budaya Islam, dan teladan asli dapat ditemukan di era awal Islam. Meski di dalam Islam tidak ada kewajiban berjihad bagi perempuan, namun bukan berarti bahwa perempuan tidak ikut dalam gerakan perjuangan.
 
Mereka berada di pos logistik dan dukungnan membela agama dan tanah air, para perempuan bersama laki-laki berpartisipasi aktif dalam perjuangan. Para perempuan seperti Nusaybah, Jaraha, dan Ummu Athiyah hadir dalam banyak pertempuran bersama Nabi Muhammad Saw dan bertugas membantu korban perang.
 
Dalam pandangan Islam, perempuan juga sama seperti lelaki, mereka bebas beraktivitas di tengah masyarakat dan memainkan peran di berbagai bidang. Perbedaannya, kebebasan ini harus digunakan dengan tetap menjaga kehormatan manusia, pribadi dan kesucian perempuan, jika hal ini diperhatikan mereka bebas melakukan berbagai aktivitas.
 
Dalam Revolusi Islam Iran, kehadiran luas perempuan di berbagai bidang budaya, ilmu pengetahuan, politik dan militer menjadi perhatian perempuan Muslim. Banyak perempuan Iran sebagai ibu dan istri mendorong orang-orang yang mereka sayangi untuk terjun ke medan perang.
 
Sekelompok perempuan bersama para laki-laki bertugas sebagai dokter, perawat, petugas bantuan, dan logistik di lokasi-lokasi paling berbahaya di perbatasan Iran. Mereka adalah simbol perlawanan dan pengorbanan yang melindungi tanah air dan keyakinan.
 
Para perempuan ini dengan mengikuti jejak langkah perempuan-perempuan agung semacam Khadijah, Fathimah dan Zainab as, terjun ke medan perjuangan, dan dengan seluruh yang dimilkinya,  membantu kaum lelaki dalam membela tanah air.
 
Imam Khomeini berulangkali memuji semangat memburu kesyahidan dan pengorbanan para perempuan Iran. Imam Khomeini berkata, cahaya iman inilah yang tidak membuat Anda para perempuan takut akan kesyahidan, para pemuda Anda, laki-laki dan perempuan kita siap untuk syahid.
 
Partisipasi perempuan dalam berbagai unjuk rasa dan keberanian mereka menyebarkan selebaran-selebaran anti-rezim Syah, menjadi bukti aktivitas politik perempuan Iran sehingga pantas mereka dijuluki sebagai pejuang di medan tempur politik. Perempuan adalah para pembentuk manusia dan dapat dipastikan jika para perempuan disingkirkan dari sebuah bangsa, maka bangsa itu akan kalah dan moralnya akan merosot.
 
Perempuan Iran dengan meneladani Sayidah Fathimah dan Zainab bangkit melawan rezim Syah dan mengirim orang-orang yang dicintainya ke medan tempur dan menyerahkannya untuk Revolusi Islam. Kehadiran mereka di medan perang memperkuat semangat dan jiwa putra-putra dan suami mereka sehingga dengan mudah menyerbu musuh. Di Iran, ibu-bu syuhada dengan pengetahuannya tentang peran para syuhada dalam menghidupkan masyarakat, dengan hati yang penuh kecintaan pada Allah Swt, melangkah di jalan-Nya.
 
Para ibu inilah yang memiliki semangat juang tinggi dan saat mendengar berita kesyahidan orang-orang yang dicintainya, dengan hati suci, mereka memohon kepada Allah Swt untuk menerima pengorbanan orang-orang yang dikasihinya di jalan kebenaran.
 
perempuan Iran dalam sebuah pawai
 
Sebagian dari mereka dengan kesabaran tinggi, memakamkan putra-putranya sendiri. Seorang ibu yang dua putranya gugur, dengan harapan mendapatkan ridha Allah Swt, mendorong putra ketiganya untuk terjun ke medan perang membela tanah air dan agama.  
 
Partisipasi efektif perempuan Muslim dalam peristiwa sosial-politik terbesar di abad 20 yaitu Revolusi Islam Iran, telah menciptakan diskursus baru di arena perempuan. Masyarakat internasional terkejut saat melihat perempuan Iran dibandingkan sebelumnya sangat aktif di bidang sains, budaya, politik, dan sosial. Bahkan banyak perempuan di negara-negara Muslim menjadikan aktivitas perempuan Iran sebagai teladannya.
 
Seorang wartawan Prancis setelah mengunjungi Iran di awal-awal Revolusi Islam menulis, di Iran semua orang disibukkan dalam sebuah perubahan besar sosial-politik untuk mendirikan struktur pemerintahan Islam, di tengah semua ini yang paling menarik perhatian adalah kesabaran dan ketabahan perempuan yang berjuang bersama kaum laki-laki.
 
Pasca Revolusi Islam Iran, terbuka banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh kaum perempuan untuk meningkatkan level kemampuannya di berbagai bidang. Jika kita melihat titik awal pergerakan para perempuan Iran, dan mengalihkan pandangan ke puncak cita-cita yang akan mereka raih, kita akan percaya bahwa Revolusi Islam Iran memiliki segudang kapasitas bagi gerakan kemajuan perempuan dengan mengikuti perkembangan zaman.
 
Kenyataannya, pemerintahan Islam di Iran menghormati perempuan dan masyarakat diuntungkan oleh kemampuan perempuan pada posisinya sebagai seorang manusia. Posisi ini akan mempercepat gerakan perempuan ke arah kemajuan. Perempuan Muslim harus memperhatikan hal ini bahwa perempuan dan laki-laki keduanya adalah makhluk Allah Swt, dan sama dari sisi kemanusiaannya. Allah Swt tidak akan mengabaikan amal perbuatan semua manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ali Imran ayat 195,
 
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik". 

Read 504 times