Tantangan Imigran Muslim di Eropa (8-Habis)

Rate this item
(0 votes)
Tantangan Imigran Muslim di Eropa (8-Habis)

 

Banyak dari masyarakat Muslim terusir dari negaranya dan menjadi pengungsi karena perang dan ambisi negara-negara Barat. Mereka menanggung kesulitan dalam perjalanan ke Eropa dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Dinas-dinas intelijen Barat dan beberapa negara Arab memanfaatkan situasi sulit yang dihadapi pengungsi dan mereka merekrut sejumlah pemuda untuk menjadi anggota kelompok-kelompok teroris. Langkah ini bertujuan untuk memajukan konspirasi dan ambisi Barat di negara-negara konflik.

Sejumlah pemuda Muslim di Eropa yang bergabung dengan kelompok teroris, merupakan umpan terbaik untuk memenuhi kepentingan dinas-dinas intelijen Barat, yang berusaha maksimal untuk merusak Islam.

Untuk melawan kampanye anti-Islam ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengirim sepucuk surat kepada para pemuda Eropa dan Amerika Utara pada 21 Januari 2015. Rahbar dalam pesannya itu menjelaskan tentang faktor-faktor sosial dan politik terorisme.

Surat ini telah diterbitkan dalam delapan bahasa dunia. Ia memainkan peran penting dalam menyadarkan masyarakat dunia dan menggagalkan propaganda anti-Islam yang dilakukan Barat dengan alasan terorisme.

Dalam perspektif Ayatullah Khamenei, alasan mendasar terorisme di Barat karena adanya pemikiran berbau kekerasan di masyarakat Barat. Hal ini terbentuk melalui sekumpulan pandangan dan ideologi yang kemudian melahirkan standar ganda dalam kebijakan Barat, membagi teroris dengan baik dan buruk, serta memprioritaskan kepentingan penguasa ketimbang nilai-nilai kemanusiaan dan etika.

Pemikiran seperti itu telah menciptakan kekerasan senyap akibat pemaksaan budaya Barat atas bangsa-bangsa lain.

Pengungsi tertahan di perbatasan salah satu negara Eropa. (Dok)
"Dalam pandangan saya, langkah pertama untuk membangun keamanan dan ketenangan adalah dengan mereformasi mentalitas yang melahirkan kekerasan ini. Selama standar ganda mendominasi kebijakan Barat, dan selama terorisme dibagi di mata pendukungnya yang kuat ke dalam kategori baik dan buruk, dan selama kepentingan pemerintah diberi prioritas di atas nilai-nilai kemanusiaan dan moral, akar terorisme seharusnya tidak dicari di tempat lain," jelas Ayatullah Khamenei.

Lingkungan budaya yang tidak sehat dan penuh kekerasan di Barat serta kebencian akut yang muncul akibat diskriminasi, telah menstimulasi sejumlah warga Eropa ke arah kekerasan dan kelompok-kelompok teroris.

Barat juga merendahkan budaya-budaya yang kaya meskipun mereka tidak memiliki kapasitas untuk menjadi alternatif. Belum lagi, budaya Barat menyimpan dua komponen negatif yakni agresivitas dan amoral. Pemikiran ini menyebarkan benih kebencian terhadap komunitas Muslim di Barat sebagai kelompok yang paling rentan.

Selain ketimpangan sosial dan dampak-dampak pelecehan budaya suku bangsa lain oleh negara-negara Barat, surat kedua Ayatullah Khamenei juga menyoroti dimensi lain terbentuknya kekerasan senyap di masyarakat Barat. Kekerasan senyap ini berakar pada kebijakan era imperialisme, konspirasi, dan intervensi asing di negara-negara Islam pada abad ke-19 dan 20.

Pada masa imperialisme, Barat menyemai benih-benih ekstremisme di tengah suku Badwi Arab dan di era modern, mereka membentuk kelompok Daesh untuk menciptakan kehancuran di negara-negara Muslim.

Surat Ayatullah Khamenei memperingatkan bahwa langkah-langkah reaktif, tidak akan membuahkan hasil apapun kecuali peningkatan polarisasi yang telah ada, sekaligus membuka pintu bagi munculnya berbagai krisis baru di masa mendatang.

“Setiap gerakan sensasional dan tergesa-gesa yang membuat masyarakat Muslim Eropa dan Amerika Serikat – yang terdiri dari jutaan manusia aktif dan bertanggung jawab – menjadi terisolasi maupun khawatir dan gelisah, membuat mereka terhalang dari hak-hak asasinya serta menjadikan mereka terkucil dari ranah sosial, bukan hanya tidak menyelesaikan masalah, tapi justru akan semakin memperlebar jarak dan meningkatkan permusuhan,” tulis Ayatullah Khamenei dalam suratnya kepada pemuda Barat.

Sejauh ini korban terbesar aksi tergesa-gesa menyikapi isu terorisme adalah warga Muslim, terutama yang berdomisili di negara-negara Barat.

Barat juga mengadopsi standar ganda terhadap gerakan kebangkitan di Dunia Islam dan memberi dukungan mutlak kepada rezim Zionis Israel meskipun terlibat pembantaian di Palestina.

Menurut Ayatullah Khamenei, standar ganda dan dukungan Barat kepada rezim Zionis telah mengakibatkan pemaksaan perang, penyebaran terorisme, pendudukan, dan rasa tidak aman bagi masyarakat regional dan internasional.

Donald Trump percaya bahwa Obama dan Hillary sebagai pembentuk Daesh.
Amerika Serikat dan kekuatan-kekuatan Eropa selama bertahun-tahun juga mendukung rezim diktator Arab. Dukungan ini menyulut sentimen anti-Barat di tengah bangsa-bangsa Arab dan Muslim di kawasan yang menuntut kebebasan.

Jadi, standar ganda dan sikap kontradiksi Barat telah menciptakan ruang bagi penyebaran pemikiran radikal dan ekstrem.

Mengenai kontribusi pemikiran Barat bagi terbentuknya terorisme, dosen di hauzah dan universitas di Iran, Hassan Rahimpour Azghadi menuturkan, "Hari ini ada kebutuhan mendesak untuk mendefinisikan terorisme, karena ribuan pemuda Muslim di Eropa dengan label 'teroris' berada di bawah penyiksaan. Pasca peristiwa 11 September, Barat membunuh jutaan orang dan mengejar agenda untuk meneror Islam dan menakut-nakuti kaum Muslim."

Menurutnya, definisi Barat tentang terorisme merupakan bentuk dari tindakan teror itu sendiri. Setiap individu Muslim mengetahui bahwa mengintimidasi atau membunuh orang tanpa proses hukum yang adil adalah perbuatan haram. Jadi, akar terorisme bukan Islam, tetapi hubungan internasional yang tercipta di masa sekarang.

Rahimpour Azghadi menambahkan, hubungan saat ini di kancah internasional telah melahirkan benih-benih teroris. Terorisme negara telah muncul yang kemudian diikuti oleh teroris non-negara, karena hubungan internasional saat ini benar-benar tidak adil dan bahkan komposisi Dewan Keamanan PBB disusun sepihak.

"Islam menolak kekerasan. Agama ini mewajibkan jihad dan qisas untuk melawan terorisme. Jelas keliru jika Barat memperkenalkan kedua unsur ini sebagai faktor pemicu kekerasan. Islam menganggap perang melawan penjajah sebagai jihad dan tentu saja ada kerangka akhlak yang sudah ditetapkan untuk ini," ujarnya.

Ayatullah Khamenei mengajak para pemuda Barat untuk berpikir dan mencari kebenaran sejati dengan menggugah hati nurani dan kemanusiaannya.

"Karena itu, saya ingin kalian kaum muda meletakkan dasar untuk interaksi yang benar dan terhormat dengan Dunia Islam berdasarkan pada pemahaman yang benar, wawasan yang mendalam, dan mengambil pelajaran dari pengalaman yang mengerikan. Dengan demikian, dalam waktu yang tidak lama lagi, kalian akan menyaksikan bangunan yang dibangun di atas pondasi kokoh ini yang menciptakan keyakinan dan kepercayaan bagi para pendirinya, memberikan kehangatan keamanan dan kedamaian kepada mereka, dan menyalakan harapan bagi masa depan yang cerah yang menerangi planet ini." 

Read 535 times