Pertemuan Rahbar dengan Kabinet ke-13

Rate this item
(0 votes)
Pertemuan Rahbar dengan Kabinet ke-13

 

Di hari kelima Pekan Pemerintah, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei bertemu dengan anggota kabinet pemerintah ke-13.

Menyusul gugurnya Syahid Mohammad Ali Rajai, presiden dan Perdana Menteri Iran Mohammad Javad Bahonar tahun 1981 oleh anasir kelompok teroris munafikin (MKO), mulai 24 hingga 30 Agustus di Iran ditetapkan sebagai Pekan Pemerintah. Mereka menjadi teladan pemimpin rakyat, komitmen, sosok yang bersedia mendegarkan pendapat orang lain, dan loyal terhadap Revolusi Islam.

Di hari kelima Pekan Pemerintah, Ayatullah Khamenei bertemu dengan anggota kabinet ke-13. Seraya mengucapkan selamat dan mengharapkan kesediaan untuk melayani rakyat, Rahbar mengingatkan kedua syahid besar ini. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Rahmat Tuhan bagi kedua tokoh besar, terhormat, aktif dan meraih cawan syahadah ini yang telah benar-benar bersedia melayani masyarakat, meski untuk waktu yang singkat, tapi mereka telah menunjukkan telah masuk ke medan ini dengan ikhlas dan ingin mengabdi, serta metode mereka adalah metode Islami dan rakyat serta berjuang yang menjadi pelajaran bagi seluruh unsur."

Setiap kali pemerintahan baru berkuasa, Ayatullah Khamenei merekomendasikan poin-poin penting yang merupakan bagian dari realisasi cita-cita Revolusi Islam. Topik pertama dari rekomendasi ini adalah "merakyat". Serorang pemimpin yang bersedia berada di tengah-tengah rakyat dan mendengarkan suara mereka tanpa perantara sebuah manifestasi sikap merakyat, dan menilai kesediaan mengadopsi  pola hidup rakyat, dan menjahui gaya borjuis sebagai manifestasi lain.

Pemimpin Revolusi Islam menyerukan kepada anggota pemerintah untuk memfokuskan upaya mereka pada rekonstruksi revolusioner dan, tentu saja, rasional dan bijaksana di semua bidang manajemen; Dan bergerak di rel revolusi dengan gerakan revolusioner. Ia juga menekankan bahwa: "Menjadi seorang revolusioner harus disertai dengan rasionalitas, dimana cara Republik Islam yang benar dari awal sampai sekarang adalah bahwa gerakan revolusioner disertai dengan gerakan yang bijaksana dan rasional." Padahal, pemerintahan revolusioner dalam budaya Islam, sebagai pemerintahan rakyat, harus meminta bantuan intelektual dan praktis rakyat dalam berbagai kasus, jujur, dan mengakui serta mengganti kesalahan mereka.

Sistem Republik Islam Iran, sebagai arus yang muncul dari nilai-nilai agama, yang mengklaim menegakkan keadilan dan secara inheren tidak sesuai dengan korupsi moral, politik, keuangan, dll. Untuk alasan ini, Pemimpin Revolusi Islam menyerukan keadilan di masyarakat, dan pendekatan tanpa rasa takut dan bijaksana terhadap pelanggaran dan korupsi keuangan, dan pelestarian aset nasional. Dia menyebut antikorupsi sebagai pelengkap keadilan dan mengatakan bahwa salah satu bencana terpenting di suatu negara adalah adanya korupsi, keserakahan, penyalahgunaan, penggelapan dan kenikmatan yang tidak perlu, yang bertentangan dengan keadilan. Dalam pandangannya, tempat utama dalam pemberantasan korupsi ada di lembaga eksekutif untuk menghilangkan dasar-dasar lahirnya korupsi, setelah itu lembaga yudikatif harus menjalankan perannya.

Pemimpin Revolusi Islam menganggap kepercayaan rakyat sebagai aset terbesar pemerintah, yang sayangnya telah rusak saat ini dan perlu diperbaiki. Dia mengatakan bahwa kesatuan kata dan tindakan para pejabat menyebabkan kembalinya harapan dan kepercayaan masyarakat.

Rahbar mengatakan, "Pertama-tama jangan mengungkit-ungkit apa yang kalian lakukan bagi rakyat, kedua, jangan membesar-besarkan apa yang kalian telah lakukan bahwa kami telah melakukan ini dan itu, sebuah pekerjaan yang dilakukan manusia kemudian dibesar-besarkan. Jangan-jangan kalian nantinya akan mengingkari janji; Kalian mengumbar janji kemudian mengingkarinya. Imam Ali as kepada Malik al-Ashtar mengatakan, jangan sampai kamu melakukan hal ini, dan ini sangat penting. Tapi terkadang kalian memberi janji dan tidak memiliki peluang, yakni sebuah kendala alami menghalangi. Hal ini tidak apa-apa, tapi kalian harus jelaskan kepada rakyat."

Lebih lanjut Ayatullah Khamenei menambahkan, "Prioritas utama negara adalahekonomi dan kemudian budaya, media dan ilmu pengetahuan serta sains. Tapi ada hal-hal yang mendesak seperti pandem Corona dan kesehatan rakyat." Seraya mengisyaratkan upaya baik yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya di isu kesehatan termasuk vaksin dan impornya, beliau menilai penting isu pengobatan, pencegahan, perawatan, skrining dan vaksinasi umum. Rahbar mengungkapkan, salah satu hal urgen adalah karantina cerdas dan pengawasan serius di perbatasan negara serta mencegah masuknya varian baru penyakit.

Ayatullah Khamenei meminta otoritas bidang ekonomi pemerintah untuk menyusun program guna menyelesaikan kesulitan rakyat dan melakukan koordinasi. Beliau meminta pemerintah ke-13 mengedepankan sektor ekonomi dan menggerakkan sektor ini seperti di bidang properti, industri baja, otomotif, energi dan petrokimia. Mengenai pengendalian sistem perbankan, para ahli ekonomi berpendapat bahwa penciptaan uang harus dilakukan dalam kaitannya dengan produksi, dan jika rasio ini tidak ada, pencetakan uang harus dihentikan. Jika dilakukan dengan benar, itu akan mencegah inflasi, meningkatkan produksi dan lapangan kerja, dan memperkuat mata uang nasional.

Rahbar menambahkan, "Menurut saya, ada dua poin penting di sini; Salah satunya adalah dalam menyelesikan krisis ekonomi tidak boleh mencari jalan pendek, penenang dan sementara atau yang lainnya, karena ini terkadang malah meningkatkan masalah; Penenang dan pengobatan sementara terkadang memperbesar krisis, harus dicari solusi mendasar untuk menyelesaikan masalah ini dan segera dimulai. Dengan bertawakkal kepada Tuhan dan optimisme, serta dengan pekerjaan yang benar, dengan langkah yang kuat, Insya Allah akan ada kemajuan. Poin kedua adalah solusi kendala ekonomi jangan dipatok dengan pencabutan sanksi;....Susunlah program untuk menyelesaikan masalah ekonomi dengan asumsi ada sanksi."

Isu budaya dan media serta struktur budaya negara yang senantiasa menjadi kekhawatiran Rahbar. Di pertemuan ini juga menjadi perhatian Rahbar dan beliau menekankan rekonstruksi revolusioner berdasarkan gerakan mendasar dan cerdas. Menurut perspektif Rahbar, banyak kesahalah seperti berlebih-lebihan, taklid membabi-buta dan gaya hidup mewah berakar dari budaya serta membutuhkan reformasi dengan sarana budaya. Rahbar menekankan, sarana budaya seperti sinema dan seni serta media audio dan visual seperti ini harus dikembangkan, percatakan dan buku atau semisalnya adalah sarana budaya, harus dikembangkan dengan sebenar-benarnya. Alhamdulillah saat ini pasukan besar dari para pemuda yang mencintai masalah budaya tengah aktif bekerja, dan mereka berusaha keras serta aktif.

Revolusi Islam bangga dengan pertumbuhan pasukan besar orang-orang muda yang tertarik pada bidang budaya dan sektor budaya. Rahbar menilai negara berkewajiban mengungkap potensi dan memberi dukungan cerdas kepada para pemuda ini serta prakarsa mereka, serta menambahkan, "Ini adalah jalan utama melawan dan menghadapi peran lunak musuh dan kami mendukung jalan yang benar di bidang budaya serta mendorongnya. Kita menghargai mereka dan melawan gerakan yang keliru. Dan bidang media dan budaya dari satu sisi, dapat menjadi sebuah universitas besar dan dari sisi lain, kamp kebaikan dan keburukan, tempat kebenaran dan kebatilan, serta medan perang budaya dengan mereka yang budayanya menciptakan kerusakan di dunia, kita harus memandangnya dari dua sisi ini."

Isu kebijakan luar negeri juga menjadi prioritas lain yang ditekankan Rahbar untuk bekerja ekstra di kebijakan luar negeri dan memperkokoh sisi ekonomi di diplomasi. Beliau menilai penting dan mungkin untuk memperluas perdagangan asing dengan 15 negara tetangga dan juga negara lain di dunia. Ayatullah menegaskan, "Diplomasi jangan sampai dibayangi isu nuklir, yakni jangan mengaitkan diplomasi negara dengan isu nuklir, isu nuklir adalah isu lain dan terpisah yang harus diselesaikan dengan baik, namun cakupan diplomasi dangan luas. Di isu nuklir, Amerika telah benar-benar melewati batas dan meski keluar dari JCPOA di hadapan semua pihak, kini berbicara seolah-olah Republik Islam Iran yang keluar dari JCPOA dan komitmennya."

Ayatullah Khamenei menilai Eropa seperti Amerika di pelanggaran janji dan sikap tak bermoralnya, mereka di bidang ucapan senantiasa menunjukkan sebagai kreditor. Beliau juga mengingatkan pemerintah Amerika saat ini tidak ada bedanya dengan pemerintah sebelumnya, karena mereka menuntut Iran di isu nuklir dengan bahasa lain tapi tak ada bedanya dengan tuntutan Trump.

Rahbar menandaskan, "Sejujurnya Amerika adalah serigala di balik layar diplomasi. Di luarnya seakan-akan berdiplomasi, tersenyum, berbicara dan pembicaraannya terkadang ke arah kebenaran, namun batinnya adalah serigala, seekor serigala liar dan pemangsa yang disaksikan banyak manusia di seluruh dunia; Terkadang serigala liar dan terkadang rubah licik dengan berbagai bentuknya."

Rahbar dan Presiden Raisi di pertemuan kabinet ke-13 dengan Ayatullah Khamenei
Ayatullah Khamenei menyebutkan contoh nyata dari makar Amerika adalah kondisi kekinian Afghanistan. Rahbar mengatakan, "Kendala ini, kesulitan ini yang mereka rasakan adalah perbuatan Amerika. 20 tahun mereka menduduki Afghanistan, dan selama dua dekade ini mereka melakukan beragam kezaliman kepada bangsa Afghanistan, mereka mengubah kecintaan rakyat Afghanistan menjadi duka, mereka membombardir pesta pernikahan, membantai pemudanya, menjebloskan banyak warga ke penjara tanpa alasan, meningkatkan produksi narkotika di Afghanistan puluhan kali lipat. Mereka melakukan hal ini dan tidak melakukan apa pun untuk memajukan Afghanistan. Yakni Afghanistan saat ini dari sisi kemajuan sosial dan pembangunan atau semisalnya sejak saat itu, tidak munduk atau maju, yakni mereka tidak melakukan apa pun. Kini mereka akan meninggalkan negara ini dengan segala kerusuhan yang ada."

Rahbar menyebut Afghanistan sebagai negara sahabat, satu bahasa dan seagama serta dari sisi budaya juga memiliki kesamaan dengan Iran. Terkait sikap Republik Islam Iran terhadap Afghanistan, Rahbar mengatakan, "Pemerintah datang dan pergi, dan yang tetap adalah bangsa Afghanistan; Kami mendukung bangsa Afghanistan. Hubungan kami dengan pemerintah juga tergantung dengan bentuk hubungan mereka dengan kami."

Read 570 times