Arafah, Hari Munajat kepada Allah Swt

Rate this item
(0 votes)
Arafah, Hari Munajat kepada Allah Swt

Doa adalah permohonan dan inti sari dari ibadah. Ibadah yang disertai dengan doa akan mendatangkan kecintaan, ilmu dan makrifat. Doa adalah situasi spiritual di mana antara hamba dan Tuhan terjalin hubungan yang akrab dan intim. Doa dapat menumbuhkan sikap positif dalam kehidupan manusia. Rasulullah Saw bersabda, ÔÇ£Sebaik-baik manusia adalah orang yang mencintai ibadah dan doa.ÔÇØ

Kondisi tertentu dapat mempengaruhi intensitas dan frekuensi doa sama seperti gelombang fisika. Di tempat-tempat tertentu seperti masjid dan pusat-pusat ziarah, dan juga arah kiblat, merupakan tempat ideal untuk berdoa dan bermunajat. Selain itu, momentum yang tepat juga merupakan salah satu syarat terkabulnya doa.

Sebagian hari dan waktu dapat membangunkan fitrah ketuhanan manusia dan menumbuhkan hasrat-hasrat spiritual dalam jiwanya. Hari Arafah adalah salah satu hari yang memiliki keistimewaan khusus untuk berdoa dan bermunajat, terutama ketika kita berada di Padang Arafah.

Tanggal 8 dan 9 Dzulhijah adalah hari-hari puncak kepadatan di Kota Suci Mekah. Kota yang aman dan tempat diutusnya para nabi dan auliya Allah Swt itu menjadi saksi atas berkumpulnya manusia yang sedang menuju Padang Arafah sembari melantunkan kalimat "Labbaik Allahumma Labbaik."  Wukuf di Arafah adalah bagian dari manasik haji yang dimulai dari waktu Dzuhur tanggal 9 Dzulhijjah.

Arafah adalah sebuah padang pasir luas, di mana suasana di tempat tersebut dapat mendorong setiap manusia untuk merenung dan berpikir. Bagaimana mungkin Allah Swt sebagai pencipta batu rubi dan mutiara, hutan-hutan nan hijau, sungai-sungai yang mengalir dan air terjun yang indah, memilih tanah kering, gersang dan tanpa air seperti Padang Arafah sebagai tempat ibadah haji?

Di bawah terik matahari yang panas di Padang Arafah, para jamaah haji yang berkumpul di tempat tersebut tidak memiliki keinginan, motivasi dan dorongan lain kecuali untuk beribadah dan berdoa. Mereka secara bertahap menyadari bahwa Padang Arafah adalah tempat pengenalan, keberadaan dan pergerakan. Pada saat itulah, aroma doa dan permohonan manusia yang bertauhid bercampur dengan suasana spiritual Arafah.

 

Arafah adalah sebuah tanah suci yang terletak di sekitar 21 km dari kota Mekah. Tempat tersebut memiliki sejarah panjang. Setelah memakai pakaian ihram untuk melaksanakan haji tamattu`, para jamaah haji bergerak menuju Arafah. Mereka kemudian wukuf di tempat itu dari Dzuhur 9 Dzulhijah hingga terbenam matahari. Di tempat itu pula, para jamaah haji mengisi waktunya untuk berdoa dan bermunajat kepada Allah Swt serta memohon rahmat-Nya. Mereka meminta kepada Allah Swt supaya diberi kesempatan kembali untuk mengunjungi tempat suci tersebut.

Arafah adalah sebuah gurun pasir suci. Padang Arafah terletak di ÔÇ£Jabal Ar-Rahmah,ÔÇØ sebuah gunung di mana taubat Nabi Adam as di kaki gunung tersebut diterima oleh Allah Swt. Dengan penuh kerendahan hati, para tamu Allah Swt berdoa dan bermunajat serta berserah diri kepada-Nya. Setiap orang yang pergi ke lembah Arafah di Jabal Ar-Rahmah, akan mengharapkan pengampunan dari Allah Swt atas dosa-dosanya.

Hari Arafah adalah hari ketika Allah Swt mengundang hamba-hamba-Nya kepada ibadah dan ketaatan. Di hari tersebut, Allah Swt telah menyediakan jamuan kedermawanan, kebaikan dan kemurahan kepada hamba-hamba-Nya. Di hari itu pula, setan menjadi terhina dan rendah.    

Nabi Muhammad Saw bersabda, ÔÇ£Wahai masyarakat! Apakah kalian ingin kuberikan sebuah kabar gembira? Mereka menjawab: Iya Ya Rasulullah (Saw). Beliau bersabda: ketika matahari terbenam pada hari ini (Arafah), Allah (Swt) membanggakan orang-orang yang sedang melakukan wukuf di Arafah di hadapan para malaikat, dan berfirman: `Wahai malaikat-malaikat-Ku! Lihatlah hamba-hamba-Ku yang datang kepada-Ku dari berbagai sudut dunia dengan rambut yang kusut dan berdebu. Apakah kalian mengetahui apa yang mereka inginkan? Para malaikat menjawab: Wahai Tuhan kami! Mereka memohon pengampunan atas dosa-dosa mereka. Allah Swt kemudian berfirman: Aku menjadikan kalian sebagai saksi, sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka.` Dengan demikian, wahai para jamaah haji, kalian telah diampuni dan kembali dalam keadaan suci dari tempat kalian melakukan wukuf.ÔÇØ

Malam dan hari Arafah adalah waktu yang tepat untuk berdoa. Berdasarkan riwayat,  malam Arafah merupakan malam yang sangat tepat untuk bertaubat dan bermunajat kepada Allah Swt. Para jamaah haji pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mengisi waktunya di malam itu dengan doa, munajat dan permohonan pengampunan kepada Allah Swt. Dengan demikian, tak heran jika di jam-jam pertama kehadiran para Peziarah Kabah tersebut telah terdengar lantunan doa dari berbagai sudut di Padang Arafah.

 

Di Arafah, suasana spiritualitas yang luar biasa tampak di sana, khususnya ketika para jamaah haji membaca doa Arafah Imam Husein as dengan penuh keikhlasan. Peristiwa tersebut bagaikan sebuah pertemuan besar, di mana para hamba-hamba Tuhan menjelajahi rahasia-rahasia alam semesta dan berlomba-lomba untuk mencapai kedekatan diri kepada Allah Swt. Suasana spiritual di Arafah bahkan mampu menggetarkan hati setiap manusia dan membuat mereka meneteskan air mata. Para jamaah haji dengan hati yang suci dan pakaian yang sewarna bersama-sama menengadahkan tangan mereka dan memohon pengampunan kepada Allah Swt.

Doa Arafah adalah doa yang terkenal dan memiliki nilai yang tinggi. Doa yang dihadiahkan oleh Imam Husein as kepada kita tersebut, penuh dengan ajaran-ajaran akhlak dan berbagai poin penting tentang pendidikan. Doa itu juga kaya dengan kandungan tauhid murni dan mengekspresikan kerendahan hati seorang hamba serta mengandung permohonan ampunan (taubat) kepada Allah Swt.

Di saat matahari tenggelam di Hari Arafah, Imam Husein as bersama para pengikut Ahlul Bait as dan keluarga mereka keluar dari kemah dengan penuh kerendahan hati. Mereka berdiri di sisi kiri gunung Jabal Ar-Rahmah. Beliau kemudian menghadap kiblat dan mengangat kedua tangannya sampai di depan wajah beliau seperti halnya seorang miskin yang meminta-minta makanan. Imam Husein as bersama pengikutnya kemudian membaca doa Arafah.

Melalui doa Arafah, Imam Husein as telah mengajarkan kepada kita tentang akhlak dan pendidikan. Ajaran-ajaran tersebut tertuang dalam permohonan beliau kepada Allah Swt, di mana para pembaca doa itu secara tidak langsung diajak untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.

Doa Arafah tidak hanya sebuah lantunan dan pujian. Sebab, hakikat doa tidak terbatas hanya sebuah permohonan kepada Tuhan, tetapi dialog dengan kekasih (yaitu seorang hamba yang miskin dan tak berdaya) yang dapat menyebabkan kebahagiaan pada dirinya. Dialog tersebut juga menyebabkan hati seorang hamba dipenuhi dengan kesenangan dan kedamaian.

Terdapat amalan-amalan yang dilaksanakan di hari Arafah, diantaranya, puasa, mandi, membaca doa ziarah Imam Husein as, menunaikan shalat dua rakaat setelah shalat Ashar, melaksanakan shalat empat rakaat, dan doa serta berzikir khususnya membaca doa Arafah Imam Husein as.

Jabir ibn Abdullah Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, ÔÇ£Pengampunan terhadap penduduk Arafah turun sejak dimulainya hari Arafah. Di saat itu setan menaburkan tanah di atas kepalanya dan meratapi dirinya. Sekelompok setan lain mengelilinginya dan berkata: Apa yang terjadi terhadap dirimu?! Ia berkata: masyarakat yang telah kusesatkan dan selama 67 tahun melakukan dosa, telah diampuni hanya dalam satu kedipan mata.ÔÇØ

 

Nabi Muhammad Saw juga bersabda: ÔÇ£Barang siapa menjaga pendengaran dan lisannya di hari Arafah, maka Allah (Swt) akan menjaganya dari Arafah ke Arafah berikutnya.

Read 2476 times