Peran dan Risalah Wanita; Al-Haya’u dan Iffah

Rate this item
(0 votes)
Peran dan Risalah Wanita; Al-Haya’u dan Iffah

Rasa malu alami dalam pergaulan wanita dan pria

Terkait wanita dan pria, Islam berpandangan bahwa dua makhluk ini tidak memiliki perbedaan sama sekali dari sisi hak asasi sosial, nilai-nilai spiritual, tujuan-tujuan yang tinggi dan untuk memiliki spiritual di bidang keilmuan dan suluk menuju pada Allah. Keduanya sama dan di antara keduanya ada kerjasama di tengah-tengah masyarakat. Di dalam sistem pemerintahan Islam, tidak seorang pun mengatakan bahwa di berbagai kancah kehidupan sosial, kaum wanita dan kaum pria; satu sama lainnya tidak boleh bertemu. Namun pada saat yang sama mewajibkan wanita dan pria untuk tidak bergaul secara bebas. Islam telah menetapkan hijab di antara keduanya. Yaitu hijab rasa malu (al-Haya’u). Hijab rasa malu antara wanita dan pria merupakan sesuatu yang fitri. Ini adalah pandangan Islam. (pidato dalam pertemuan bersama para santri perempuan dan budayawan di musholla Qom, 16/9/1374)

 

Barat; Penghancur rasa malu di antara wanita dan pria

 

Masalah hijab yang menjadi sandaran Islam merupakan simbol dari dasar ini, sangat bagus dan penting. Islam tidak menerima pergaulan bebas antara wanita dan pria. Sementara Barat ngotot pada pergaulan bebas, khususnya antara wanita dan pria. Apa yang dilakukan Islam, yakni tidak menerima pergaulan bebas antara wanita dan pria, merupakan hal yang berdasarkan tabiat manusia. Tabiat wanita dan pria. Ada hijab secara fitri dan ada rasa malu secara fitri antara dua jenis ini. Secara alami ada pada manusia, tentunya tidak pada hewan. Orang yang merusak perkara fitri ini harus bertanggung jawab dan itu adalah Barat. Yaitu budaya telanjang yang dipaksakan oleh Barat. Pada tahun-tahun terakhir ini, pada dekade akhir ini secara perlahan-lahan merasakan satu persatu akibatnya yang merugikan. Hancurnya rumah tangga, rusaknya moral, merambahnya masalah ini pada usia dini dan sebagainya. Mereka harus bertanggung jawab. Merekalah sebenarnya yang menginjak-injak hak wanita dan hak pria. Islam dengan menjaga prinsip yang fitri ini sedang bersikukuh pada hak wanita dan hak pria. Islam telah menjaga hak-hak manusia. Jiwa semacam inilah yang harus dimiliki oleh wanita Iran saat ini, yang harus dimiliki oleh wanita muslim yang hidup di lingkungan Islam. (pidato dalam pertemuan bersama para santri perempuan dan budayawan di musholla Qom, 16/9/1374)

 

Rasa malu dan kemuliaan adalah gabungan antara kelembutan dan ketajaman iman

 

Hari perawat adalah hari ulang tahun kelahiran Sayidah Zainab. Ini adalah peringatan bagi kaum wanita kita. Temukanlah peran kalian. Pahamilah tentang keagungan menjadi seorang wanita, keterkaitan antara hijab, rasa malu dan kehormatan diri wanita (Iffah) dengan kemuliaan sebagai seorang muslim dan mukmin. Wanita muslim kita seperti ini.

 

Keagungan seorang wanita adalah ketika ia mampu menjaga hijab dan rasa malu serta kehormatan dirinya yang ditetapkan oleh Allah pada seorang wanita. Gabungkan hal ini dengan kemulian sebagai seorang mukmin. Gabungkan hal ini dengan rasa tanggung jawab dan menjalankan kewajiban. Pergunakan kelembutan ini pada tempatnya sendiri. Pergunakan juga ketajaman ini pada tempatnya sendiri. Gabungan halus ini hanya milik kaum wanita. Gabungan halus kelembutan dan ketajaman khusus bagi kaum wanita. Ini adalah keistimewaan yang diberikan Allah kepada wanita. Itulah mengapa dalam al-Quran dua wanita diumpamakan sebagai teladan keimanan, bukan teladan keimanan kaum wanita, tapi teladan keimanan seluruh umat manusia; wanita dan pria.

 

“Wa Dharaballahu Matsalan Lilladzina Amanu Imra’ata Fir’auna” (QS. Tahrim:11) dan “Maryama Binti Imrana” yang satu adalah istri Firaun dan yang kedua adalah Sayidah Maryam. Ini semua adalah isyarat dan tanda-tanda yang menunjukkan logika Islam. (pidato dalam pertemuan akbar bersama para perawat, 1/2/1389)

 

Kehormatan diri adalah pilar utama membela wanita

 

Setiap gerakan yang dilakukan untuk membela wanita, rukun aslinya adalah harus menjaga kehormatan diri wanita. Sebagaimana yang sudah saya sampaikan, di Barat karena tidak memerhatikan poin ini, yakni masalah kehormatan diri wanita tidak dianggap penting dan tidak memedulikannya, maka akibatnya adalah terjadinya pergaulan bebas. Jangan dibiarkan kehormatan diri wanita yang merupakan unsur terpenting bagi kepribadian seorang wanita, diabaikan begitu saja. Kehormatan diri wanita adalah sebuah perantara bagi ketinggian dan kemuliaan pribadi wanita di mata orang lain. Meski di hadapan mata para lelaki penyembah syahwatpun dan orang-orang yang tidak punya aturan. Kehormatan diri wanita adalah sumber penghormatan dan kepribadiannya. (pidato dalam acara seminar besar para wanita, bertepatan dengan kelahiran Sayidah Fathimah az-Zahra, 30/7/1376)

 

Menjaga kehormatan diri wanita lebih dari hanya sekedar urusan pribadi

 

Masalah kesucian dan menjaga kesucian diri bagi pria dan wanita merupakan perkara yang sangat penting. Dan secara umum telah keluar dari batas yang hanya sekedar urusan pribadi. Sekelompok orang beranggapan bahwa masalah ini kembali pada urusan pribadi seseorang. Pada akhirnya seseorang; apakah dia suci ataukah tidak? Masalahnya bukan ini. Yang didapatkan seseorang tentang sikap al-Quran dengan masalah wanita dan pria, hubungan wanita dan pria, menjaga kehormatan wanita dan kesucian pemuda; baik pria maupun wanita, sangat jelas dan bukan hanya sekedar masalah pribadi. Pada akhirnya, seseorang bergantung pada dirinya sendiri; apakah dia menjaga kesucian dirinya, ataukah tidak yakni berbuat dosa. Tapi masalahnya tidak demikian. Bahkan bisa memengaruhi nasib umat manusia, nasib peradaban dan gerakan sebuah masyarakat yang berkecimpung dengannya. (pidato dalam pertemuan dengan para pemain film Sayidah Maryam, 7/8/1378)

 

Menjaga kehormatan diri dan kesucian masyarakat; kewajiban besar

 

Wahai para hamba Allah, Wahai orang-orang mukmin dan mukminah, wahai orang-orang muslim dan muslimah, wahai para pelaku dan pendiri shalat, jagalah ketakwaan ilahi! Waspadalah! Kenalilah konspirasi musuh! Kenalilah darurat revolusi! Ketahuilah bahwa menjaga kehormatan diri dan kesucian masyarakat serta kesucian diri pria dan wanita di masa yang sangat sensitif masyarakat revolusioner Iran ini merupakan sebuah keharusan dan kewajiban yang besar. Berusahalah untuk menjaga kehormatan diri baik di lingkungan kantor, di lingkungan gang dan jalan maupun di lingkungan masyarakat. (pidato khutbah Jumat, 13/4/1359)

 

Saat ini di tengah-tengah kehidupan sosial, masyarakat kita cenderung menjaga kehormatan dan kesucian diri. Cenderung pada hijab. Kaum pria maupun wanita hidup dengan menjaga kesucian dan hijabnya. Tentunya ada beberapa orang yang tidak bisa mengontrol dirinya. Namun di samping semua ini ada kanal-kanal kefasadan [kekejian]. (pidato khutbah Jumat, 11/5/1365)

 

Komitmen bangsa Iran untuk menjaga kehormatan diri

 

Kondisi masyarakat kita berbeda dengan sebagian besar daerah-daerah di dunia bahkan semua penjuru dunia. Mungkin jarang kita temukan daerah di dunia yang secara keseluruhan masyarakatnya baik pria maupun wanita yang memiliki komitmen dalam menjaga kehormatan diri dan kesucian moral serta seksual sebagaimana masyarakat kita. Khususnya revolusi besar kita, dengan hancurnya pilar-pilar budaya Barat, telah menghidupkan semangat Islam pada diri kita. (pidato khutbah Jumat, 11/5/1365)

 

Konspirasi menghapus rasa malu dan kehormatan diri serta kesucian kaum wanita

 

Tanggal 17 Dey adalah hari yang dipakai oleh pemerintahan [rezim Shah Pahlevi] sebagai alat untuk menjalankan konspirasi dan politiknya. Mereka menjadikan hari ini untuk menyesatkan masyarakat dan menyeret separuh dari warga negara ini pada kekejian. Melalui cara ini kaum wanita dan kaum pria terseret pada kekejian, terhinanya wanita, terjadinya pelanggaran syariat Islam, baik dari sisi moral maupun rasio, menyebarnya budaya telanjang, dan terhapusnya rasa malu dan kehormatan serta kesucian diri. Namun dengan pertolongan ilahi, kewaspadaan masyarakat, khususnya kewaspadaan kaum wanita muslimah konspirasi dan rencana yang ada malah memberikan hasil sebaliknya dari yang diinginkan. Pada tanggal 17 Dey tahun 1356, para wanita muslimah telah memulai gerakan revolusinya yang pertama kalinya dengan melakukan demonstrasi bernuansa Islam. Gerakan ini menjadi permulaan bagi gerakan besar kaum wanita di dalam negeri dan kerjasama mereka dengan kaum pria sehingga memunculkan suasana revolusi dalam semua sisi di dalam negeri. Berkaitan dengan masalah ini saya ingatkan pada kaum wanita muslimah di seluruh negeri untuk menghargai suasana yang islami ini terkait dengan kehormatan dan kesucian diri bagi para wanita. (pidato khutbah Jumat, 16/10/1362)

 

Mengubah budaya kehormatan diri; rencana negara-negara industri dunia

 

Negara-negara industri dunia dengan memerhatikan pengalaman masa lalu negara-negara seperti Afghanistan, Mesir, Irak dan negara-negara Islam Arab dan non Arab, telah menganggap Islam sebagai bahaya utama. Dengan cara menguasai budaya, ekonomi dan sosial, mereka menjadikan kaum wanita sebagai sebuah eksperimen sejarah.  Dan serangan itu dilakukan pada hijab wanita dan mengubah budaya kehormatan diri pada kaum wanita. Pada tahapan ini kita menyaksikan wanita muslimah mengerjakan shalat, berpuasa, dan pergi berziarah, namun tidak tidak berhijab. Karena tidak menentukan secara jelas seorang teladan wanita muslimah dan wanita menurut al-Quran. (pidato dalam seminar; peran wanita di dalam masyarakat di universitas Tarbiyat Moallem, 10/12/1364)

 

Mencopot hijab; mukadimah untuk mencerabut kehormatan diri dan rasa malu

 

Mencerabut hijab adalah mukadimah untuk mencerabut kehormatan diri. Untuk mencerabut rasa malu di tengah-tengah masyarakat Islam. Untuk menyibukkan masyarakat dengan faktor yang sangat kuat yaitu seksual. Tujuannya adalah supaya urusan yang lain tertinggal. Dan dalam beberapa waktu program ini berhasil. Namun, keimanan yang tinggi bangsa Iran tidak mengizinkannya. Para wanita muslimah kita tetap bertahan di hadapan tekanan yang menindas ini meski harus menghadapi tekanan-tekanan ini sepanjang zaman. Setelah kepergian Rezakhan [Shah Pahlevi] kondisinya sedemikian rupa,  di masa dia sendiri juga demikian, di masa-masa thaghut yang lainnya juga demikian. Oleh karena itu, pada bulan Dey tahun 1356, pada tanggal 17 bulan Dey, di Mashad terjadi sebuah demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh para wanita muslimah dengan slogan “Menjaga Hijab”. (pidato dalam pertemuan bersama berbagai lapisan masyarakat Qom, 19/10/1386)

 

Hijab; penjaga kehormatan diri wanita

 

Masalah hijab, mahram dan non mahram, melihat dan tidak melihat, semua ini agar masalah kehormatan diri tetap terjaga. Islam menganggap penting masalah kehormatan diri wanita. Tentunya kehormatan pria juga penting. Kehormatan diri bukan khusus untuk wanita. Kaum pria juga harus menjaga kehormatan dirinya. Hanya saja, karena pria di tengah-tengah masyarakat lebih kuat dari sisi jasmani dan bisa berbuat zalim terhadap wanita, dan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan keinginan wanita, maka masalah kehormatan wanita lebih ditekankan.

 

Kalian bila melihat dunia saat ini, kalian akan menyaksikan bahwa salah satu masalah kaum wanita di dunia Barat khususnya di negara Amerika Serikat, kaum lelaki melanggar kehormatan wanita dengan bersandar pada kekuatan dirinya. Saya melihat data statistik yang disebarkan oleh para pejabat resmi Amerika sendiri, yang satu berkaitan dengan pengadilan Amerika dan satu lagi berkaitan dengan pejabat lainnya. Data yang ada benar-benar mengerikan. Dalam setiap enam detik terjadi pemerkosaan di negara Amerika. Lihatlah, betapa pentingnya masalah kehormatan diri! (pidato dalam acara seminar besar para wanita, bertepatan dengan kelahiran Sayidah Fathimah az-Zahra, 30/7/1376)

 

Menghargai nikmat besar suasana kehormatan diri di tengah-tengah masyarakat

 

Sekarang, hargailah kondisi ini dimana semua kaum wanita bisa hidup secara terhormat [dari sisi kehormatan diri]. Sekarang kondisi sosial kita adalah kondisi dimana para wanita kita, para remaja putri kita, mereka yang ingin hidup dengan terhormat dari sisi kehormatan dan kesucian diri, bisa hidup dalam kondisi ini dengan terhormat, ini adalah nikmat yang besar bagi sebuah masyarakat. (pidato khutbah Jumat, 16/10/1362)

 

Wanita Iran; menjaga kehormatan diri dan kewibawaan ketika hadir di kancah sosial dan aktivitas keilmuan

 

Karena berkah revolusi, wanita Iran berada di jalan yang sangat baik. Wanita Iran bisa masuk ke dalam kancah keilmuan dan melewati tahapan-tahapan keilmuan. Sementara pada saat yang sama mereka tetap menjaga agama, kehormatan diri, ketakwaan, kewibawaan, kepribadian dan kehormatan wanita muslimah. Sekarang di antara kalian sendiri, betapa banyak mahasiswi, dosen, ilmuwan wanita? Demikian juga wanita bisa masuk ke dalam kancah keilmuan dan pengetahuan agama, tanpa ada penghalang apapun di hadapannya. Sekarang di antara kalian sendiri ada banyak santri, mahasiswi, guru, dosen ilmu-ilmu agama yang belajar di bidang fikih Islam dan pandangan agama. Imam Khomeini juga sangat menganggap penting masalah ini. Itulah mengapa beliau memerintahkan untuk membangun muassasah Qom ini.

 

Sekarang, wanita di negara kita bisa menunjukkan kepribadiannya di bidang politik, aktivitas politik, sosial, perjuangan, berbakti pada masyarakat dan revolusi, dan hadir di berbagai kancah, dengan tetap menjaga kewibawaan dan hijab Islam. (pidato dalam pertemuan besar para wanita, 26/10/1368) (Emi Nur Hayati)

 

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan I, Ifaf wa Hejab Dar Sabke Zendegi-e Irani-Eslami

 

Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Udhma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami.

Read 2679 times