Memohon Syafaat dari Para Wali Allah Bagian 1

Rate this item
(0 votes)
Memohon Syafaat dari Para Wali Allah Bagian 1

Memohon Syafaat dari Para Wali Allah

# Pengertian Ibadah

Ibadah merupakan ketundukan dan kepasrahan diri yang bersumber dari keyakinannya kepada Ketuhanan, Kekuasaan dan Kehendak mutlak-Nya dalam berbuat. Ini adalah pengertian bersifat fitrah yang diperkuat juga oleh al-Quran dan Hadits. Oleh karena itu, bukanlah suatu kesyirikan atau bentuk peribadatan jika seseorang merendah diri dan menunjukan ketundukannya di hadapan orang lain -yang tidak didasarkan kepada keyakinannya terhada Uluhiyah/Ketuhanan mereka, namun dikarenakan kedudukan mereka yang mulia yang diperoleh dari ketaatannya kepada Allah swt. Dalam Q.S. Anbiya : 26-27 Allah swt berfirman

 « عباد مکرمون، لا یسبقونه بالقول و هم بامره یعملون»

“Mereka adalah hamba-hamba ynag mulia, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”

Jadi perbuatan seperti mencium tangan Nabi saw, Imam Maksum, Ulama, Guru, Ayah dan Ibu, Quran dan yang lainnya bukanlah merupakan perbuatan syirik atau menyekutukan Allah swt.

Setelah pendahuluan di atas yang mengenalkan kepada kita tentang kriteria dalam beribadah, kita akan membahas beberapa amal dan perbuatan yang sudah biasa dikalangan Muslimin dan bukan hanya dikhususkan untuk Mazhab Syiah Imamiyah. Lalu kita akan membandingkannya sebagai neraca antara Ibadah dan Syirik sampai jelas apakah hal tersebut bertentangan dengan ketauhidan dan mengandung unsur kesyirikan atau tidak.

Dalam bahasan kali ini kita akan membahas beberapa poin di bawah ini secara ringkas :

- Apakah meminta pertolongan kepada Wali Allah merupakan perbuatan syirik?

Jawab : Syafaat adalah pertolongan dari sisi Allah swt untuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa memelihara hubungan mereka dengan Tuhannya, para Nabi dan para Kekasih-Nya meskipun omereka orang yang berdosa.

# Dalil Bolehnya Meminta Syafaat

1. Meminta syafaat sama saja meminta doa, dan meminta doa kepada orang soleh adalah sesuatu yang mustahab dan dianjurkan.

2. Dalam hal ini al-Quran menjelaskan tentang meminta ampunan melalui para kekasih-Nya. Allah berfirman :

 ‹‹ و لو انهم اذا ظلموا انفسهم جاءوك فاستغروالله واستغفرلهم الرسول لوجدوا الله تواباً رحيما ››

"… Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohonkan ampun kepada Allah, dan Rosul pun memohonkan ampun untuk mereka, begitulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” Q.S. An Nisa : 64. Di dalam ayat tersebut tidak dikhususkan kepada zaman para Nabi saja sebagaimana juga tertera dalam hadits dan sunnah para sahabat ra.

3. Hadits Nabi dan Jalan Para Sahabat

Tirmidzi dalam Shahihnya meriwayatkan sebuah hadits dari Anas ra yang berkata : "Saya meminta Nabi saw untuk memberikan syafaat/pertolongan di hari kiamat kelak." Lalu Nabi Muhammad saw bersabda : "Kelak saya akan memberikanmu syafaat." saya bertanya : "Kemana saya harus mencarimu?" Beliau saw menjawab : "Carilah Aku di Sirotol Mustaqim.

Hadits ini disepakati oleh kalangan muslimin, yang jadi topik pada bahasan kali ini adalah apakah merupakan perbuatan syirik ketika kita meminta syafaat/pertolongan dari seorang yang telah diberikan hak syafaat seperti jika kita mengatakan "yaa Rasulalloh syafaatilah kami"?

Kelompok wahabi menganggap bahwa itu adalah prbuatan syirik. Yang menjadi dalil mereka adalah:

1.       Perbuatan ini adalah perbuatan para musyrikin karena mereka meminta syafaat kepada berhala, sbagaimana disebutkan juga dalam ayat al-Qur'an.

Jawab : Quran menganggap mrka menyekutukan Allah swt bukan di karenakan mereka meminta pertolongan berhala tetapi karena memang mereka menyembah berhala.

2.        Syafaat hanya hak periogatif Allah swt seperti yang ada dalam Quran Surat az-Zumar ayat 43-44 : “Bahkan mereka mengambil pemberis syafaat selain Allah. Katakanlah : “Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?” Katakanlah : “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya…””

Jawab : Allah telah memberikan izin kepada sekelompok hambanya untuk memberikan syafaat dengan syarat-syarat tertentu, seperti disebutkan dalam Quran Surat al-Isra. Quran menyebutkan maqam Mahmud kepada Nabi saw dan semua Mufassir menafsirkan hal tersebut dengan syafaat.

3.       Meminta syafaat kepada orang yang sudah meninggal merupakan perbuatan yg sia-sia, dalam Quran disebutkan surat Fathir ayat 22 :

« ان الله یسمع من یشاء و ما انت بسمع من فی القبور».

“… Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.”

Jawab : Kami tidak berbicara kepada jasad orang yang sudah meninggal, tapi kepada ruh suci dari hamba-hamba shaleh yang hidup di alam Barzakh. Dan kita menyampaikan salam penghormatan kepada ruh-ruh suci yang penuh cahaya dan menziarahi mereka serta meminta syafaat/pertolongan mereka.

Para sahabat memohon syafaat kepada Nabi Muhammad Saw setelah wafat beliau dan diriwayatkan ketika beliau meninggal, khalifah pertama Abu Bakar ra membuka penutup wajah nabi Saw dan menciuminya Lalu dia berkata : “ayah ibuku sebagai tebusanmu kau memiliki hidup dan mati yang bersih, ingatlah kami di sisi Allah swt.” (Kasyful Irtiyab hal. 65)

 

 

Read 8547 times