15 Ramadan, Hari Wiladah Imam Hasan Al-Mujtaba

Rate this item
(0 votes)
15 Ramadan, Hari Wiladah Imam Hasan Al-Mujtaba

Hasan bin Ali bin Abi Thalib (Bahasa Arab: الحسن بن علي بن أبي طالب) yang dikenal dengan Imam Hasan Mujtaba (3-50 H) adalah Imam kedua Syiah dan putra sulung dari Imam Ali bin Abi Thalib As dan Fatimah binti Muhammad Sa yang telah mencapai derajat Imamah dan khilafah bagi kaum Muslimin pada usianya yang ke 37 dan pada tahun 41 H ia melakukan perdamaian dengan Muawiyah.

Masa kekhilafahannya berlangsung hanya 6 bulan 3 hari. Imam Hasan setelah melakukan perdamaian, ia pergi ke Madinah dan menetap di kota kelahirannya tersebut selama kurang lebih 10 tahun, hingga akhirnya ia mencapai kesyahidannya. Ia dimakamkan di Pemakaman Baqi di kota Madinah.

Dua tugas berat yang diemban Imam Hasan As yaitu Imamah dan Khalifah menunjukkan peran pentingnya dalam menjaga keutuhan dan persatuan dalam tubuh kaum muslimin dan mencegah dari perselisihan dan perpecahan. Keputusan yang diambilnya untuk melakukan perdamaian dengan Muawiyah, memberikan gambaran seutuhnya mengenai kepribadiannya yang memiliki karakter tegar dan lebih mengutamakan toleransi dan persaudaraan kaum muslimin. Perdamaian yang dilakukannya dengan Muawiyah di masa kekhalifahannya, menjadi keputusan paling penting dalam hidupnya bahkan dikenang sebagai kebijakan yang paling berpengaruh dalam sejarah Islam dan kaum muslimin, khususnya dalam terwujudnya persatuan dan tersebarnya pelajaran agama dan akhlak yang memberikan keteladanan utama bagi umat Syiah, tentang bagaimana bertindak dan mengambil keputusan ketika terjadi perbedaan pendapat, juga hal-hal berkenaan dengan perdamaian dan peperangan.

Biografi
Nasab, Kelahiran, Pemberian Nama
Nasab

Hasan bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim berasal dari Bani Hasyim dan kabilah Quraisy. Ia adalah cucu pertama Nabi Muhammad Saw yang lahir dari rahim suci Sayidah Fatimah binti Muhammad Sa. [1]

Kelahiran

Imam Hasan As lahir di kota Madinah. [2] Menurut pendapat yang masyhur, ia lahir pada hari ke-15 Ramadhan tahun 3 H. [3] Pendapat lain menyebutkan, ia lahir pada tahun ke-2 H. [4]

Di hari kelahirannya, Nabi Muhammad Saw yang mengumandangkan azan di telinganya [5] dan pada hari ke-7 dari kelahirannya diadakan acara aqiqah dengan menyembelih seekor kambing. [6]

Pemberian Nama

Hasan dalam bahasa Arab memiliki arti ‘kebaikan’. Nama ini diberikan oleh Nabi Muhammad Saw sendiri. [7] Sebagian riwayat menyebutkan, pemberian nama itu berasal dari ilham Ilahi. [8] Sebagian pendapat menyebutkan Hasan dan Husain memiliki arti yang sama dengan Syubbar dan Syubbair, nama kedua putra Nabi Harun As. [9]

Disebutkan kedua nama ini berasal dari surga yang sebelum Islam belum pernah ada yang menggunakan nama ini sebelumnya. [10] Berdasarkan sejumlah riwayat dari literatur Ahlusunnah disebutkan, sebelum putra Imam Ali As tersebut dinamai Hasan oleh Nabi Muhammad Saw, Imam Ali As bermaksud memberikan nama Hamzah [11] atau Harb [12], namun ia tidak ingin mendahului Nabi Saw sampai Nabilah yang memberikan nama untuk cucu pertamanya itu. [13]

Panggilan dan Laqab
Panggilan Imam Hasan As yang hampir semua literatur menyebutkannya adalah Abu Muhammad. [14] Khashaibi selain Abu Muhammad, Imam Hasan As juga memiliki laqab lain, yaitu Abu al-Qasim. [15]

Sementara laqab-laqab yang dimiliki Imam Hasan As sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-Laqab al-Rasul wa ‘Itratihi. Diantaranya disebutkan: Putra Rasulullah, Raihana Nabiyallah, Sayidus Syababi Ahlil Jannah (Penghulu para pemuda surga), Qurratu ‘Ainul al-Batul, ‘Alim, Mulham al-Haq dan Qaid al-Khalq. [16]

Ibnu Abi al-Talkh menyebutkan laqab yang dimiliki Imam Hasan As diantaranya: Amir, Hujjah, Kafi, Sabth dan Wali. [17]Laqab lainnya yang juga terdapat dalam literatur yang ada, sebagaimana yang dipaparkan Ibnu Syahr Asyub: Sabth Awwal, Imam Tsani, Muqtada Tsallits, Dzikr Rabi’ dan Mubahil Khams. [18]

Sementara laqab Imam Hasan As yang terkenal di kalangan Syiah antara lain, al-Mujtaba, al-Zaky, at-Taqi dan Karim Ahlulbait. Ibnu Thalhah Syafe’i menyebutkan laqab paling masyhur Imam Hasan As adalah at-Taqi dan as-Sayyid. Diantara dalil yang menyebutkan itu adalah pada ucapan Rasulullah Saw yang bersabda, “Sesungguhya putraku ini adalah seorang Sayid.” [19]

Kehidupannya di Sisi Rasulullah Saw
Imam Hasan As 7 tahun hidup bersama Rasulullah Saw. [34] Sejumlah peristiwa penting telah dijalani bersama Rasulullah Saw seperti peristiwa mubahalah, peristiwa Kisa yang menjadi penyebab turunnya ayat ath-Tathir, yang kedua peristiwa ini menjadi dalil utama untuk menetapkan kemaksuman Ahlulbait As. Ia juga hadir bersama adiknya Imam Husain As dalam peristiwa Bai'at ar-Ridhwan. Imam Hasan As turut berada di sisi kakeknya saat meninggal dunia. [35]

Literatur Sunni dan Syiah mengabadikan sejumlah riwayat yang menyebutkan posisi penting Imam Hasan As di sisi Rasulullah Saw. Baraa menukilkan, “Saya melihat Nabi Muhammad Saw bersama dengan Hasan bin Ali yang berada diatas pangkuannya dan dalam keadaan demikian beliau berkata, Ya Allah aku mencintainya, maka berikan juga kecintaan-Mu terhadapnya.” [36]

Dalam hadits yang lain dinukilkan bahwa Nabi Muhammad Saw dalam keadaan bersama dengan Hasan dan Husain yang duduk diatas pangkuannya dan berkata, “Ini adalah kedua putraku dan putra dari putriku. Ya Allah, aku mencintai keduanya, maka berikan juga kecintaanMu kepada keduanya dan cintai pula siapa saja yang mencintai keduanya.” [37]

Nabi Muhammad Saw dalam hadits yang lain mengenai Imam Hasan As dan Imam Husain As bersabda, “Hasan dan Husain adalah penghulu pemuda di surga.” [38]

Dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Kedua puteraku ini adalah dua bunga wangiku di dunia.” [39] Juga menyebutkan, “Hasan dan Husain (atau kedua puteraku ini adalah Imam, yang memimpin revolusi atau yang menciptakan perdamaian.” [40] Pada hadisnya yang lain, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Jika akal seorang laki-laki terwujud sebagai manusia, maka dia adalah al-Hasan.” [41]

Imam Di Masa KeImamahan Imam Ali As
Imam Hasan As dan Imam Husain As bergabung dalam peperangan yang dipimpin oleh ayahnya, yaitu dalam perang Jamal, Shiffin dan perang Nahrawan. [47]

Di Perang Jamal
Tulisan Utama: Perang Jamal
Sewaktu Abu Musa al Asy’ari panglima perang Kufah yang diutus oleh Imam Ali As untuk menghadapi kaum pemberontak melakukan pembangkangan, Imam Ali as mengutus puteranya sendiri Imam Hasan bersama dengan Ammar bin Yasir dan sebuah surat ke Kufah. Dengan pidato yang disampaikannya di Masjid Kufah, beliau mampu mengumpulkan 10000 pasukan yang ikut serta bersamanya ke medan perang. [48]

Imam Hasan menyampaikan pidatonya sebelum terjadi perang [49]dan Amirul Mukminin mengutus beliau dalam perang tersebut untuk bersiaga di Maimanah [bagian kanan] dari pasukan perang, [50]

Sebagian sejarahwan menyebutkan dalam perang tersebut, Imam Ali as berkata kepada Hanafiah, “Ambillah tombak ini, dan bunuhlah unta itu [yang dimaksud adalah unta yang dikendarai Aisyah yang dalam menghadapinya telah banyak menelan korban]”. Muhammadpun pergi namun kembali dalam keadaan luka parah akibat terjangan panah disekujur tubuhnya. Setelah itu, Hasan mengambil tombak itu dan selanjutnya berhasil membunuh unta Aisyah. [51]

Imam Pada Perang Shiffin
Tulisan Utama: Perang Shiffin
Pada perang Shiffin, di tengah kecamuk menghadapi musuh-musuhnya, Imam Ali As tidak melepaskan perhatian dari kedua putranya yang turut berperang. Dalam menjaga keselamatan nyawa Hasan dan saudaranya Husain, Imam Ali As meminta keduanya untuk berada dibelakangnya. Imam Ali As berkata, “Ditengah kecamuk perang saya mengkhawatirkan keselamatan kedua puteraku, karena saya tidak menginginkan keturunan Rasulullah Saw terputus.” [52] Dalam perang, sewaktu Muawiyah melihat Imam Hasan As, ia memerintahkan kepada Ubaidillah bin Umar –putera bungsu khalifah kedua- memasuki medan perang dan menemui Imam Hasan As. Ubaidillahpun mendekati Imam Hasan yang sedang sibuk menghadapi musuh-musuhnya, dan berkata kepadanya, “Saya ada urusan denganmu.”

Imam Hasanpun mendekatinya. Ubaidillahpun menyampaikan pesan Muawiyah yang mengajaknya bergabung. Imam Hasan As dengan suara meninggi berkata, “Aku akan melihat, kau akan terbunuh hari ini atau besok. Namun syaitan telah menipumu dan memperindah perbuatan ini di matamu sampai akhirnya perempuan-perempuan Syam akan mengambil jenazahmu. Allah Swt akan mempercepat kematianmu dan kau akan berkalang tanah.” Mendengar jawaban tegas tersebut, Ubaidillah kembali keperkemahan dan ketika Muawiyah melihat keadaannya, ia langsung menanggapinya dengan berkata, “Anak laki-laki itu adalah juga ayahnya.” [53]

Imam Ali As untuk mencegah terjadinya fitnah dan perpecahan pasca pemerintahannya, ia secara terang-terangan mengingatkan masyarakat akan bahayanya, melalui pidato-pidato yang disampaikannya secara terbuka dengan penjelasan dalil dan argumentasi yang jelas. Hal demikian juga dilakukan oleh Imam Hasan As[54]

Surat ke-31 Imam Ali As yang terdokumentasikan dalam kitab Nahjul Balaghah berisikan surat wasiat yang penuh dengan pesan-pesan akhlak Imam Ali As kepada puteranya, Imam Hasan As. Surat tersebut disampaikan sewaktu Imam Hasan As dalam perjalanan pulang dari Shiffin disebuah tempat yang disebut Hadhirin.

Read 2235 times