کمالوندی

کمالوندی

Sabtu, 04 Agustus 2012 06:28

Percakapan Dua Saudara; Hasan dan Husein

Suatu hari Imam Husein as bertamu ke rumah Imam Hasan as. Di saat mereka berdua asyik bercakap-cakap, tiba-tiba Imam Husein as tercengang dan meneteskan air mata melihat mata saudaranya Imam Hasan as. Kepadanya Imam Hasan as berkata, "Saudaraku, mengapa engkau menangis?"

Husein as berkata, "Tangisanku karena kezaliman dan kekejaman yang akan dilakukan terhadapmu."

Imam Hasan as berkata, "Kezaliman yang akan menimpaku adalah racun yang akan ditaburkan ke dalam minuman secara sembunyi-sembunyi dan diberikan kepadaku dan akan membunuhku. Namun, La Yauma Kayaumika Ya Aba Abdillah, tidak ada hari seperti harimu Ya Aba Abdillah!"

Saudaraku, kezaliman yang akan menimpamu berkali-kali lipat lebih besar dari kezaliman yang akan menimpaku. Karena tiga puluh ribu orang yang mengaku sebagai Muslim dan pecinta kakek kami akan mengelilingimu untuk menumpahkan darahmu dan menginjak-injak kehormatanmu. Mereka akan menawan anak-anak dan istrimu dan menjarah hartamu. Iya saudaraku, pada masa itu dan setelah terjadinya semua kezaliman itu, Allah akan melaknat dan mengutuk Bani Umayah. Langit menangis dengan tangisan darah dan akan menaburkan abu. Semuanya akan menangisi musibah yang menimpamu, bahkan binatang-binatang sahara dan ikan-ikan di laut."

 

Kau Mau Menakut-Nakuti Aku dengan Kematian?!

Hur bin Yazid Riyahi adalah komandan pasukan Yazin bin Muawiyah yang pemberani dan berpengalaman. Ia siap siaga untuk berperang bersama pasukannya menyerang Imam Husein as. Hur berhadap-hadapan dengan rombongan Imam Husein as. Sesuai dengan kebiasaan masa itu Hur melantunkan sanjungan atas kemampuan dirinya.

Dengan sombong ia berkata, "Hai Husein, jagalah jiwamu karena Allah dan kembalilah ke tempat asal kamu datang! Aku datang untuk membunuhmu!

Imam berkata, "Apakah kau akan menakut-nakuti aku dengan kematian?! Tidakkah kau tahu, dengan membunuhku kau telah membunuh dirimu sendiri?! Hai Hur, aku datang menuju kematian dengan kakiku sendiri. Karena orang mulia tidak akan pernah mati. Kau bangga dengan pasukanmu karena mereka masih mengelilingimu. Namun kebanggaan mana yang lebih tinggi dari kematian di jalan Allah?!

 

Seandainya Saja Kau Tidak Menulis Surat Ini

Muawiyah menyebarkan banyak mata-mata di seluruh negeri Islam yang tugasnya melaporkan semua keadaan dan kondisi yang terjadi di pelbagai kota kepadanya. Salah satu mata-mata yang berada di kota Madinah mengirimkan surat kepada Muawiyah dan melaporkan, "Husein bin Ali telah membebaskan salah satu budak perempuannya kemudian menikahinya."

Begitu surat itu sampai kepadanya, Muawiyah yang senantiasa menunggu kesempatan untuk bisa menyakiti Imam Husein as dengan segera mengirim surat kepada beliau. Isi surat itu demikian, "Selamat! Aku mendengar kau telah menikah dengan budakmu! Seharusnya kau menikah dengan orang yang sejajar dengan kedudukan dan posisimu, malah kamu menikah dengan orang yang dulunya adalah budakmu. Seandainya kamu menikah dengan wanita dari kabilahmu yang besar, kabilah Quraisy, tidak saja kamu telah menjaga harga dirimu bahkan anak yang akan lahir darimu adalah anak yang mulia. Tapi malah sebaliknya, selain kamu tidak memikirkan dirimu, kamu juga tidak memikirkan anak yang akan lahir ke dunia..."

Setelah menerima surat dari Muawiyah, Imam Husein as menjawab, "Surat kritikanmu telah aku terima. Ketahuilah! Tidak seorang pun bisa mencapai derajat Rasulullah dari sisi kemuliaan dan nasab. Aku memiliki seorang budak dan aku bebaskan karena untuk mendapatkan ridha Allah. Kemudian aku menikahinya berdasarkan sunnah Rasulullah. Dan ketahuilah! Islam datang untuk memberantas rasialisme, kefanatikan dan khurafat jahiliah yang tidak berdasar. Oleh karena itu, tidak baik mencela orang Muslim karena hukumnya dosa! Namun celaan dan makian layak untuk diberikan kepada orang-orang yang sampai saat ini masih memiliki sikap rasial dan fanatik jahiliah..."

Muawiyah marah ketika menerima surat balasan dari Imam Husein as. Menyaksikan hal itu Yazid lantas mengambil surat itu dan membacanya kemudian berkata, "Jawaban Husein benar-benar sebuah pukulan telak!"

Muawiyah berkata, "Ucapan Bani Hasyim betul-betul sebuah pukulan telak yang bisa menghancurkan batu dan membelah lautan!"

 

Apa yang Kau Banggakan?

Setelah beberapa lama Muawiyah membunuh Hujr bin ‘Adi dan kawan-kawannya, ia menemui Imam Husein as dan berkata, "Hai Husein! Tahukah kamu apa yang aku lakukan terhadap Hujr bin Adi, pengikutmu dan kawan-kawannya?"

Dengan tanpa berpikir Muawiyah ingin menyakiti Imam Husein dengan mengingatkan kembali peristiwa syahadahnya Hujr dan kawan-kawannya. Imam Husein as berkata, "Katakan sendiri, pengkhianatan apa yang kau lakukan terhadap mereka?"

Muawiyah berkata, "Untuk itu, dengarkan! Kami telah membunuh mereka, kemudian mengkafani dan menshalati mereka!"

Pada saat itu Imam Husein as tersenyum dan berkata, "Hai Muawiyah! Ketahuilah bahwa di Hari Kiamat mereka tetap sebagai musuhmu. Demi Allah! Bila kami menemui sekelompok orang dari para pengikutmu, kami tidak akan melakukan perbuatan semacam ini. Aku tahu bagaimana kau memperlakukan ayahku. Kau telah melecehkan Bani Hasyim. Kau telah mengikuti konspirasi seorang laki-laki (Amr bin Ash) yang tidak pernah berbaiat kepada ayahku dan permusuhannya bukanlah hal yang baru. Amr bin Ash tidak pernah menganggapmu sebagai teman dan tidak pernah jujur kepadamu. Pikirkan apa yang aku katakan, baru kemudian bicara..!" (IRIB Indonesia / ENH)

Sabtu, 04 Agustus 2012 06:26

Imam Ali as dan Penjual Kurma

Seorang budak perempuan meletakkan kurma di hadapan tuannya. Si tuan melihat kurma tersebut dan kemudian memandang budak tersebut dengan rasa marah. Budak perempuan itu menundukkan kepalannya. Tiba-tiba kedengaran suara sang tuan bergema di udara,"Ini kurma apa yang kamu beli? Segera kembalikan kurma ini dan ambil uangnya!"

Tangan budak perempuan itu bergetar dan hati kecilnya hancur. Bakul berisi kurma itu diambilnya dan dibawa berjalan. Diperjalanan dia berpikir sendirian, "Mungkinkah lelaki sipenjual kurma itu kasihan pada diriku dan mengambil kurma ini semula?" Tetapi ketika wajah garang sipenjual itu terbayang, kekecewaan melanda jiwanya. Budak perempuan itu berdoa meminta bantuan dari Tuhan semoga kurma itu bisa dikembalikan.

Dia melewati lorong-lorong dan jalan-jalan kecil sehingga tiba di pasar. Kata-kata yang ingin diungkap kepada si penjual berulang kali dihapalkan dan dia memperlahankan langkahnya ketika mendekati toko penjual kurma.Si penjual sedang bercakap dengan seorang lelaki. Budak perempuan itu melap peluh yang keluar dari dahinya dengan tangan bajunya, dia melangkah beberapa tapak menghampiri sang penjual dan memberi salam. Lelaki penjual kurma mendengar suara budak perempuan itu dan melihat kepadanya. Si budak perempuan merasa akan pandangan tajam sipenjual kurma. Si penjual kurma berkata, "Apa yang engkau mau?"

Budak perempuan itu berkata, "Saya minta maaf, tuan saya tidak menginginkan kurma ini dan meminta saya memulangkannya."

Lelaki penjual kurma yang mendengar kata-kata ini, mengerutkan wajahnya dan suaranya seperti panah yang menusuk hati budak perempuan itu. Penjual itu berkata, "Apa maksudmu tuanmu tidak menginginkan kurma ini? Aku tidak akan mengambil kurma ini. Jika dia ingin, dia sendiri harus datang ke sini untuk mendapatkan kurma yang diingininya."

Budak perempuan itu tidak dapat memberi jawaban. Bagaimanapun juga dia harus memulangkan kurma tersebut. Sekali lagi dia meminta kepada si penjual, "Tuan, aku meminta supaya engkau ambillah kurma ini dariku dan jika aku pulang ke rumah dengan kurma ini, tuanku akan menghukum aku. Sipenjual dengan suara yang lebih kuat berkata, "Masalah ini tidak ada kaitannya denganku. Jika tidak ingin, engkau tidak perlu membelinya dariku, jika sampai malampun engkau meminta dan merayu kepadaku, tidak ada faedahnya. Seperti yang telah aku katakan barang yang telah dijual tidak akan aku ambil kembali."

Budak perempuan yang mendengar ucapan si penjual merasa kecewa. Dia melangkah dua tapak kebelakang. Dia duduk di satu sudut dan kepalanya diletakkan diatas lututnya yang kurus. Ketika itu air matanya mengalir deras. Pada saat yang sama dia merasakan ada bayang seseorang diatas kepalanya. Dia mengangkatkan kepalanya dan matanya memandang seorang lelaki yang dikenali. Dia memiliki wajah yang baik. Pandangannya dipenuhi dengan kasih sayang. Dengan melihat kepada lelaki itu, cahaya harapan kembali kejiwanya. Lelaki itu berkata, "Ada apa anakku? Apa yang telah terjadi?"

Budak perempuan itu dengan tangannya menunjuk ke arah toko kurma berkata, "Orang ini, tempat aku membeli kurma, dan enggan mengambilnya semula. Tuanku tidak menginginkan kurma ini. Lelaki baik itu mengambil bakul kurma dari tangan budak perempuan tersebut dan dibawanya ke arah toko kurma. Ketika itu si lelaki itu berkata kepada penjual kurma, "Wahai lelaki! Budak perempuan ini tidak bersalah, ambil kembali kurma ini dan pulangkan uangnya."

Sipenjual yang melihat lelaki ini, menarik mukanya dan dengan suara yang kuat berkata, "Masalah ini tidak ada kaitannya denganmu. Mengapa engkau turut campur dalam urusan orang lain? Lebih baik engkau tinggalkan perkara ini dan pergilah."

Orang-orang yang lalu lalang dan sebagian pemilik toko yang ada di situ mendengar suara lelaki penjual kurma itu, segera pergi ke arah toko tersebut. Banyak orang yang mengenali lelaki baik itu dan dengan hormat melihat ke arahnya. Pada waktu itu ada seorang dari kalangan rakyat berkata kepada penjual kurma, "Diamlah! Apakah engkau tidak mengenali lelaki ini? Dia adalah Amirul Mukminin Ali."

Mendengar nama Ali, lelaki penjual kurma merasa terkejut dan bimbang. Dia tidak tahu apa yang harus diucapkan dan apa yang harus dilakukannya.

Lelaki penjual kurma dengan suara tersekat-sekat dan ucapan yang terpotong-potong meminta maaf dari Imam Ali as dan menyesali perilaku buruknya. Imam Ali as ketika melihat akan kesan penyesalan diwajah penjual kurma berkata, "Jika engkau mengubah perilakumu, aku akan memaafkanmu."

Dengan cara ini, sipenjual kurma itu memulangkan uang kepada budak perempuan tersebut dan mengambil kembali kurmanya. Kebaikan Imam Ali menyentuh perasaan budak perempuan itu dan ia mengucapkan syukur kepada Tuhan atas segala karunia-Nya.

Rasulullah Saw bersabda, "Allah menyukai orang mempermudah ketika berjual beli dan membayar serta menerima uang." (IRIB Indonesia)

Tanggal 15 Ramadhan tahun ke-3 hijriah, rumah kenabian bersinar dengan kelahiran seorang bocah suci yang merupakan cucu pertama Nabi Saw. Bayi mungil keturunan Ali dan Fatimah ini diberi nama Hasan. Dialah yang kelak akan menjadi salah satu penerus misi risalah dan nubuwah. Imam Hasan yang mendapat gelar mujtaba yang berarti "terpilih" ini, merupakan salah satu dari empat orang terdekat Nabi atau Ahlul Bait yang dibawa ke arena mubahalah menghadapi tantangan kaum nasrani Najran. Mereka inilah yang telah disucikan Allah dari noda dan dosa, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tathir.

Semasa hidupnya, Nabi Saw menunjukkan kecintaan beliau yang sangat besar kepada anak-anak Fatimah aw. Suatu kali, Fatimah aw datang ke rumah Nabi dengan membawa dua putranya Hasan dan Husein. Kepada ayahnya, Fatimah aw berkata, "Ayah, ini adalah dua putramu. Berilah mereka sesuatu yang akan selalu menjadi pengingatmu." Nabi Saw bersabda, "Hasan akan mewarisi kewibawaan dan keberanianku, sedangkan Husein akan memperoleh kedermawanan dan keberanianku."

Suatu kali, seseorang melakukan suatu kesalahan yang membuatnya malu sehingga memilih untuk menyembunyikan diri. Suatu saat dia melihat Hasan dan Husein, dua cucu kesayangan Nabi sedang bermain di sebuah lorong kota Madinah. Serta merta dia menghampiri dan mendekap keduanya. Dengan membawa dua bocah suci itu, di melangkah menemui Nabi dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku meminta suaka dan perlindungan dari Allah dan kedua anak ini." Nabi Saw tersenyum. Dengan memandang Hasan dan Husein beliau bersabda, "Aku terima syafaat kalian berdua untuk orang ini. Aku memaafkannya."

Sama seperti kakeknya, Imam Hasan as memiliki sifat-sifat yang mulia. Beliau sering makan bersama anak-anak dan kaum fakir. Tak jarang, dengan rendah hati beliau sengaja berjalan di lorong-lorong Madinah untuk memberikan kesempatan kepada siapa saja yang ingin bertemu dengannya. Wibawa dan kebesaran Imam Hasan terkadang membuat masyarakat terkadang hanya ingin bersama dan duduk di dekat beliau.

Para Imam dari Ahlul Bait selalu memperhatikan kesehatan badan dan jiwa. Karena dalam banyak riwayat disebutkan bahwa mereka selalu rapi serta memakai wangi-wangian dan pakaian yang bersih saat berada di tengah masyarakat. Pendek kata, bagi mereka kebersihan adalah sebagian dari keimanan. Ada satu hal yang harus diingat bahwa berpenampilan rapi bukan berarti mengenakan pakaian yang baru. Dengan berbaju sederhana tapi bersih orang juga bisa berpenampilan rapi. Kerapian dan kebersihan selalu diperhatikan oleh Imam Hasan ketika beliau sedang beribadah dan bermunajat. Mengenai hal ini beliau berkata, "Siapa saja yang ingin beribadah, hendaknya dia melakukannya dengan terlebih dahulu membersihkan diri."

Imam Hasan adalah contah yang sebenarnya dari akhlak mulia, keteguhan untuk kebenaran, dan pengorbanan di jalan Allah. Kebesaran inilah yang membuat kawan dan lawan memuji bahkan memujanya. Al-Dzahabi, salah seorang serajawan Islam, meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh, Hasan adalah bunga wangiku di dunia. Dia adalah orang yang besar dan pemimpin yang agung."

Salah satu periode kehidupan Imam Hasan sezaman dengan masa kekhalifahah Muawiyah. Keduanya pernah memimpin pasukan yang saling berhadapan sebelum akhirnya menandatangani kesepakatan damai. Tetapi keduanya memiliki karakter dan sifat yang sama sekali berbeda. Imam Hasan simbol cahaya dalam kegelapan, kebenaran melawan kebatilan dan keadilan melawan kezaliman. Karena itu, Muawiyah yang mengenal putra Ali dengan baik mengelak untuk berhadapan laungsung dengannya. Mengenai hal ini, Muawiyah mengatakan, "Aku tidak pernah melihat Hasan kecuali aku selalu gemetar menyaksikan kebesarannya. Aku takut dia mengeritikku."

Untuk lebih mengenal pemimpin agung ini, mari kita menyimak kata-kata mutiara yang beliau ucapkan. Beliau pernah mengatakan, "Aku heran menyaksikan orang yang memikirkan makanan jasmaninya tetapi ia melalaikan makanan jiwa dan spiritualnya."

Ayah beliau, Imam Ali as yang mendapat gelar pintu kota ilmu, sering memuji dan mencium anaknya ini sambil menyebutnya sebagai peninggalan Rasulullah Saw. Tak syak, ilmu dan akal bagaikan dua sayap yang mengantarkan manusia ke tingkat kesempurnaan tertinggi. Ilmu adalah samudera tanpa batas yang tidak akan pernah bisa memuaskan mereka yang masuk ke dalamnya. Mengenai ilmu, Imam Hasan as mengatakan, "Ajarkanlah ilmumu kepada orang lain dan belajarlah dari orang lain untuk menguatkan sendi-sendi keilmuanmu. Belajarlah apa saja yang tidak engkau ketahui." (IRIB Indonesia)

Sabtu, 04 Agustus 2012 05:56

Tadarus Ramadhan 9 : Tabzir

Tabzir berasal dari kata badzr yang artinya boros, yaitu mengeluarkan sesuatu (seperti harta) tanpa tujuan atau secara salah atau sia-sia belaka. Misalnya, menyediakan makanan yang cukup untuk sepuluh orang terhadap dua orang tamu, sehingga makanan itu sia-sia. 

Allah berfirman : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra/17 : 26-27)

Imam Ja’far Shadiq ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan bahwa orang yang mengeluarkan uang untuk maksiat kepada Allah, sesungguhnya ia telah melakukan tabzir.

Ayat ini juga menegaskan bahwa boros merupakan salah satu perilaku setan, karenanya, jika seseorang melakukan pemborosan, maka ia telah mengikuti jejak langkah setan, dan telah menjadi sahabat atau saudaranya setan. Ini berarti, orang yang boros bukan hanya di bawah pengaruh setan, tetapi juga telah bekerjasama dengan setan dan membantu pekerjaannya. Hal ini karena, pemborosan merupakan perbuatan merusak nikmat dan tanda tidak bersyukur akan pemberian Allah swt. 

Pemborosan sering terjadi dalam masalah keuangan. Akan tetapi, boros juga dapat merujuk pada nikmat-nikmat lain seperti anggota tubuh, mata, tangan, kaki, pikiran, telinga, dan lainnya. Jika seseorang menggunakan anggota tubuhnya, untuk melakukan maksiat kepada Allah, maka ia telah melakukan pemborosan dan kufur nikmat. Begitu pula, boros dapat terjadi menyia-nyiakan umur, seperti ‘menyia-nyiakan masa muda hanya untuk hura-hura’, ‘menyia-nyiakan waktu belajar’, ‘menyia-nyiakan amanah dan tanggung jawab’, atau juga melakukan hal-hal lain yang tidak bermanfaat. Semua itu merupakan perbuatan tabzir. 

Ibadah puasa pada dasarnya mengajarkan kita untuk menghindari sifat mubazir ini. Kita diajarkan untuk mengendalikan nafsu jasmaniyah dan juga nafsu ruhaniah. Kita dilatih utk menjaga makanan, minuman, kesenangan, pikiran, hati, pembicaraan, dan seluruh potensi diri untuk mencapai pencerahan dan kedekatan pada ilahi. Kita tidak mau saat puasa mengajarkan kita untuk menghindari boros, malah kita terjebak dalam hidup boros...kita menahan makan dan minum disiang hari, tetapi menumpuknya di malam hari...kita menahan lidah saat puasa, tetapi tetapi mengulurkannya saat berbuka..

Sabtu, 04 Agustus 2012 05:53

Tadarus Ramadhan 8 : Isyraf

Isyraf artinya melampaui batas. Dalam studi akhlak isyraf adalah melakukan sesuatu yang berlebihan dan melampaui batas-batas yang seharusnya. Orang yang berbuat isyraf disebut musyrif, musrifun atau musrifin.

Suatu hari Rasulullah saaw melewati Sa’d yang sedang berwudhu. Kemudian belaiau mengatakan kepadanya, ‘Mengapa kau berlebih-lebihan (dalam menggunakan air) wahai Sa’d? Sa’d kemudian bertanya, ‘Apakah ada sikap berlebih-lebihan dalam berwudhu?’ Nabi saaw menjawab, ‘Ya, sekalipun kau berada di dekat sungai.’ 

Isyraf termasuk perilaku tercela, yang mendatangkan kerugian bagi diri pribadi dan kehidupan masyarakat. Isyraf juga dapat terjadi pada perbuiatan yg dihalalkan Allah swt, sebagaiman disebutkan al-Quran : “...makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. al-An’am : 141)

Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq tentang membelanjakan harta di jalan yang halal, apakah bisa dihinggapi sifat berlebih-lebihan? Imam Ja’far Shadiq menjawab, ‘Ya, hal itu bisa menimbulkan berlebih-lebihan. Orang yang memberi zakat dan menyedekahkan harta bendanya secara berlebihan, dan tidak menyisakan sesuatu pun untuk dirinya sendiri, berarti telah berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta di jalan yang halal.’

Perbuatan yang berlebihan (isyraf) dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya, Isyraf dapat terjadi pada kebutuhan-kebutuhan sehari-hari yang primer seperti saat makan, minum, atau berpakaian : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raf : 31)

Begitu pula, sikap berlebihan dapat terjadi dalam pelaksanaan hukum atau keputusan pengadilan, di mana keputusan mengandung kepalsuan dan kedustaan (lihat Q.S. Ghafir : 28) Kadangkala, berlebih-lebihan juga terjadi dalam konteks kepercayaan, yang membawa pada keraguan (lihat Q.S. Ghafir : 34). Dan adakalanya sikap berlebihan digunakan dalam pengertian mengunggulkan diri, arogansi, dan eksploitasi (lihat Q.S. ad-Dukhan : 31) Kemudian, isyraf juga digunakan untuk menyebut dosa dan kesalahan apapun bentuknya (Q.S. az-Zumar ayat 53). 

Dengan memperhatikan ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa sikap dan tindakan berlebih-lebihan adalah sejenis kerusakan, baik kerusakan diri maupun kerusakan (kerugian) harta.
Untuk itu, sebagai umat Islam yang mengikuti sunnah Rasulullah saaw, maka kita dilarang untuk bertindak secara berlebih-lebihan. 

Islam adalah agama pertengahan, maka kita juga diperintahkan untuk bersikap pertengahan (moderat) atau hidup sederhana. Hidup sederhana, bukanlah hidup dengan kekurangan, tetapi hidup sesuai kebutuhan. Di antara cara hidup moderat (pertengahan) agar terhindar dari sifat isyraf adalah dengan cara mengurangi keinginan-keinginan kita terhadap benda-benda yang tidak menjadi kebutuhan penting. Kemudian, menyadari kerugian-kerugian isyraf bagi diri dan keluarga kita, serta kehidupan sosial kemasyarakatan. 

Sadarilah, disaat kita makan dan berpakaian dengan berlebihan, maka di sisi lain ada orang-orang yang kurang makan, kurang gizi, dan mati kelaparan, serta tidak dapat berpakaian selayaknya. Karena itu, hiduplah dengan perencanaan untuk masa depan dan berhematlah. Artinya : “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Q.S. Al-Furqan/25 : 67).

Pada suatu hari Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya, “hal utama yang aku takutkan terhadapmu adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu?” Rasul menjawab : “Riya! Pada hari pengadilan, ketika Allah menghitung seluruh amal makhluknya, Dia akan berkata kepada orang-orang yang memiliki sifat riya, ‘Pergilah kalian kepada orang yang kalian pameri saat kalian hidup di dunia dan minta balasan dari mereka.”

Riya berarti melakukan perbuatan baik untuk mencari perhatian, pujian atau kemashyhuran di depan manusia. Sifat ini merupakan dosa besar dan menyebabkan menurunnya kualitas bahkan matinya spiritual. Al-Quran menyatakan : 
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya.” (Q.S. al-Maun: 4-6) 

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Ada tiga ciri yang menandakan bahwa seseorang melakukan riya, yaitu menyatakan suka cita dan kegembiraannya ketika disambut dan dihormati; menjadi sedih dan murung ketika sendiri (tidak ada orang lain); dan ingin dipuji untuk semua hal yang dikerjakannya.”

Perkataan Imam Ali di atas membantu kita untuk mendeteksi diri kita sendiri, apakah kita termasuk orang yang ikhlas atau orang yang riya? Cobalah Anda jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Apakah Anda malas-malasan beribadah jika anda sendirian?
2. Apakah Anda rajin jika banyak orang yang melihat Anda berbuat kebaikan?
3. Apakah Anda merasa bangga dan ingin dipuji setiap melakukan kebaikan?

Jika ketiga pertanyaan di atas kita jawab dengan “Ya”, maka kita termasuk kelompok orang-orang yang riya. Nauzhubillahi min dzalik

Ibadah puasa adalah ibadah tersembunyi. Tidak ada yg mengetahui seseorag itu berpuasa kecuali hanya Allah swt dan dirinya sendiri. Karena itu puasa merupakan salah satu ibadah minim riya. Artinya, puasa termasuk ibadah yg sulit dicemari oleh sifat riya. Kita bisa saja berpura2 puasa dihadapan manusia, tapi berbuka saat sendirian....jadi org yang mampu melaksanakan puasa hanyalah org yg jujur, jujur kepada dirinya dan jujur dihadapan Tuhannya. Itulah makanya Allah berfirman di dalam hadits qudsi, “Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya”. 

Semoga puasa tahun ini dapat mengikis sifat riya dari dalam diri kita semua

Sabtu, 04 Agustus 2012 05:48

Tadarus Ramadhan 6 : Puasa Bicara

Seorang wanita hamil diusir dari kampung halamannya, karena dituduh mengandung anak dari hasil perzinahan. Dengan susah payah ia keluar dari kampungnya menuju suatu kebun kurma.

Sambil bersandar pada sebatang pohon kurma, ia merenungi nasibnya yang tragis. Ia mengeluh sedih, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.”

Mendadak turunlah malaikat dan menyeru kepadanya, “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan kalu engkau lapar, maka goyanglah pohon kurma itu, maka pohon kurma itu akan menggugurkan buahnya yang masak kepadamu.”

Malaikat itu melanjutkan kata-katanya, “Dengan adanya sungai dan pohon kurma ini, maka makan dan minumlah serta bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".

Mendengar kalimat malaikat itu, senanglah hati wanita tersebut, dan dia mengandung anaknya dengan sukacita hingga melahirkan seorang bayi laki2 yg menawan hati…

Setelah melahirkan ia membawa anak tersebut kembali ke kampung halamanya, dan kaumnya pun berkumpul menyaksikannya sambil mengejeknya. Karena ia puasa bicara, maka ia pun menunjuk pada anaknya.

Mendadak dan mengejutkan semua orang, anak bayi yg masih dalam buaian itupun berbicara : “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku salat dan zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yg sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimphakan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Lihat Q.S. Maryam : 23-33)

Kisah diatas mungkin sudah kita kenal dan sering didengar. Tetapi kita melupakan bahwa kisah ini menginformasikan kepada kita salah satu jenis puasa yang pernah dilakukan oleh manusia suci yaitu PUASA BICARA.

Hari ini, kita mengerjakan puasa utk menahan diri dari yang membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenang-senang. Tetapi ternyata ada puasa yg berbeda. Dalam puasa tersebut, diperbolehkan makan dan minum, tetapi tidak melakukan pembicaraan. Inilah yang dikenal dengan PUASA BICARA alias DIAM SAJA. Siapa yg melakukan puasa ini…???

Dalam al-Quran disebutkan, pelakunya adalah wanita suci yang mulia yaitu Maryam binti Imran, Ibunda Nabi Isa as. Maryam dipersilahkan untuk makan dan minum, tetapi dia menahan diri dari berkata-kata. Al-Quran mengisahkan :

“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku Telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (Q.S. Maryam : 26)

Coba anda bayangkan…hari ini kita berpuasa utk tidak makan dan minum…tetapi apakah kita tahan utk tidak berbicara….??? Pasti kita merasa kesulitan. Bahkan terkadang kita kalau lagi “ngegosip”, menunda makan dan minum, walapun sudah masuk waktunya….(maaf ya kalu ada yg merasa tersinggung).

Apa sebenarnya hasil puasa tersebut…?? Allah swt mengabarkan kepada Rasulullah saaw di malam mi’raj tentang hasil berpuasa. Allah swt berfirman :

“Hasil dari berpuasa adalah sedikit berbicara dan sedikit makan. Hasil diam adalah kebijaksanaa, hasil kebijaksaan adalah pencerahan, hasil pencerahan adalah keyakinan yang mulia; dan keyakinan yg mulia menjadikan seseorang tidak pernah merasa cemas untuk memulai harinya apakah dengan kemudahan atau kesulitan, tragedi atau kesenangan. Inilah kedudukan manusia yg telah mencapai tingkatan puas yang ditandai dengan tiga ciri utama,
1. Berterima kasih (syukur) yang tidak dikotori dengan kebodohan
2. Zikir yg tidk bercampur dengan kelalaian
3. Cinta sejati ilahi yg tidak bercampur dengan cinta pd lainnya.

Sudahkah puasa kita menghasilkan ketiga hal itu…??? Jika belum, sebaiknya kita belajar utk puasa bicara, dimana selain menahan makan dan minum, juga menahan diri dari berkata yang sia-sia. wallahu a'lam.

“segala sesuatu memiliki alat dan perkakas; sedangkan alat dan perkakas orang mukmin adalah akal. Segala sesuatu memiliki kendaraan, dan kendaraan seseorang adalah akal. Segala sesuatu memiliki tiang, dan tiang agama adalah akal. Setiap kaum memiliki tujuan, dan tujuan para hamba adalah akal. Setiap kaum memiliki pemimpin, dan pemimpin para ahli ibadah adalah akal. Setiap pedagang memiliki barang dagangan, dan barang dagangan para mujtahid adalah akal. Setiap penghuni rumah memiliki penjaga, dan penjaga orang2 yang benar adalah akal. Setiap kerusakan memiliki pembangunan, dan pembangunan akhirat adalah akal. Setiap orang memiliki keutamaan yg disematkan kepadanya, dan keutamaan orang2 yang benar yang disematkan kepadanya adalah akal. Setiap perjalanan memiliki tenda, dan tenda orang2 mukmin adalah akal. (Muhammad saaw)

Telah banyak defenisi diberikan oleh para ahli, baik secara etimologis atau terminologis tentang akal. Beragam defenisi yang dibuat menunjukkan akal merupakan suatu yang kudus (suci) yang berfungsi menangkap berbagai realitas dan mengambil sisi terbaik dari realitas itu, serta mencegah manusia dari tindakan penyelewengan.

Ibnu Faris misalnya, dalam Maqayis al-Lughah mengartikan akal sebagai sesuatu yang menahan seseorang dari perbuatan dan perkataan yang tercela. Sedangkan Ibrahim Madkour dalam al-Mu’jam al-Falsafi, mengemukakan al-Aql (akal) adalah daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia yang dengannya segala sesuatu dapat diserap. Ia merupakan anugerah Allah yang terbesar untuk manusia. Di bawah pancaran akalnya manusia dapat membedakan yang benar dan yang batil, bersih dan kotor, bermanfaat dan mudharat, serta baik dan buruk.

Jika kita menganalisis al-Quran, memang kata al-aql (dalam bentuk kata benda) tidak ditemukan dalam satu ayatpun. Yang ada adalah dalam bentuk kata kerja (fi’il), dalam arti perintah penggunaan akal, terdapat 49 kali yaitu :
1. ‘Aqaluhu sebanyak satu kali yaitu dalam Q.S. al-Baqarah: 75
2. Ta’qilun sebanyak 24 kali yakni dalam Q.S. al-Baqarah: 44, 73, 76,242; Ali Imran: 65,118; al-An’am: 32,151; al-A’raf: 169; Yunus: 16; Hud: 51; Yusuf: 2, 109; al-Anbiya: 10,57; al-Mukminun: 80, An-Nur: 61; al-Syuara: 28; al-Qashas: 60; Ya Sin: 62; al-Shaffat: 138; Ghafir: 67; al-Zukhruf: 3; al-Hadid: 17.
3. Na’qilu disebutkan satu kali yaitu Q.S. al-Mulk: 10
4. Ya’qiluha disebutkan satu kali yakni Q.S. al-Ankabut: 43
5. Ya’qilun (positif) /La ya’qilun (negatif) sebanyak 22 kali baik dalam yaitu Q.S. al-Baqarah: 164, 170, 171; al-Maidah: 58,103; al-Anfal: 22; Yunus: 42,100; al-Rad: 4; al-Nahl: 12,67; al-Hajj: 46; al-Ankabut: 35, 63; al-Rum: 24,28; Ya Sin: 68; al-Zumar: 43; al-Jasiyat: 5; al-Hujurat: 4; al-Hasyr: 14.

Selain kata-kata tersebut di dalam al-Quran terdapat kata-kata yang juga menunjukkan aktifitas akal yakni berpikir seperti nazhara, tadabbara, tafakkara, tazakkara, fahima, faqiha. Kemudian terdapat pula sebutan-sebutan yang memberi sifat berpikir bagi seorang muslim seperti ulul al-bab, ulul ilm, ulul abshar,dan ulul nuha. Dengan demikian, ayat-ayat al-Quran memberikan penghargaan tinggi kepada akal.

Al-Quran menunjukkan bahwa pengisi neraka jahanam adalah kelompok jin dan manusia yang tidak menggunakan akalnya dengan baik. “Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S. al-A’raf : 179)

Selain itu al-Quran juga menegaskan bahwa petunjuk diberikan kpeada orang yang menggunakan akalnya. “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, ..yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal. (QS. Az-Zumar : 17-18)

Bahkan al-Quran menegaskan bahwa hanya orang yang berakal yang memperhatikan al-Quran dan alam semesta dengan seksama :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad : 24)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj : 46)
wallahu a'lam

Sabtu, 04 Agustus 2012 05:38

Upaya Tak Henti AS untuk Melumpuhkan Iran

Amerika Serikat memikul tanggung jawab penuh untuk menerapkan sanksi-sanksi ilegal terhadap Republik Islam Iran. Negara-negara lain ditekan untuk setuju dan melakukan sesuatu yang merugikan kepentingan mereka sendiri.

Negara adidaya itu seenaknya melanggar prinsip-prinsip hukum dan aturan internasional untuk memaksakan kehendaknya kepada pihak lain. International Emergency Economic Powers Act (IEEPA) 1977 memungkinkan presiden AS mengklaim ancaman asing yang tidak biasa dan / atau luar biasa, menyatakan keadaan darurat nasional, dan mengatur perdagangan sesuai keadaan.

AS telah meraup keuntungan penuh secara ilegal dan tidak dibenarkan dengan memanfaatkan aturan tersebut. Pada November 1979, Washington menyita sebesar 12 miliar dolar deposito bank pemerintah Iran, sekuritas, emas, dan properti lainnya.

Selama beberapa dekade, AS dengan arogan menargetkan Iran dan rakyatnya. Hal ini terus terjadi tanpa henti. Washington agresif menjatuhkan sanksi atas Tehran dengan menggunakan dalih palsu, termasuk mengklaim Republik Islam sedang mengembangkan senjata nuklir dan mendukung terorisme internasional.

AS bahkan memaksa pihak lain untuk mengadopsi kebijakan internal mereka seperti yang dijalankan oleh Uni Eropa. Pada Juli 2012, Uni Eropa resmi mengembargo impor minyak Iran. Keputusan ini mencakup minyak mentah, produk petrokimia, kegiatan yang berhubungan dengan minyak, peralatan dan teknologi, menjual produk olahan, investasi baru, dan transaksi dengan Bank Sentral Iran.

Pada tanggal 1 Agustus 2012, AS memberlakukan sanksi baru yang menargetkan lembaga keuangan, asuransi, dan jasa pengirim yang terlibat dalam membantu menjual minyak Iran. Semua celah hendak ditutup dan embargo ilegal diperketat.

Larangan itu juga diberlakukan terhadap perusahaan yang terlibat dalam pertambangan uranium dengan Iran, dan menjual, menyewakan atau menyediakan layanan kapal tanker minyak, atau menawarkan asuransi kepada Perusahaan Tanker Nasional Iran.

Secara keseluruhan, hukuman itu akan dijatuhkan kepada siapa pun yang terlibat dengan minyak Iran, petrokimia, atau industri gas alam.

Piagam Majelis Umum PBB 1974 tentang Hak-hak Ekonomi dan Kewajiban, menegaskan bahwa negara tidak dapat menggunakan atau mendorong penggunaan tindakan-tindakan ekonomi, politik atau lainnya untuk memaksa negara lain untuk mensubordinasikan hak berdaulat dengan cara apapun.

Resolusi Majelis Umum PBB 1989 juga melarang pemaksaan politik dan ekonomi terhadap negara berkembang. Ini secara khusus meliputi pembatasan perdagangan dan keuangan, blokade, embargo, dan sanksi ekonomi lain.

Seruan AS jelas-jelas bertentangan dengan ketentuan Piagam PBB. AS mempengaruhi kemampuan negara lain untuk berfungsi secara politik, ekonomi dan sosial.

Profesor UU international di University of Illinois, Francis Boyle mendesak Iran untuk menuntut AS, Inggris dan Perancis di Mahkamah Internasional jika mereka menolak untuk bernegosiasi secara langsung dan terus membuat ancaman agresif.

Langkah AS yang menekan negara-negara lain agar turut menghukum Iran adalah sebuah kebijakan yang tak bijak dan melanggar hukum internasional. (IRIB Indonesia/RM/NA)

Beberapa negara Barat dan regional berada dibalik kegagalan misi perdamaian Kofi Annan di Suriah, kata Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi pada Jumat (3/8), seperti dilaporkan IRNA.

Menanggapi komentar Menlu AS Hillary Clinton yang menuding Cina dan Rusia sebagai alasan dibalik kegagalan misi Annan di Suriah, Salehi mengatakan para pejabat Amerika sengaja mengangkat isu itu karena mereka sendiri selalu menghambat keberhasilan prakarsa perdamaian Annan.

"Annan selalu mengeluhkan kurangnya koordinasi antara Dewan Keamanan dan negara anggota PBB. Yang dia maksud juga bukan Rusia atau Cina. Prakarsa Annan diterima oleh pemerintah Suriah dan didukung oleh negara-negara seperti Iran, tetapi Liga Arab dan beberapa negara regional dan Barat adalah para penghambat kemajuan rencana itu," jelas Salehi.

Salehi menggarisbawahi bahwa Annan percaya tanpa kehadiran negara-negara yang efektif seperti Iran, resolusi terhadap krisis politik Suriah tidak mungkin bisa direalisasi.

Menurutnya, keberhasilan prakarsa Annan adalah bertentangan dengan keinginan Barat dan beberapa negara regional. "Prakarsa itu menekankan penyelesaian konflik Suriah melalui dialog nasional antara rakyat Suriah sendiri tanpa intervensi asing, tetapi Barat ingin memanfaatkan krisis sebagai kesempatan untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dan mentransfer kekuasaan kepada pemerintah dengan identitas yang tidak dikenal," ujar Salehi.

Dia menyimpulkan bahwa enam poin prakarsa Annan masih merupakan solusi terbaik untuk resolusi krisis Suriah.

Seraya mengapresiasi upaya-upaya Annan di Suriah, Salehi menambahkan bahwa Iran berharap siapapun yang akan menggantikan Annan, dapat bekerja secara independen, karena jika tidak demikian, ia tidak akan berhasil. (IRIB Indonesia/RM/MF)