کمالوندی
Serangan ke Ain al-Assad, Penyebab dan Konsekuensi
Seorang perwira militer Amerika Serikat dan dua tentara mereka tewas dalam serangan roket di Pangkalan Ain al-Assad di Provinsi Anbar, Irak pada Rabu lalu (3 Maret 2021). Pemerintah AS berjanji akan menanggapi serangan itu dengan tegas tanpa tergesa-gesa.
Ini bukan pertama kalinya pangkalan AS di Irak menjadi sasaran serangan rudal. Kedutaan Besar AS dan pangkalan militernya berulang kali menjadi target serangan dalam setahun terakhir.
Aksi ini kemungkinan dipicu oleh beberapa hal, tetapi ada empat faktor utama yang melatari serangan tersebut.
Faktor pertama berkaitan dengan model pendekatan AS terhadap Irak. Militer AS berulang kali melanggar kedaulatan Irak dan membunuh sejumlah tentara Irak dan komandan pasukan perlawanan, puncaknya terjadi pada 3 Januari 2020.
Presiden AS waktu itu, Donald Trump secara langsung memerintahkan pembunuhan Komandan Pasukan Quds Iran Jenderal Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis pada 3 Januari 2020.
Setelah insiden tersebut, banyak analis dan bahkan para pejabat resmi dan politisi Amerika secara eksplisit menyatakan bahwa Irak tidak akan lagi aman bagi pasukan AS.
Selain itu, AS menggunakan wilayah Irak untuk menyerang pasukan perlawanan Irak atau Suriah. Sebagai contoh, jet-jet tempur AS menyerang posisi pasukan perlawanan di daerah Abu Kamal dan al-Qaem di perbatasan Suriah-Irak pada 26 Februari lalu. Serangan itu menyebabkan satu orang gugur dan empat lainnya terluka.
Faktor kedua berhubungan dengan model perilaku pemerintahan Mustafa al-Kadhimi di Irak. Ada dua kritikan terhadap pemerintah al-Kadhimi. Kritik pertama, resolusi parlemen Irak tentang pengusiran pasukan AS tidak ditindaklanjuti secara serius oleh pemerintah al-Kadhimi.
Dampak serangan roket ke Ain al-Assad.
Al-Kadhimi mengkritik serangan terhadap pangkalan Ain al-Assad dan mengatakan, "Pasukan AS datang ke sini atas permintaan pemerintah Irak, tetapi pemerintahan ini melakukan dialog strategis dengan Washington yang menyebabkan penarikan 60 persen pasukan koalisi dari Irak. Ini terjadi dengan bahasa dialog, bukan dengan senjata."
Namun, pernyataan al-Kadhimi benar-benar membuat kelompok-kelompok yang menentang kehadiran pasukan AS di Irak terkejut.
Kritik lainnya adalah pemerintah al-Kadhimi gagal mengidentifikasi para pelaku penyerangan terhadap Kedutaan Besar AS dan pangkalan militer mereka di Irak. Pemerintah al-Kadhimi memandang serangan itu dari segi politik ketimbang aspek keamanan atau hukum. Dia hanya sebatas menuduh beberapa kelompok perlawanan atau menekankan kembali posisi pemerintah bahwa Baghdad tidak akan membiarkan Irak menjadi zona konflik bagi aktor asing.
"Tanggung jawab nasional dan moral kami kepada rakyat adalah bahwa tidak membiarkan logika senjata mendahului logika pemerintah," tegas al-Kadhimi pada Sabtu (5/3/2021).
Faktor ketiga, keberadaan berbagai kelompok bersenjata di Irak. Dalam dua dekade terakhir dan sebenarnya sejak invasi Amerika ke Irak tahun 2003, kebanyakan warga Irak telah mengangkat senjata. Mayoritas penduduk yang memiliki senjata tidak menggunakannya, tetapi sebagian besar menggunakannya dalam berbagai bentuk, termasuk membentuk kelompok bersenjata.
Ilustrasi pasukan Hashd al-Shaabi.
Dengan begitu, terbentuklah kelompok-kelompok bersenjata yang berada di luar kendali pemerintah, Organisasi Mobilisasi Rakyat (Hashd al-Shaabi), dan kelompok-kelompok identitas di Irak. Mereka punya kesamaan sikap dalam menentang AS dan melakukan serangan terhadap kedutaan atau pangkalan militer AS di Irak.
Faktor keempat, keberadaan kelompok bersenjata yang tidak mempedulikan isu kehadiran atau penarikan pasukan AS. Mereka berafiliasi dengan sebagian kelompok lokal atau negara asing yang berusaha memperkenalkan kubu perlawanan Irak atau Republik Islam Iran sebagai ancaman bagi keamanan Irak.
Dalam pandangan kelompok ini atau negara asing tadi, jalan terbaik untuk mencapai tujuan mereka adalah dengan menyerang kedutaan atau pangkalan militer AS di Irak, karena mengingat konflik nyata antara Iran dan AS atau antara kubu perlawanan Irak dan AS, maka sangat mudah untuk mengaitkan serangan tersebut atas nama Iran dan kubu perlawanan Irak.
Poin terakhir, terlepas dari siapa aktor dan pelaku serangan terhadap kedutaan atau pangkalan militer AS di Irak, dampak utama dari serangan tersebut adalah memperlemah posisi pemerintah di Irak, sebuah pemerintah yang masih goyah.
Perjuangan Imam al-Kazim Membimbing Umat
Imam Musa bin Jakfar al-Kazim as dilahirkan di tengah keluarga mukmin dan taat beragama. Ia adalah putra dari Imam Jakfar Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Hesein bin Ali bin Abi Thalib, dan ibunya bernama Hamidah Khatun.
Hamidah Khatun dikenal sosok yang bertakwa sehingga Imam Shadiq as memberinya gelar al-Musaffa, yaitu orang yang sudah terbebas dari semua aib dan noda. Mengenai penguasaannya tentang ilmu pengetahuan dan persoalan agama, Imam Shadiq as selalu meminta Hamidah mengajari dan memberikan bimbingan kepada komunitas perempuan Muslim.
Di masa kehidupan Imam Musa al-Kazim (Imam ketujuh umat Muslim Syiah), nilai-nilai Ilahi mulai memudar di tengah masyarakat Muslim. Para penguasa yang seharusnya mengabdi kepada masyarakat dan agama, justru terperosok dalam perilaku korup, ketamakan, dan penilapan kekayaan publik.
Ulama dan faqih kerajaan sibuk memuji para penguasa lalim dan dengan menjilat para penguasa Bani Abbasiyah, mereka menjustifikasi perilaku batil sebagai sebuah kebenaran di depan masyarakat.
Dalam situasi seperti itu, Imam al-Kazim as bangkit melawan mereka dan menggunakan setiap kesempatan untuk memberikan pencerahan sehingga publik memahami bahwa para penguasanya tidak bermoral dan berilmu. Imam mengajak masyarakat untuk berpikir dan mengingatkan bahwa segala sesuatu ada petunjuknya dan petunjuk orang yang berakal adalah berpikir. Beliau berkata, “Bukti akal adalah berpikir dan bukti dari berpikir adalah diam.”
Orang bijak akan memberikan nutrisi kepada akalnya dengan berdiam dan kemudian memperkuat akal dengan cara berpikir.
Salah satu kegiatan sentral Imam Kazim adalah mendidik ratusan ulama hadis, tafsir, dan mubaligh di berbagai bidang agama. Meskipun situasinya tidak kondusif untuk meningkatkan kegiatan ilmiah dan budaya sama seperti periode ayahnya Imam Shadiq as, namun Imam Kazim telah mengambil langkah besar untuk menyebarluaskan budaya Islam dan mendidik para ulama.
Para murid madrasah Imam al-Kazim sangat mahir di bidang fiqih, hadis, tafsir, dan kalam sehingga tidak ada yang sepadan dengan mereka. Dengan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan, mereka mampu menjawab paham-paham pemikiran dan teologi yang menjamur pada masa itu. Para pakar teologi masa itu takluk di hadapan mereka dan mengakui kelemahannya dalam setiap perdebatan dengan murid-murid Imam Kazim as.
Makam Imam Musa al-Kazim as di kota Kazimain, Irak.
Ketakwaan dan popularitas para murid Imam Kazim di tengah masyarakat, telah memicu ketakutan musuh terutama penguasa. Mereka sangat mengkhawatirkan kebangkitan para murid Imam yang berpeluang besar diikuti oleh masyarakat.
Penguasa Bani Abbasiyah, Harun al-Rasyid dalam sebuah ucapannya mengenai Hisyam bin Hakam (salah satu murid Imam al-Kazim) berkata, “Dia lebih berbahaya daripada ratusan pasukan berpedang.”
Salah satu kegiatan Imam Kazim as adalah memperluas badan perwakilan. Badan ini dibentuk pada masa Imam Shadiq dengan misi mengumpulkan dan mendistribusikan pengeluaran wajib seperti khumus, zakat, dan nazar. Di sini, para wakil Imam juga berperan sebagai jembatan antara Imam dan para pengikutnya.
Setelah ayahnya gugur syahid, Imam Kazim as mampu mempertahankan jaringan perwakilan ini dan bahkan memperluasnya. Para wakilnya tersebar di berbagai wilayah kekuasaan Islam seperti Kufah, Baghdad, Madinah, Mesir, dan daerah lain sehingga pengikut Syiah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan materialnya melalui jaringan perwakilan ini.
Kesabaran dan ketabahan telah menjadi salah satu identitas Ahlul Bait Nabi as. Imam Kazim juga menyandang sifat ini dan ia melewati segala kesulitan dan musibah dengan penuh kesabaran. Ia memilih menahan diri terhadap orang-orang yang menghinanya atas dasar kebodohan atau hasutan pihak lain, serta meredam kemarahannya demi meraih keridhaan Allah Swt.
Disebabkan kesabarannya yang besar dan kemampuannya mengendalikan amarah dalam menghadapi orang yang berperilaku buruk padanya sehingga ia digelari sebagai al-Kazim.
Tentu saja sifat ini tidak menghalangi Imam Kazim untuk bersikap keras di hadapan para penguasa lalim. Ia menunjukkan sikap yang tegas dalam menghadapi orang-orang zalim dan bahkan melarang muridnya untuk bekerja sama dengan rezim.
Salah seorang murid Imam, Ziyad bin Salamah menuturkan, “Aku memiliki keluarga dan aku bekerja di pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.” Imam Kazim berkata kepadanya, “Aku lebih memilih jatuh dari bangunan yang tinggi dan tercabik-cabik daripada harus memikul salah satu tugas dari tugas-tugas mereka atau menginjakkan kakiku di salah satu permadani mereka.”
Kompleks Makam Imam Musa al-Kazim dan Imam Muhammad al-Jawad di kota Kazimain.
Imam Kazim as memanfaatkan setiap kesempatan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai Zain al-Mujtahidin yaitu hiasan orang-orang yang beribadah dan berjuang di jalan Allah. Detik-detik terindah dalam hidupnya adalah ketika ia berkhalwat dengan Sang Pencipta dan puncak keindahan adalah ketika ia menunaikan shalat dan melaksanakan kewajiban Ilahi.
Jiwa dan raganya tenggelam dalam penghambaan kepada Allah, dan tetesan air matanya jatuh membasahi tempat sujudnya. Imam Kazim as memiliki suara yang merdu dalam membaca al-Quran, seakan suara ini keluar dari seluruh wujudnya. Bacaannya menggetarkan batin orang lain sehingga mereka tanpa sadar terdiam menyimak ayat-ayat yang keluar dari lisan Imam Kazim.
Lebih dari itu, Imam mempelajari pelajaran perlawanan dan kesabaran dari al-Quran dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Imam Kazim memikul tanggung jawab imamah (kepemimpinan) umat Islam hampir 35 tahun dan sebagian besarnya dihabiskan di penjara dan tempat pengasingan. Harun al-Rasyid telah memenjarakan Imam Kazim selama dua kali dan kali kedua berlangsung selama empat tahun.
Lingkungan penjara membuat orang-orang tertekan dan depresi, namun Imam Kazim dengan kegiatan ibadah telah mengubah penjara menjadi lingkungan yang ramah. Oleh karena itu, Harun al-Rasyid berulang kali memindahkan lokasi penahanan Imam sehingga para sipir penjara tidak terpengaruh olehnya.
Penjara terakhir tempat mengurung Imam Kazim dijaga oleh seorang sipir berhati batu yaitu Sandy bin Syahik. Disebutkan bahwa Harun al-Rasyid sangat terganggu atas hubungan umat Syiah dengan Imam Kazim dan juga karena ketakutan bahwa keyakinan Syiah pada imamah, akan melemahkan pemerintahannya.
Syeikh Mufid berkata, "Atas perintah Harun al-Rasyid, Sandy meracuni Imam Musa al-Kazim as dan tiga hari setelah itu ia gugur syahid.” Kesyahidannya bertepatan dengan 25 Rajab 183/799 H di kota Baghdad, Irak.
Pesan Universal Pengutusan Rasulullah Saw
Muhammad Saw – beberapa tahun sebelum pengangkatan – selalu berdiam diri di Gua Hira selama satu bulan di sepanjang tahun. Ia duduk di atas bongkahan batu sambil menatap bintang-bintang dan keindahan kota Makkah.
Ia duduk di sana merenungkan keagungan badan manusia, bumi, pepohonan dan tanaman, binatang, gunung-gunung dan ngarai, lautan yang luas dan gelombang yang menderu. Muhammad Saw bersujud di hadapan kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta alam semesta.
Muhammad Saw juga gelisah dengan orang-orang yang menyembah berhala dan meninggalkan Sang Pencipta. Ia kadang memikirkan fenomena penindasan yang dilakukan oleh para pembesar kaum dan orang kaya terhadap masyarakat lemah dan miskin serta mencari solusinya. Saat rasa lelah menghadapi kondisi kala itu menderanya, Muhammad Saw akan bersimpuh di hadapan Allah Swt serta larut dalam ibadah dan munajat. Ia meminta bantuan Tuhan untuk mengakhiri penyimpangan akidah dan problema sosial dan moral masyarakat.
Setelah mengakhiri masa 'itikaf satu bulan di Gua Hira, Muhammad Saw kembali ke kota Makkah dengan hati yang tenang, wajah yang bercahaya, dan penuh optimis. Ia kemudian melakukan thawaf di Ka'bah dan selanjutnya pulang ke rumah untuk memulai rutinitas kehidupan. Muhammad Saw diutus menjadi Rasul pada usia 40 tahun ketika sedang berkhalwat di Gua Hira. Malaikat Jibril datang dan membawa wahyu kepadanya sambil berkata, "Bacalah!" "Aku tidak bisa membaca," jawab Muhammad.
"Bacalah," ulang Malaikat Jibri. Tapi Muhammad terus memberi jawaban yang sama sampai tiga kali dan akhirnya ia pun berkata, "Apa yang harus kubaca?" Jibril menjawab, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan inilah momen pengangkatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Keagungan dan kandungan wahyu membuat tubuh Muhammad gemetar dan mengucurkan banyak keringat, dan ia pun kembali ke rumahnya.
Setelah menguasai dirinya, Muhammad menyaksikan gunung, bebatuan, dan apa saja yang dilewatinya menyampaikan salam kepadanya dan mereka berkata, "Salam atasmu wahai Muhammad. Salam atasmu wahai Wali Allah. Salam atasmu wahai Rasulullah. Berbahagialah karena Tuhan memberikan keutamaan dan keindahan kepadamu dan memuliakanmu atas segenap manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Orang yang utama adalah ia yang diberikan keutamaan oleh Tuhan dan orang yang terhormat adalah ia yang diberikan kehormatan oleh Tuhan. Jangan gelisah, Allah akan segera mengantarkanmu ke derajat yang paling tinggi dan kedudukan yang paling mulia." (Bihar al-Anwar, jilid 18)
Risalah kenabian Muhammad Saw memiliki keistimewaan yang khas dibanding risalah para nabi sebelumnya. Ciri khas risalah Rasul Saw adalah sebagai penutup, penghapus risalah sebelumnya, penyempurna risalah para nabi terdahulu, ditujukan untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad dan tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Risalah para nabi terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja dan sesuai dengan kondisi pada masa itu. Sementara risalah Nabi Muhammad Saw diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan berlaku hingga akhir zaman.
Allah Swt mengangkat Muhammad al-Amin sebagai manusia yang paling layak dan paling sempurna. Muhammad Saw adalah sosok manusia sempurna dan moderat, di mana tidak pernah berbuat sesuatu secara ifrat (berlebihan) dan tafrit (pengurangan). Muhammad Saw diutus untuk menyelamatkan manusia yang tenggelam dalam penyembahan berhala dan kebodohan. Dengan bantuan akal dan fitrah mereka sendiri, ia membimbing masyarakat ke jalan tauhid dan meninggalkan berhala.
Pesan utama dan terpenting dari pengutusan Muhammad Saw adalah prinsip tauhid. Prinsip ini bersifat universal sehinggal Islam dikenal sebagai agama tauhid. Para nabi terdahulu juga membawa ajaran tauhid seperti yang disebutkan dalam suarat Al-Anbiya ayat 25, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya; "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku."
Tauhid tentu saja bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan krisis-krisis di era Jahiliyah. Tauhid berarti membenci, menjauhi, dan menghapus segala bentuk syirik, menolak semua bentuk kezaliman, dan tidak mengandalkan semua kekuatan lain selain kekuasaan Allah. Tauhid seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh manusia modern.
Di antara misi pengutusan Nabi Muhammad Saw adalah menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Dalam surat Al-Hadid ayat 25, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." Untuk menciptakan keadilan di masyarakat, pertama-tama harus mengenal keadilan itu sendiri dan kemudian motivasi untuk melaksanakannya di tengah masyarakat.
Rasulullah Saw telah memperjelas masalah keadilan baik secara teoritis maupun praktis. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan beliau. Nabi Muhammad – tanpa alasan yang pantas – tidak pernah memuliakan seseorang dari yang lain atau merendahkan seseorang. Beliau bahkan mengarahkan pandangannya ke masyarakat secara adil. Demikian juga ketika mendengarkan pembicaraan masyarakat.
Para sahabat berkisah bahwa Rasulullah Saw menyimak pendapat kami sedemikian rupa sehingga kami berpikir beliau tidak mengerti apa-apa dan baru pertama kali mendengarnya. Padahal, beliau adalah sosok manusia sempurna yang selalu ditemani oleh Jibril.
Pendidikan dan pengajaran merupakan pilar utama kebahagiaan individu dan masyarakat. Semua nabi diutus untuk membimbing manusia ke jalan kebahagiaan dan kesempurnaan. Mereka adalah para guru dan pendidik sejati, di mana mengajarkan makrifat dan hukum-hukum Tuhan kepada manusia dengan ucapan dan amalan. Para nabi tidak pernah mengenal lelah dalam berdakwah demi menghapus kerusakan dan kebobrokan dari masyarakat.
Rasulullah Saw membaktikan seluruh hidupnya untuk mendidik dan membimbing masyarakat. Di tengah berkecamuknya Perang Uhud dan ketika beliau terluka parah dan giginya patah, sekelompok sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kutuklah mereka! Engkau berjuang untuk membimbing dan menyelamatkan mereka, tapi mereka justru berperang denganmu!" Rasul Saw kemudian meletakkan patahan giginya di telapak tangan dan mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berseru,"Ya Allah! Berilah mereka petunjuk, tunjuklah jalan kepada mereka. Mereka tidak mengetahui."
Dalam peristiwa Perang Badar, ketika para tawanan yang terikat rantai dibawa menghadap Rasulullah Saw, sebuah senyuman tersungging di bibir beliau. Salah satu tawanan kemudian berkata, "Seharusnya engkau tertawa karena telah mengalahkan kami dan sekarang kami menjadi tawananmu." Rasul bersabda, "Jangan salah! Senyuman saya, bukan senyuman kemenangan dan penaklukan, tapi ini karena harus mengantarkan orang-orang seperti kalian ke surga dengan rantai. Saya ingin menyelamatkan kalian dan kalian melakukan perlawanan terhadap saya, dan kalian menghunus pedang!"
Rasulullah telah mengubah gaya hidup dan hubungan kemanusiaan, budaya politik, budaya pemerintahan dan lain-lain. Beliau membuat masyarakat punya jati diri dan kepribadian, serta menjadikan mereka lebih bertanggung jawab. Rasul bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.”
Allah Swt telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi dan kapasitas. Akal dan fitrah adalah dua sarana internal untuk memperoleh kemuliaan material dan spiritual. Namun mengingat akal dengan sendirinya tidak cukup untuk meniti jalan menuju Tuhan, maka Dia mengutus para nabi sebagai pembimbing eksternal, dan tentu ini tidak menciderai orisinalitas akal dan kedudukannya. Rasulullah Saw juga memberikan perhatian khusus kepada akal, ilmu pengetahuan, dan orisinalitas akal.
Akhir kata, peringatan hari pengutusan Rasulullah Saw merupakan sebuah kesempatan untuk kembali mendalami ajaran-ajaran Islam – penjamin kebahagiaan – dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad. Masyarakat modern harus kembali ke ja
Menapaktilasi Kejahatan Keji Senjata Kimia, Halabcheh
Rezim Saddam selama era Perang Pertahanan Suci, telah melancarkan berbagai serangan bom kimia ke banyak kota Iran dan melakukan berbagai kejahatan kemanusiaan keji. Dalam serangan tersebut lebih dari 100 ribu warga gugur syahid atau terluka. Namun mengingat kebungkaman masyarakat internasional, rezim Saddam mengulangi kejahatannya pada 16 Maret 1988di kota Halabcheh, Kurdistan, Irak. Bombardir senjata kimia di Halabcheh telah merenggut nyawa 5.000 perempuan, laki-laki dan anak-anak.
Rezim Zionis pada pemboman kimia menggunakan gas-gas berbahaya dan mematikan termasuk gas sulfur mustard atau gas-gas yang melumpuhkan saraf. Republik Islam Iran, sebelum tragedi Halabcheh, telah melayangkan beberapa surat kepada Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyinggung penggunaan senjata kimia oleh rezim Saddam, serta mengharapkan pengiriman tim ahli PBB untuk menyelidiki kejahatan tersebut.
Korban senjata kimia Halabche
Pada bombardir kimia Halabcheh, 25 Juni 1988, kota Sardasht, di Iran Barat juga menjadi target bombardir kimia rezim Saddam. Dalam insiden tersebut lebih dari 100 warga sipil di kota itu gugur syahid dan delapan ribu lainnya terluka atau terkontaminasi gas-gas beracun mematikan. Ini merupakan kejahatan kimia pertama yang tercatat dalam sejarah terhadap sebuah kota dan seluruh warganya. Kebungkaman masyarakat internasional dan veto Barat atas resolusi PBB berisi kecaman terhadap kejahatan tersebut, telah membuat rezim Saddam merasa terlindungi untuk menggunakan kembali senjata pemusnah massal tersebut.
Pada tahun 1984, PBB merilis sebuah laporan semi-resmi dan ambigu seraya menyatakan bahwa Irak telah menggunakan gas beracun terhadap tentara Iran di medan tempur yang 30 kasus di antaranya terjadi di wilayah sipil perkotaan dan pedesaan. Sekjen PBB kala itu, empat tahun berikutnya ketika Halacheh menjadi target bombardir kimia, menunjukkan reaksi lambat pada 25 Maret 1988 dengan mengirim tim ahli ke Iran dan menuju lokasi serangan. Tim ahli itu menyerahkan laporan mereka kepada Sekjen PBB pada 25 April 1988, berdasarkan pemeriksaan korban luka akibat bombardir kimia di Iran dan Irak.
Dewan Keamanan PBB pada tanggal 9 Mei 1988, merilis resolusi 612, sebagai resolusi pertama terkait penggunaan senjata kimia. Penggunaan senjata kimia dikecam dalam resolusi itu, akan tetapi nama Irak sebagai pengguna senjata pemusnah massal itu tidak disebutkan di dalamnya. Resolusi pincang itu hanya mengimbau penghindaran penggunaan senjata kimia. Puluhan perusahaan asal Jerman, Belanda, Perancis, Belgia, Rusia dan Amerika Serikat terlibat dalam penyediaan bahan-bahan kimia dan teknologinya untuk rezim Saddam.
Kebungkaman masyarakat internasional dan veto berbagai resolusi PBB dalam mengecam kejahatan itu oleh negara-negara pengeskpor bom-bom kimia tersebut kepada Irak, membuat rezim Saddam merasa bebas dari konsekuensi penggunaan jenis senjata terlarang itu.
Korban senjata kimia Halabche
Catatan pertama penggunaan senjata kimia oleh Irak kembali pada Januari 1981. Mulai saat itu hingga akhir perang, pasukan Irak telah melakukan lebih dari 3.500 kali serangan bom kimia dan telah menarget lebih dari 100.000 kota dan berbagai wilayah perbatasan serta medan pertempuran. Tidak adanya sikap tegas dan juga dukungan terhadap rezim Saddam kala itu, kian memprovokasi rezim Saddam meningkatkan aksi-aksi kriminalnya.
Rezim agresor Saddam Hossein dalam perang yang dipaksakan terhadap Iran, memulai agresinya setelah mendapat lampu hijau dari Amerika Serikat dan sejak akhir dekade 80-an mendapat dukungan langsung dari sejumlah negara Barat termasuk Amerika Serikat, Perancis dan sejumlah negara lain. Rezim Saddam menerima bantuan bahan-bahan senjata dan juga perlengkapannya.
Berbagai laporan dokumentasi menunjukkan bahwa Amerika Serikat pada tahun 1977 hingga 1983, memainkan peran esensial dalam melengkapi gudang persenjataan Irak dengan berbagai jenis senjata pemusnah massal. Berdasarkan dokumen-dokumen sejarah yang telah terpublikasi, sejumlah perusahaan senjata Perancis Thompson CFS, Alcatel, Matra dan Peter&Bros, telah mengantongi profit hingga miliaran USD dalam menyuplai senjata dan amunisi tempur untuk Irak.
Pada tahap berikutnya, Irak menggunakan sarana-sarana tersebut untuk membangun pabrik-pabrik senjata kimia serta memproduksinya secara massal. Berbagai jenis senjata kimia tersebut digunakan di berbagai medan pertempuran melawan Iran atau di wilayah sipil Iran.
Produksi senjata pemusnah massal itu kerap dijadikan alasan bagi Amerika Serikat untuk menuding atau menyudutkan negara-negara independen atau penentang Amerika Serikat. Diawali tuduhan itu, Amerika Serikat menggalang dukungan politik dari masyarakat internasional dan opini publik untuk menekan negara-negara tersebut. Padahal Amerika Serikat adalah pelanggar utama berbagai konvensi internasional tentang perlucutan senjata kimia dan biologi, serta membantu rezim Saddam melancarkan kejahatan tersebut.
Dalam skala global, penggunaan senjata kimia dilakukan pertama kali pada 1915, ketika Jerman pada Perang Dunia Pertama menggunakan gas beracun untuk menguasai kota Ypres di Belgia. Jumlah korban akibat serangan tersebut tercatat lima hingga 15 ribu orang. Setelah itu, Britania pada dekade 1920, menggunakan gas kimia berancun terhadap warga Irak ayng umumnya dari etnis Kurdi, yang melakukan perlawanan atas penjajahan Inggris di Irak. Bertahun-tahun kemudian, tepatnya pada 1935-1936, pasukan Italia dalam perang di Ethiopia menggunakan gas mustard di negara itu dan juga di Libya. Tercatat 15 ribu orang tewas dalam serangan tesrebut.
Di lain pihak, jepang juga menggunakan gas mustard dan perusak saraf dalam perang di Cina. Tidak ada catatan pasti terkait jumlah korban dalam eristiwa yang terjadi antara tahun 1945 hingga 1947 itu. Tidak hanya itu, pada perang Vietnam antara 1955 hingga 1975, Amerika Serikat juga menggunakan hingga 75 juga liter senjata kimia yang menewaskan ratusan ribu perempuan dan anak-anak serta merusak 500 ribu hektar hasil pertanian di Vietnam. Kementerian Luar Negeri Vietnam dalam sebuah laporan menyebutkan, sekitar lima juta warga negara itu terancam gas racun berbahaya, dan 400 ribu orang di antaranya tewas atau cacat.
New York Times pada 14 Februari 1994 menulis, Amerika Serikat dengan merelokasi unsur dan bahan-bahan kimia, telah membantu proses perang senjata biologi di dunia. Secara terang-terangan, Amerika Serikat melanggar seluruh kesepakatan internasional termasuk ABM, CTBT dan berbagai konvensi lain dalam hal ini. Dengan alasan menjaga rahasia atau masalah keamanan nasional, Amerika Serikat menolak dilakukannya peninjauan ke fasilitas dwi-fungsi dan fasilitas militer di bidang biologis.
Pakaian untuk melindungi diri dari serangan senjata kimia
Amerika Serikat dan Uni Eropa harus memberikan jawaban mengapa mereka membiarkan rezim Zionis bebas melanggar dan tidak mematuhi ketentuan internasional di bidang senjata pemusnah massal. Rezim Zionis merupakan satu-satunya produsen dan pemilik senjata pemusnah massal di kawasan Timur Tengah. Dan dengan dukungan Amerika Serikat, Israel terus mengembangkan dan menimbun jenis persenjataan tersebut.
Salah satu sarana penangkal penggunaan senjata pemusnah massal adalah pelaksanaan kesepakatan laranan penggunaan senjata kimia dan mikroba. Menyusul protokel pada tanggal 17 Juni 1925, negara-negara yang menandatangani kesepakatan tersebut dilarang menggunakan gas-gas kimia dan berancus. Larangan tersebut termasuk peralatan perang dan mikroba, serta para negara penandatangan juga harus mematuhi protokol tambahakn. Relokasi langsung atau tidak langsung bahan-bahan kimia, senjata kimia dan perlengkapannya kepada sebuah negara atau kelompok manapun juga dilarang.
Traktat lain yang disusun dalam hal ini adalah Konvensi Senjata Kimia (CWC). Konvensi itu ditandatangani pada 3 September 1992, setelah 20 tahun perundingan dan pembahasan. Pada tahun 1997 PBB menetapkan konvensi susulan OPCW yang diratifikasi di Den Haag. Saat ini 190 negara dunia termasuk Iran menjadi anggota OPCW.
Republik Islam Iran sejak awal dimulainya perundingan terkait penyusunan konvensi di Jenewa dan juga komisi pembukaan, termasuk negara anggota yang paling aktif. Dan pada tahun 1997, atas ketetapan parlemen Republik Islam, Iran menjadi anggota OPCW, sebagai korban senjata kimia terbesar di dunia. Oleh karena itu, Iran sangat menekankan pelaksanaan konvensi larangan penggunaan senjata pemusnah massal tanpa diskriminasi.
Perempuan dalam Perspektif Rahbar
Kelahiran Sayidah Fatimah az-Zahra, putri tercinta Rasulullah Saw diperingati sebagai hari Perempuan dan Ibu di Republik Islam Iran dan seperti biasa di hari besar seperti ini Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei bertemu dengan para penyair dan maddah Ahlul Bait as.
Di pertemuan ini seperti biasanya para penyair akan membacakan karyanya di hadapan Rahbar dan kemudian disusul dengan arahan serta pidato beliau terkait berbagai isu mulai dari politik, syair dan berbagai ritual keagamaan. Namun tahun ini karena kondisi istimewa dan pandemi Corona serta keharusan menjaga protokol kesehatan, acara ini digelar secara virtual dan sejumlah penyair Ahlul Bait as membacakan karyanya mengenai Sayidah Fatimah melalui video konferensi.
Sayidah Fatimah, putri kesayangan Nabi dan ketika ia datang Rasul berdiri menyambutnya dan di setiap kesempatan ketika Nabi bepergian atau perang, tempat terakhr yang didatangi belaiu adalah rumah Fatiman dan dari sanalah Nabi melakukan perjalannya. Sementara tempat pertama yang didatangi Nabi ketika selesai dari bepergian juga rumah Fatimah. Fatimah memiliki karakteristik unggul di dunia Islam, baik perannya sebagai ibu, istri dan juga tokoh yang beperan membela Islam. Posisinya setara dengan Imam Ali as. Ia ibu dari empat bintang bersinar di dunia Islam, dua di antaranya menjadi imam pemimpin umat dan penghulu pemuda surga serta dari keduanya keturunan suci Rasulullah Saw terus ada hingga hari ini.
Menurut Rahbar, Fatimah putri Rasul merupakan manifestasi nilai-nilai kemanusiaan dan Islam tertinggi terkait perempuan die mana setiap karakteristik tersebut memuat pelajaran berharga. Sebagian wacana Islami tersebut adalah wacana khusus seperti ibu, istri, pendidikan anak, hamba Tuhan dan seluruhnya menunjukkan puncak dan ketinggian dari putri Rasul ini.
Hari kelahiran Sayidah Fatiman di Iran ditetapkan sebagai hari Perempuan dan Ibu. Rahbar menilai pandangan dan sikap Republik Islam terkait perempuan secara global berbeda dengan pandangan buruk Barat yang berusaha menyebarkannya ke seluruh dunia. Rahbar berkata, "Pandangan Republik Islam terhadap perempuan adalah pandangan penghormatan; berbeda dengan pandangan Barat yang memandang perempuan sebagai komoditas dan alat. Di wilayah Barat, metode dan gaya hidup Barat, kehormatan perempuan dirusak. Kalian ketahui bahwa salah satu petinggi pemerintah dan militer perempuan AS, Senator Martha McSally, beberapa bulan lalu menyatakan bahwa dirinya mengalami pelecehan; yakni bahkan seorang perempuan yang mendapat posisi sosial, politik dan administrasi tinggi tidak lepas dari ancaman terhadap kaum hawa di wilayah Barat."
Dalam perspektif Islam, perempuan dan laki-laki dari sisi kemanusiaan adalah setara, mereka memiliki tugas bersama seperti amak makruf nahi munkar, mengabdi dan memberi pelayanan serta berjuang di jalan Allah. Namun begitu ada tugas khusus yang hanya dimiliki masing-masing gender mengingat fisik dan bentuk pencitpaannya.Seraya menjelaskan tugas khusus ini, Rahbar mengatakan, "Ini adalah pandangan Islam tentang perempuan dan kami bangga dengan pandangan ini. Kami memprotes keras logika, pemikiran dan gaya hidup Barat terkait perempuan; Kami yakin mereka menzalimi perempuan."
Hijab atau jilbab juga salah satu masalah menantang di masyarakat modern yang disalahgunakan oleh musuh Islam. Menyikapi sejumlah pendapat yang mengatakan bahwa jilbab mencegah kemajuan perempuan, Rahbar mengatakan, "Tidak, malah sebaliknya jilbab justru mencegah pamer diri yang tidak pada tempatnya yang menghalangi gerakan perempuan. Hari ini kita memiliki ribuan perempuan berhijab yang aktif di bidang politik, sosial dan budaya....Propaganda Barat mencitrakan bahwa pandangan Islam mencegah kemajuan perempuan. Ini sepenuhnya kebohongan nyata dan pendapat berlebihan. Di negara kita di sebagian sejarah baik di masa lalu maupun di era westernisasi, kita tidak memiliki perempuan berpendikan tinggi seperti saat ini, tidak juga mereka yang aktif di bidang sosial, budaya atau politik. Kita juga tidak memiliki banyak perempuan yang berpengaruh di bidang sosial atau penulis dan aktivis sosial seperti saat ini. Prestasi perempuan saat ini di negara kita, semuanya adalah berkah dari Republik Islam dan pandangan Islam yang menghormati perempuan."
Rahbar juga mencatat bahwa dalam pandangan Islam yang murah hati tentang perempuan, peran perempuan dalam keluarga juga disorot; Peran ibu, peran istri, peran ibu rumah tangga dan sejenisnya disorot; Ini adalah sesuatu yang menjadi semakin tidak penting di Barat; Keluarga adalah pusat yang hangat dan diberkati di mana fondasi terkuat dari pendidikan spiritual dan intelektual manusia diletakkan. Rumah adalah lingkungan terbaik untuk kenyamanan tubuh dan jiwa, pusat terbaik untuk menghilangkan kepenatan jiwa dan raga, dan suasana keintiman yang paling sejati; Dan tidak diragukan lagi, poros keluarga semacam itu adalah ibu. Pemimpin Tertinggi dengan pertanyaan siapakah asal dan pusat lingkaran? Mereka menambahkan: "Ibu adalah pusat dari keluarga; Inilah yang aparat propaganda Barat dan, sayangnya, beberapa dari orang-orang kebarat-baratan kita mencoba untuk mengecilkan, atau salah paham, atau tidak menunjukkan. Para ibu rumah tangga telah melakukan pelayanan yang terbaik, bahkan kepada mereka yang tidak memiliki pekerjaan. Penting untuk memahami nilai layanan wanita yang lebih memilih housekeeping ; "Meskipun layanan di luar rumah adalah dan akan menjadi tanggung jawab wanita, dan ini bukan masalah, tetapi ini adalah bagian terpenting dari layanan wanita."
Ayatollah Khamenei menganggap Sayidah Zahra dan Imam Ali serta anak-anak mereka di mana meneladani persahabatan, empati, ketulusan dan perjuangan mereka dapat memajukan masyarakat Islam. Di akhir bagian pidatonya, Rahbar memberikan penghormatan ibu dan istri para martir dalam dua generasi. Salah satunya selama pertahanan suci, dan yang lainnya selama melindungi tempat suci, di mana istri dan ibu para martir meninggalkan peran yang kekal dan unik dan harus benar-benar salut di hadapan mereka.
Audiens lain di pidato Rahbar adalah para penyair Ahlul Bait as (maddah). Berbagai peristiwa baru di konteks peristiwa agamis di berbagai majelis agama muncul dari arahan dan nasihat Rahbar di acara ini. Kekhawatiran Rahbar terhadap kebutuhan komunitas penyair Ahlul Bait as sangat beragam. Salah satu kekhawatiran beliau berkaitan dengan profesi para maddah, inovasi dan pembentukan budaya di setiap acara keagamaan. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Maddahi (pembacaan syair tentang Ahlul Bait as) sebuah fenomena seni unik dan kita tidak memiliki hal yang serupa dengan ini di tempat lain. Sini seni dan sastra para penyair merupakan bagian dari profesi. Sisi lain adalah konteks dan isi syair; kumpulan dari empati, ideologi, pengetahuan dan sejarah, pencerahan sosial dan mengenal kebutuhan audiens....Membangun budaya di masyarakat dan menyebarkan ideologi tinggi dan menyebarkan teladan kehidupan Nabawi, Alawi dan Fatimi sebuah fenomena penting yang harus diperhatikan dan untungnya hal ini semakin meningkat di antara para maddah."
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, sambil memerintahkan untuk berbicara tentang sejarah, studi pendidikan dan tauhid, mengenang musibah dan sejenisnya, tentang penyebaran akhlak Islam di masyarakat kepada para maddah mengatakan, "Pesan terakhir adalah sebarkan moral dan akhlak Islami di tengah masyarakat. Hadirin sekalian! Salah satu hal terpenting adalah mempertahankan akhlak Islami ketika berbicara dan sayangnya saat ini ketika dunia maya semakin kuat, akhlak Islami ini semakin pudar. Ucapan buruk dan kasar atau semisalnya harus dihapus di tengah masyarakat."
Lebih lanjut Ayatullah Khamenei menambahkan, ".....Ajaran Nabawi, Alawi dan Fatimi jauh dari hal-hal seperti ini. Kalian saksikan bahwa Sayidah Fatimah menyampaikan dua khutbah hebat. Pertama di masjid di tengah kumpulan masyarakat dan kedua ditujukan kepada perempuan Madinah di mana khutbah ini penuh dengan hal penting dan protes; Memprotes dan menghukum konsep-konsep Islam terkemuka yang di dalamnya Fatimah Zahra merasakan bahayanya, tetapi dalam dua khotbah yang penting, agung dan penuh semangat ini, tidak ada satu kata pun yang menghina, jelek dan menghina; Dan semua kata-katanya kuat dan solid, pernyataan tegas. Anda harus melakukan ini; “Dalam pernyataan, dalam pidato, tidak boleh ada kata-kata kosong tanpa pengetahuan, tidak boleh ada gosip, tidak boleh ada fitnah, dan tidak boleh ada fitnah dan umpatan. Kalian para penyair dan maddah juga harus mengajarkan hal ini kepada masyarakat melalui ucapan dan perbuatan kalian."
Imam Baqir, Pancaran Mentari Keilmuan dan Keutamaan Akhlak
Tanggal satu Rajab diperingati sebagai hari kelahiran seorang manusia agung putra Imam Ali Zainal Abidin dan Sayidah Fatimah binti Imam Hassan. Muhammad namanya. Beliau dikenal dengan sebutan Baqir atau Baqirul Ulum, yang berarti pembuka lautan pengetahuan, dan penjelas rahasia ilmu.
Salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw bernama Jabir bin Abdullah Ansari suatu hari bertemu dengan Imam Muhammad Baqir.Tampak kegembiraan terpancar dari raut mukanya yang sudah tua. Jabir berkata, "Demi Tuhan Kabah, aku melihat tanda-tanda yang disebutkan Rasulullah dalam dirimu. Aku bersyukur kepada Allah yang telah memberiku karunia bertemu denganmu, dan aku menyampaikan salam Rasulullah bagimu. Suatu hari Rasulullah bersabda kepadaku: 'Wahai Jabir, engkau akan panjang umur hingga menemui keturunanku dari anak-anak Husein. Namanya Muhammad, ia menyingkap ilmu agama, oleh karena itu digelari Baqir. Jika engkau bertemu dengannya sampaikan salamku."
Era Imam Baqir adalah periode penyebaran ilmu dan berkembangnya pengetahuan di dunia Islam. Ketika itu, muncul para ulama dan ahli agama di bidang hadis dan fiqh. Tapi, nama Imam Baqir memiliki kedudukan khusus di tengah mereka. Sheikh Mufid, ulama besar Syiah akhir abad keempat dan permulaan abad kelima Hijriah, menulis, "Para sahabat, tabiin dan pemuka ahli fiqh menukil riwayat dari beliau. Imam [Baqir] meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw. Berkat beliau masyarakat mengenal sunnah Rasul dan manasik haji dipercayakan kepada beliau. Imam [Baqir] menulis tafsir Quran dengan penjelasan secara umum dan khusus. Beliau juga menyampaikan pembahasan kalam".
Seluruh penulis baik Syiah maupun Sunni menilai penyematan nama "al-Baqir" atau Baqir al-Ulum" kepada Imam Muhammad, karena luasnya ilmu yang beliau miliki. Tapi penamaan ini juga memiliki akar kuat dalam sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah Ansari. Rasulullah bersabda, "Yabqarul ilma Baqran", yang berarti orang yang menyingkap ilmu dengan seluruh keutamaan dan kesempurnaannya.
Sheikh Tusi, ulama terkemuka Syiah abad kelima hijriah menyebutkan bahwa murid pilihan Imam Baqir mencapai 466 orang. Imam Baqir menjadi rujukan seluruh ulama Hijaz. Para ulama besar Sunni menimba ilmu dari Imam Baqir. Saking terkenalnya keilmuan Imam Baqir, di Hijaz beliau disebut sebagai pemuka fuqaha Hijaz.
Kedudukan Imam Baqir di berbagai bidang ilmu pengetahuan Islam senantiasa menjadi perhatian para ulama terkemuka di zamannya. Bukan hanya ulama Syiah yang menimba ilmu dari Imam Baqir, tapi juga ulama Sunni. Zahabi menulis, "Imam Baqir termasuk orang yang menyatukan ilmu, amal, kemuliaan, ketangguhan. Oleh karena itu, Khilafah layak baginya".
Imam Baqir adalah mufasir terbaik al-Quran. Beliau menjelaskan makna ayat demi ayat al-Quran. Imam Baqir menjelaskan pandangannya dengan dalil yang sangat kuat. Beliau berkata, "Tanyakan padaku apa yang bisa kujelaskan dari mana al-Quran, hingga makna ayat-ayatnya untuk kalian." Penguasaan Imam terhadap seluruh kandungan al-Quran diakui para ulama dan ilmuwan di zamannya. Bahkan seorang penyair terkemuka bernama Malik Ibn Ayin Jihni mendendangkan syair memuji kemuliaan Imam Baqir:
Jika mencari ilmu al-Quran
Ketahuilah Quraisy paling mengetahuinya
Jika Imam Baqir alahi salam menjelaskan ilmu al-Quran
Begitu banyak ilmu yang diterangkan
Imam Baqir juga dikenal sebagai orang yang sangat peduli dengan kondisi masyarakat di zamannya. Beliau tanpa pamrih membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Memenuhi kebutuhan material dan spiritual orang lain menjadi aktivitas sosial terpenting Imam Baqir.
Selain mendengarkan keluhan dan penderitaan masyarakat, beliau terjun memberikan bantuan sesuai kebutuhan, sekaligus menebarkan ketentraman dan kedamaian.Terkait hal ini, Imam Sadiq berkata, "Suatu hari aku menemui ayahku. Ketika itu beliau tengah sibuk membagikan delapan ribu dinar kepada orang-orang yang membutuhkan di Madinah, dan membebaskan sebelas budak."
Imam Baqir menjadikan hari libur, terutama hari Jumat dikhususkan untuk infaq dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Berkaitan dengan masalah ini, Imam Sadiq berkata, "Meskipun kemampuan finansial ayahku lebih kecil dibandingkan anggota keluarga lain, dan pengeluarannya lebih besar dari yang lain, tapi setiap hari Jumat beliau membantu orang-orang yang membutuhkan, bahkan jika hanya membantu dengan satu dinar sekalipun. Beliau berkata, 'Pahala sedekah kepada orang yang membutuhkan di hari Jumat lebih utama, sebagaimana kedudukan hari Jumat yang lebih utama dari pada hari lainnya dalam sepekan."
Agama Islam sangat menekankan berbuat baik kepada orang lain, dan menjadikannya sebagai nilai-nilai moral yang tinggi. Mengenai pentingnya masalah ini, Imam Baqir berkata,"Senyuman seorang Mukmin kepada saudara sesama Muslim sangat terpuji. Menghilangkan duka termasuk kebaikan.Tidak ada penghambaan kepada Allah yang lebih utama dari membahagiakan hati sesama Mukmin."
Imam Baqir sangat bahagia bisa menggembirakan orang lain. Beliau menyampaikan kembali sabda Nabi Muhammad Saw kepada masyarakat mengenai keutamaan membahagiakan orang lain. Rasullullah bersabda, Orang yang membahagiakan sesama Mukmin sama seperti membahagiakanku dan menyenangkan Allah swt. Terkadang beliau bercanda yang baik untuk membahagiakan orang lain. Imam Baqir berkata, "Sesungguhnya Allah swt mencintai orang yang bercanda [terpuji], dengan syarat tidak disertai perkataan buruk dan tercela."
Imam Sadiq berkata, "Ayahku senantiasa sibuk berzikir. Ketika makan pun, beliau berzikir. Ketika berada di tengah masyarakat beliau tetap berzikir, dan kalimat "La ilaha ilallah" senantiasa keluar dari mulutnya. Di waktu dini hari beliau mengajak kami semua beribadah hingga terbit fajar. Beliau memerintahkan membaca al-Quran kepada [sebagian] anggota keluarga, dan yang lain mengucapkan zikir".
Muhammad bin Munkadir, salah seorang ulama Sunni, berkata, "Aku tidak percaya Ali bin Husein memiliki seorang anak dengan keutamaan dan keilmuan seperti dirinya, hingga aku bertemu dengan puteranya bernama Muhammad bin Ali.... Ketika itu aku menuju daerah di sekitar Madinah, dan cuaca saat itu sangat panas. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Muhammad bin Ali. Beliau orang yang kuat dan saat itu tengah bekerja di ladang. Aku menyapanya, "Wahai pemuka para pembesar Quraisy, di tengah cuaca terik ini Anda tengah mencari harta dunia."
Muhammad bin Munkadir ingin mendengar jawaban dari Imam Baqir. Lalu ia mendekati beliau yang tengah bekerja di ladang untuk memberikan nasehat. Ulama Sunni ini kembali bertanya kepada Imam Baqir, "Wahai pemuka pembesar Quraisy, Anda keluar dari rumah untuk mencari dunia, bagaimana jika kematian menjemputmu dalam keadaan seperti ini ?"
Mendengar perkataan ini, Imam Baqir menjawab, "Demi Allah, jika kematian menjemputku dalam keadaan saat ini, aku meninggal dunia di saat sedang beribadah dan taat kepada Allah. Sebab, aku bekerja di ladang di tengah cuaca terik supaya tidak mengulurkan tangan meminta bantuan engkau, dan orang lain. Ya, aku hanya mengkhawatirkan satu hal, kematian menjemputku ketika aku sedang bermaksiat kepada Allah swt, ". Mendengar jawaban dari Imam Baqir, Muhammad bin Munkadir berkata, "Tuhan merahmatimu, aku hendak memberikan nasehat kepadamu, tapi engkau telah memberikan nasehat penting untukku."
Rahbar: AU Salah Satu Unsur Kemenangan Revolusi Islam
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei bertemu dengan sejumlah komandan Angkatan Udara (AU) dan unit anti udara militer serta menyebut baiat bersejarah Homafaran (sebutan AU di era Shah Pahlevi) dengan Imam Khomeini sebagai Ayamullah dan salah satu keajaiban yang menentukan serta anasir utama kemenangan Revolusi.
19 Bahman mengingatkan moment bersejarah di mana Homafaran di tahun 1357 Hs menggelar pawai militer di jalan Enghelab, Tehran sebagai bentuk baiat dengan Imam Khomeini serta rakyat menyambutnya dengan memberi untaian bunga kepada mereka. Hari-hari itu disebut sebagai Ayamullah. Unsur utama di arti Ayamullah adalah manusia menyaksikan kekuasaan Allah di sebuah peristiwa, dengan demikian hari-hari tersebut menjadi titik balik sejarah dan hari-hari bersejarah.
Pada 19 Bahman 1399 Hs, Ayatullah Khamenei saat bertemu dengan para komandan angkatan udara dan unit anti udara militer Republik Islam menyebut baiat bersejarah Homafaran dengan Imam Khomeini sebagai Ayamullah dan salah satu keajaiban penting dan anasir utama kemenangan Revolusi. Rahbar mengatakan, "Berpisahnya bagian penting militer dan bergabungnya merka dengan Imam serta rakyat menyerupai mukjizat, karena mendorong seluruh unit militer bergabung dengan Republik Islam. Dan para komandan militer saat itu ketika menyaksikan fakta terpaksa menunjukkan sikap netral terhadap Revolusi; Ini menyerupai mukjizat, ini benar-benar seperti mukjizat. Ketergantukan utama rezim taghut saat itu kepada militer dan Savak dan sandaran pentin serta harapan rezim saat itu, justru menjadi faktor yang menghancurkan rezim sendiri."
Menurut Rahbar, Amerika hingga detik-detik terakhir sangat berharap kepada militer rezim Shah dan mereka menganggap bahwa militer dapat bertahan. Menurut berita pasti, mereka tengah merancang kudeta dan harus berlangsung bulan Bahman serta dengan penangkapan para pemimpin Revolusi dan memanfaatkan kekerasan luas terhadap rakat, mereka dapat mencegah kejatuhan Shah. Jenderal Husyer salah satu wakil AS di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di buku memorialnya mengakatan bahwa Jenderal Brown, menhan AS saat itu memberi ijin dirinya mencegah kejatuhan Shah Pahlevi bahkan jika harus membantai puluhan ribu warga Iran, namun salah satu anasir yang merusak skenario setan mereka adalah gerakan angkatan udara pada 19 Bahman.
Dari sudut pandang Ayatullah Khamenei, musuh-musuh Revolusi Islam, terutama Amerika Serikat, sejak awal mengalami kesalahan perhitungan, yang merupakan poin yang luar biasa dan instruktif. Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, menekankan bahwa musuh masih belum memiliki pemahaman yang benar tentang bangsa Iran, menunjuk pada pengulangan kesalahan ini dalam beberapa tahun terakhir.
Rahbar mengatakan, "Mereka (musuh Iran) mengalami kesalahan fatal karena mengatakan menguasai penuh militer dan tidak mungkin rezim Shah tumbang. Namun...justru militer ini yang dianggap sangat penting oleh Amerika dan dipelihara baik oleh Washington serta sebanyak empat ribu penasihat militer aktif di dalamnya menjadi faktor kekalahan rezim Taghut dan menghancurkan harapan AS di Iran. Allah Swt di al-Quran berfiman, فَاَتیٰهُمُ اللهُ مِن حَیثُ لَم یَحتَسِبوا؛ Mereka menerima tamparan dan pukulan dari arah yang tidak mereka sangka (QS. al-Hashr: 2).
Kesalahan perhitungan lain Amerika di kasus sanksi; elit politik AS menyangka dapat menundukkan Iran dengan sanksi yang mereka sebut belum pernah terjadi dalam sejarah dan sanksi total. Ayatullah Khamenei berkata, "Salah satu orang terbodoh (John Bolton) dua atau tiga tahun lalu mengatakan kita akan menggelar perayaan tahun baru Januari 2019 di Tehran; harapan mereka adalah Republik Islam akan runtuh pada Januari 2019, mereka datang dan menggelar perayaan tahun baru di Iran. Kini ia pun bergabung dengan tong sampah sejarah. Sementara ketuanya (Donald Trump) juga ditendang dari Gedung Putih dan keduanya masuk ke tong sampah sejara. Adapun Republik Islam Iran, Alhamdullih masih tetap tegar berdiri."
Rahbar memberi perhatian bahwa kita tidak boleh berpikir sederhana, kita harus berhati-hati bahwa sekedar kerusakan sistem komputasi musuh tidak akan membuat kita berhasil. Ada faktor lain yang membuat efektif gerakan Revolusi Islam seperti bekerja dan berusaha, kehadiran rakyat di medan, dan kepercayaan mereka akan keharusan berpartisipasi di medan, percaya akan janji Tuhan. Sekedar duduk dan menyaksikan serta tidak berusaha, tidak akan membawa hasil. Para pejabat dengan hadir di medan dan bekerja dengan benar serta percaya kepada Tuhan, akan meningkatkan elemen kekuatan nasional dan secara praktis memproduksi kekuatan di mana salah satunya adalah memperkuat angkatan bersenjata sesuai dengan kebutuhan kawasan dan dunia. Seraya memuji manuver angkatan bersenjata terbaru, Rahbar mengatakan, "Penyelenggaraan manuver besar dan menakjubkan seperti ini, di kondisi sanksi, sejatinya peraihan jaminan keamanan nasional oleh putra bangsa di angkatan bersenjata dan ini sebuah kebanggaan."
Maraknya pemberitaan media asing membuat sebagian negara belum menyadari akan semakin lemahnya kekuatan Amerika dan kesalahan negara kawasan adalah menggantunkan keamanan nasionalnya kepada pihak asing dan meski mereka membelanjakan miliaran dolar serta dihina dan juga mendengar pelecehan, pada akhirnya keamanan mereka tetap tidak terjamin; sama seperti di kasus beberapa tahun lalu Mesir dan Tunisia atau nasib Mohammad Reza Pahlevi. Ayatullah Khamenei mengaitkan kebingungan dan kepanikan rezim yang berafiliasi dengan AS di kawasan itu, terutama rezim Zionis, dan omong kosong mereka baru-baru ini dengan ketakutan dan kecemasan tentang realitas penurunan Amerika di lingkungan internasional dan domestik.
Di sinilah Rahbar sangat menekankan untuk berhati-hati atas kesalahan kita sendiri. Kita tidak boleh diintimidasi oleh musuh atau bergantung pada musuh dalam urusan politik dan ekonomi ... Kita harus melihat realitas batin dan mempromosikannya dan mengetahui bahwa jika kita dengan sekuat tenaga, takut kepada musuh, maka kita akan gagal. Berharapkepada pihak asing yang dibangun di atas pemerkosaan, penjarahan dan gangguan; Itu akan menjadi kesalahan besar. Ketika kita sadar dan mengandalkan diri kita sendiri dan meminta bantuan Tuhan, kita ingin memastikan keamanan nasional diri kita sendiri, hasilnya adalah kehormatan yang Alhamdulillah dinikmati Republik Islam saat ini.
Ayatullah Khamenei menyarankan orang-orang yang secara tidak realistis mengkahi kemampuan dan kekuatan AS serta sejumlah kekuatan lainnya untuk melihat peristiwa terbaru di AS. Rahbar mengatakan, "Masalah jatuhnya Trump tidak disayangkan dengan jatuhnya presiden Amerika yang memalukan ini. Bukan jatuhnya citra AS, jatuhnya kekuatan Amerika. Tumbangnya sistem sosial dan Amerika. Mereka sendiri mengatakannya, para pakar politik juga bahwa Amerika rusak dari dalam. Jika peristiwa yang terjadi di Amerika terjadi di negara lain di belahan dunia, khususnya negara yang tidak disukai Washington, maka AS tidak akan membiarkannya begitu saja. Namun media-media Barat berusaha mencitrakan masalah di AS telah selesai, padahal masalahnya belum selesai dan masih terus berlanjut....Mereka sendiri mengatakan bahwa sistem sosial di negara ini rusak dari dalam, bahkan sebagian berbicara mengenai era pasca Amerika."
Seraya menyinggung statemen petinggi Eropa dan AS terkait JCPOA dan sanksi, Rahbar mengatakan, "AS dan troika Eropa (Prancis, Jerman dan Inggris) yang menginjak-injak komitmennya di JCPOA, tidak lagi berhak menentukan syarat di kesepakatan nuklir. Mereka sama sekali tidak menjalankan komitmennya di JCPOA, oleh karena itu mereka dalam hal ini tidak berhak menentukan syarat atupun persyaratan dan pihak yang berhak menentukan syarat untuk berlanjutnya kesepakatan nuklir adalah Iran. Alasannya adalah Iran sejak awal telah menjalankan komitmennya di JCPOA. Republik Islam Iran menjalankan seluruh komitmennya, mereka sebaliknya tidak melakukan apapun tapi malah melanggarnya. Kita berhak menentukan syarat untuk melanjutkan JCPOA dan kami telah menentukannya dan kami katakan tidak ada yang mundur darinya; syarat tersebut adalah jika mereka menghendaki Iran kembali ke komitmen penuhnya di JCPOA- yang sebagian ditangguhkan secara bertahap- maka Amerika harus mencabut total sanksinya; bukan sekedar di ucapan atau di atas kertas, tapi secara praktis mereka harus mencabutnya dan kami akan menverifikasinya dan kami juga harus merasa sanksi telah dicabut. Maka saat itu kami akan kembali ke komitmen penuh di JCPOA.Ini adalah kebijakan pasti Republik Islam Iran dan didukung seluruh pejabat negara serta kami tidak akan mundur dari kebijakan ini."
Di akhir pertemuan Rahbar menekankan seluruh pejabat untuk satu suara dan mengatakan, kesatuan suara pejabat pemerintah dan rakyat merupakan faktor utama melewati beragam kesulitan selama 42 tahun terakhir. Dan kesatuan suara dan koordinasi ini harus berlanjut. Rahbar juga merekomendasikan angkatan bersenjata terus memproduksi kekuatan dan menekankan, "Dengan Rahmat Ilahi dan doa Imam Zaman, masa depan bangsa dan negara Iran pastinya akan lebh baik dari hari ini."
Mengenang Perjuangan Imam Hadi as
Kini, kita berada di hari syahadah Imam Ali al-Hadi as, imam kesepuluh Ahlul Bait. Pada 3 Rajab tahun 254 Hijriah di hari seperti ini Imam Hadi as mereguk cawan syahadah. Beliau dibunuh oleh anasir penguasa bani Abbasiah, setelah melihat keberadaan beliau menjadi ancaman bagi kekuasaannya.
Ahlul Bait Nabi Saw merupakan manusia sempurna dan yang dipilih oleh Allah Swt. Perilaku dan ucapan mereka menjadi teladan bagi kehidupan manusia dan manifestasi nilai-nilai ilahi. Mengenal teladan dan mengikuti cara hidup mereka bakal membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Salah satu pilar dasar imamah adalah pengetahuan Imam, dimana berdasarkan itu umat manusia dibebaskan dari tungku kehancuran. Karakter ilmiah Imam Hadi as dibentuk dari masa kecilnya dan sebelum mencapai keimamahan. Debat ilmiah, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang meragukan agama dan pelatihan murid-murid terkemuka adalah contoh paling menonjol dari ketinggian ilmu Imam Hadi as.
Sejak masih kecil, beliau telah memecahkan masalah fiqih yang kompleks, dimana banyak orang lebih tua dan ulama sedang berjuang untuk memecahkannya. Musuh yang berpikiran sederhana beranggapan dalam mengalahkan reputasi keilmuan beliau dengan mempersiapkan debat ilmiah, tapi yang terjadi hanya rasa malu yang diterima.
Kehidupan sosial dan politik Ahlul Bait menunjukkan betapa sensitifnya tanggung jawab yang mereka pikul dalam melindungi dan menyebarkan agama di tengah-tengah masyarakat. Periode kehidupan mereka penuh dengan peristiwa yang mengancam masyarakat Islam, akibat kebodohan masyarakat waktu itu atau oleh para penguasa zalim. Di masa kehidupan Imam Ali al-Hadi as muncul sejumlah pemikiran dan keyakinan di tengah-tengah umat Islam. Pembahasan seperti melihat Tuhan, keyakinan akan Jabr (Determinasi) atau sebaliknya lebih menekankan kebebasan manusia. Sebagian lagi justru cenderung pada tasawwuf yang kemudian berusaha merasuki pikiran masyarakat umum.
Munculnya fenomena seperti ini berasal dari perubahan dalam kebijakan budaya penguasa Bani Abbasiah dan serangan pemikiran filsafat materialistik dari bangsa-bangsa lain ke tengah masyarakat Islam. Para khalifah pasca Ma’mun telah mengalokasikan dana luar biasa untuk menerjemahkan buku-buku filsafat Yunani. Bahkan disebutkan bahwa para penerjemah mendapat upah emas seberat buku yang diterjemahkan.
Patut diketahui bahwa dana sebesar itu tidak seluruhnya untuk proyek pengembangan ilmu pengetahuan. Para penguasa Bani Abbasiah berusaha menyebarkan ilmu-ilmu non-Islam ke tengah-tengah umat Islam dan menyelenggarakan dialog-dialog ilmiah antara Ahlul Bait dan para pemikir guna merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan sejak awal. Mereka berusaha melemahkan pemikiran Ahlul Bait, tapi setiap kali mereka berusaha, selalu saja menemui jalan buntu.
Banyaknya mazhab pemikiran menyebabkan beragamnya pendapat yang berujung buruk pada pemisahan budaya di antara umat Islam. Para penguasa Bani Abbasiah memanfaatkan kondisi ini untuk melemahkan pemikiran dan keyakinan para pengikut Ahul Bait.
Di sini Imam Ali al-Hadi as dengan kecakapannya mampu membongkar strategi Bani Abbasiyah. Sekalipun Imam Hadi berada di bawah pengawasan ketat para penguasa Bani Abbasiah dan membatasi kesempatan beliau untuk berhubungan dengan para pengikutnya, Imam Hadi as secara cerdas menghadapi penyimpangan pemikiran mereka.
Keagungan karakter Imam Hadi as memaksa musuh dan teman mengakui dan menghormati beliau. Sebagian dari pengakuan ini berdasarkan pada kepribadian Imam itu, secara moral dan sebagian karena dimensi ilmiahnya adalah hasil dari keramat yang muncul dari dirinya. Sekaitan dengan hal ini, "Ibnu Shahr Ashoub" menulis, "Imam Hadi as adalah orang yang paling berakhlak dan jujur. Orang yang melihatnya dari dekat akan menyebutnya orang yang paling ramah dan bila mendengar apa yang diceritakan tentang beliau dari jauh, maka akan mendengarkan sifat manusia sempurna. Setiap kali Anda diam di depannya, kewibawaan dan kemuliaannya akan menarik Anda dan setiap kali Anda berbicara, kebesaran dan kemurahan hatinya terungkap kepada Anda. Beliau adalah keturunan dari Risalah dan Imamah dan pewaris kekhalifahan bak pohon penuh berkah risalah..."
Salah satu ajaran penting dan kunci dari pernyataan Imam Hadi as yang mencerahkan adalah perhatian yang diberikan kepada dunia fana dan perannya dalam mempromosikan kebahagiaan manusia. Imam Hadi as memperkenalkan dunia sebagai pasar di mana kelompok mendapat manfaat darinya dan kelompok lainnya merugi. Di mata Imam, yang tercela adalah keterikatan akan dunia dan cinta dunia, bukan dunia itu sendiri, tetapi karena manusia mencari keuntungan di pasar akan terikat pada dunia. Keterikatan pada kesenangan duniawi ini adalah sumber kesalahan manusia dan penderitaannya karena melakukan dosa. Penderitaan ini dalam materi yan fana dan keinginan duniawi, menghancurkan manusia dan menjadi sarana bagi kejatuhan dan kemerosotannya. Keuntungan dan kerugian pasar dunia bergantung pada banyak faktor dan keadaan.
Sebagian orang melihat dunia sebagai tempat peralihan dan mencoba membangun cadangan untuk akhirat di dunia. Mereka adalah orang yang di pasar dunia menempatkan metode Nabi Saw dan Ahlul Bait as yang melangkah di jalur penghambaan diri kepada Allah dan berusaha keras di jalan kebenaran dan keadilan. Orang-orang seperti ini akan sampai pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tetapi mereka yang menganggap dunia sebagai sesuatu yang permanen dan stabil, adalah tawanan hawa nafsu dan mengikuti setan serta dunia sebagai tujuannya. Mereka menjadi mainan dunia yang berkilau dan dosa yang mereka lakukan membuat mereka merugi dan akhirnya mereka mendapat azab ilahi di akhirat.
Imam Hadi as mengikuti secara penuh Sunnah Rasulullah Saw dan berusaha serius untuk merealisasikan persatuan umat Islam. Persatuan umat Islam merupakan prinsip dan nilai-nilai yang mendapat penegasan Nabi Muhammad Saw dan menurut beliau, kemuliaan dan kekuatan umat Islam di semua bidang berada di bawah cahaya persatuan dan solidaritas dalam menghadapi musuh bersama.
Imam Hadi as menerapkan mekanisme dan metode yang beragam untuk mempertahankan persatuan dan menciptakan koherensi di antara umat Islam. Salah satu mekanisme paling penting yang diterapkan beliau adalah penekanan akan dua prinsip bersama. Imam Hadi as sangat memperhatikan al-Quran dan perilaku Nabi Muhammad Saw sebagai dua prinsip bersama dalam kehidupan umat Islam dan bersandar pada keduanya dalam banyak kasus.
Dalam surat kepada para pengikut Syiah yang membahas mengenai perselisihan mereka, beliau menulis, "... Sesungguhnya seluruh umat Islam sepakat bahwa al-Quran itu benar dan tidak ada keraguan di dalamnya... Karenanya, ketika al-Quran bersaksi akan kebenaran sebuah riwayat, maka umat Islam harus mengakui riwayat tersebut. Karena ketika semua sepakat akan prinsip kebenaran al-Quran, keluarnya sekelompok umat Islam dari prinsip ini sama artinya dengan keluar dari umat Islam." Dengan demikian, sesuai dengan yang disampaikan Imam Hadi as, tidak ada satupun muslim yang meragukan prinsi al-Quran. Dari sini, bila al-Quran membenarkan sebuah berita, semua umat Islam harus menerimanya.
Imam Hadi as di sebagian urusan mazhab dan khususnya orang-orang Syiah menetapkan metode dan perilaku Rasulullah Saw sebagai parameter dalam pekerjaannya. Sebagai contoh, ketika sakit, beliau meminta kepada Abu Hasyim al-Ja'fari, seorang alim dan tokoh Syiah untuk mengirim seseorang dari yang dikenal dan Syiah ke Karbala untuk berdoa demi kesembuhan dirinya. Abu Hasyim mengutus seorang bernama Ali bin Bilal yang menerima perintah tersebut. Ia berkata, Imam sejajar dengan pribadi yang berada di Hair. Yakni, Imam Hadi as sejajar dengan Imam Husein sebagai Imam dan doa beliau untuk dirinya sendiri tentu lebih unggul dariku dan lebih cepat diijabahi.
Abu Hasyim mengabarkan berita ini kepada Imam dan sebagai jawabannya beliau berkata, "Nabi Muhammad Saw lebih mulia dari Ka'bah dan Hajar al-Aswad, tapi tetap mengitari dan thawaf mengelilingi Ka;bah dan mencium Hajar al-Aswad. Allah Swt memiliki tempat di bumi yang disukai agar manusia beribadah di sana dan di tempat-tempat yang diinginkan Allah ini, bila ada yang memohong kepada-Nya, pasti Allah kabulkan. Kuburan Imam Husein as termasuk salah satu dari tempat tersebut."
Imam Jawad, Teladan Keutamaan Ilmu dan Akhlak
Di bulan Rajab lahir pula manusia-manusia suci dan besar di sejarah umat Islam. Salah satunya adalah Imam Mohammad Jawad as.
Imam Muhammad Jawad lahir pada bulan Rajab 195 H dan mereguk cawan syahadat pada hari terakhir bulan Dzulqaidah tahun 220 H. Beliau menjadi imam di usia delapan tahun melanjutkan ayahnya yang syahid.
Imam Jawad sebagaimana ayahnya Imam Ridha memainkan peran penting dalam menjaga dan menyebarkan nilai-nilai agama Islam di tengah masyarakat. Beliau menyebarkan ilmu al-Quran, akidah, fiqh, hadis, dan ilmu keislaman lainnya. Salah satunya mengenai tafsir al-Quran. Imam Jawab menjawab pertanyaan mengenai makna dan tafsir sejumlah ayat al-Quran.
Imam Jawad memang berumur belia saat meninggalkan dunia yang fana. Namun usia 25 tahun yang beliau lewati telah meninggalkan warisan ilmu dan khazanah hikmah yang tak terbatas. Sejarah menyebutkan nama 150 orang yang pernah berguru kepada Imam Jawad as dan mendapat bimbingan beliau. Diantara mereka, nampak nama-nama para tokoh yang dikenal figur besar di bidang keilmuan dan fiqh.
Imam Jawad memiliki kepedulian yang besar kepada masalah ilmu dan pendidikan. Beliau pernah berkata, "Tuntutlah ilmu sebab mencari ilmu adalah kewajiban bagi semua orang. Ilmu mempererat jalinan antara saudara seagama dan simbol kemuliaan. Ilmu adalah buah yang paling sesuai untuk hidangan sebuah pertemuan. Ilmu adalah kawan dalam perjalanan dan penghibur dalam keterasingan dan kesendirian."
Beliau dalam sebuah riwayat mengatakan, "Empat hal yang menjadi faktor keberhasilan orang dalam melakukan perbuatan baik dan amal salih adalah kesehatan, kekuatan, ilmu dan taufik dari Allah Swt."
Keutamaan ilmu dan kemuliaan akhlak Imam Jawad begitu harum semerbak di tengah masyarakat, hingga penguasa yang merasa terancam dengan popularitas sang Imam merancang sebuah konspirasi untuk menjatuhkan citra beliau. Pada hari yang telah ditentukan, penguasa Abbasiyah bersama Yahya bin Aktsam memasuki majelis besar yang dihadiri oleh orang-orang terhormat, bangsawan, dan para pejabat pemerintahan. Kemudian, datanglah Imam Jawad as ke majelis itu. Orang-orang yang hadir di dalam majelis itu berdiri menyambut kedatangan beliau.
Makmun berkata kepada Imam Jawad, "Yahya bin Aktsam ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu." "Silahkan bertanya apa pun yang ia ingin ditanyakan", jawab Imam Jawad. Yahya mulai melontarkan pertanyaannya kepada Imam, "Apa pendapatmu tentang orang yang mengenakan pakaian Ihram dan berziarah ke Ka'bah, pada saat yang sama ia juga pergi berburu dan membunuh seekor binatang di sana?"
Imam Al-Jawad berkata, "Wahai Yahya, kau telah menanyakan sebuah masalah yang masih sangat umum. Mana yang sebenarnya ingin kau tanyakan; apakah orang itu berada di dalam Tanah Haram atau di luar? Apakah ia tahu dan mengerti tentang larangan perbuatan itu atau tidak? Apakah dia membunuh binatang itu dengan sengaja atau tidak? Apakah dia itu seorang budak atau seorang merdeka? Apakah pelaku perbuatan itu menyesali perbuatannya atau tidak? Apakah kejadian ini terjadi pada malam atau siang hari? Apakah perbuatannya itu untuk yang pertama kali atau kedua kalinya atau ketiga kalinya? Apakah binatang buruan itu sejenis burung atau bukan? Apakah binatang buruan itu besar atau kecil?"
Mendengar jawaban dari Imam Jawad yang saat ini berusia sangat muda, Yahya bin Aktsam, takjub dan dari raut mukanya terlihat ketidakberdayaannya. Ia pun mengakui keilmuan Imam Jawad.
Imam Jawad juga memiliki sahabat dan murid-murid yang berjasa dalam penyebaran keilmuan Islam. Di antaranya adalah Muhammad Bin Khalid Barqi yang menulis sejumlah karya di bidang tafsir al-Quran, sejarah, sastra, ilmu hadis dan lainnya.
Mengenai pentingnya Ilmu pengetahuan, Imam Jawad berkata, "Beruntunglah orang yang menuntut ilmu. Sebab mempelajarinya diwajibkan bagimu. Membahas dan mengkajinya merupakan perbuatan baik dan terpuji. Ilmu mendekatkan saudara seiman, hadiah terbaik dalam setiap pertemuan, mengiringi manusia dalam setiap perjalanan, dan menemani manusia dalam keterasingan dan kesendirian."
Imam Jawad senantiasa menyerukan untuk menuntut ilmu dan menyebutnya sebagai penolong terbaik. Beliau menasehati sahabatnya supaya menghadiri majelis ilmu dan menghormati orang-orang yang berilmu.
Mengenai pembagian ilmu, Imam Jawad berkata, "Ilmu terbagi dua, yaitu ilmu yang berakar dari dalam diri manusia, dan ilmu yang diraih dari orang lain. Jika ilmu yang diraih tidak seirama dengan ilmu fitri, maka tidak ada gunanya sama sekali. Barang siapa yang tidak mengetahui kenikmatan hikmah dan tidak merasakan manisnya, maka ia tidak akan mempelajarinya. Keindahan sejati terdapat dalam lisan dan laku baik. Sedangkan kesempurnaan yang benar berada dalam akal."
Imam Jawad menyebut ilmu sebagai faktor pembawa kemenangan dan sarana mencapai kesempurnaan. Beliau menyarankan kepada para pencari hakikat dan orang-orang yang mencari kesempurnaan dalam kehidupannya untuk menuntut ilmu. Sebab ilmu akan membantu mencapai tujuan tinggi baik dunia maupun akhirat.
Imam Jawad dalam salah satu pesan kepada para sahabatnya mengungkapkan, "Setiap kali Allah Swt menambah dan memperbanyak nikmat-Nya kepada seseorang, maka kebutuhan masyarakat terhadap Zat Yang Maha Kuasa ini juga semakin besar. Apabila manusia tidak mau menanggung jerih payah ini, yakni apabila manusia tidak mau berusaha untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, maka nikmat-nikmat tersebut akan dicabut."
Imam Jawad dikenal di tengah masyarakat dengan sifat rendah hati dan tawadhu, serta akhlakul karimah. Imam Jawad dikenal sangat dermawan dan lapang dada, dan dengan alasan inilah beliau dijuluki Jawad yang berarti sangat dermawan dan lapang dada. Tak seorang pun yang datang kepada beliau kembali dengan tangan hampa.
Imam Jawad selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat meski disampaikan melalui surat. Oleh karena itulah kecintaan kepada Imam selalu melekat di hati para pengikutnya, walaupun terdapat jarak yang jauh antara beliau dengan pengikutnya.
Imam Jawad berkata, "Allah Swt menganugerahkan nikmat-Nya yang berlimpah kepada sekelompok orang untuk disalurkan lewat derma kepada orang lain. Jika menolak berinfak, maka Allah akan menarik rezeki-Nya dari mereka."
Menurut beliau, harta adalah amanat yang diberikan Allah kepada sebagian hamba-Nya sebagai perantara atau untuk menjadi ujian bagi mereka. Karena itu, siapa saja yang mendapatkan harta dari Allah hendaknya memandang harta itu sebagai titipan Allah untuk mengabdi dan membantu orang lain. Dalam hadis yang lain, beliau berkata, "Anugerah pemberian Allah kepada hamba-Nya tidak akan bertambah banyak kecuali ketika kebutuhan orang lain kepadanya meningkat. Karena itu orang yang tidak sanggup menerima amanat ini dan tidak bersedia membantu orang lain, maka Allah akan menarik rezeki dari tangannya."
Basis Ideologis Revolusi Islam Menurut Rahbar
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rabu (17/2/2021) dalam pidato memperingati kebangkitan bersejarah rakyat Tabriz, Provinsi Azerbaijan Timur, menjelaskan sejumlah capaian besar Republik Islam.
Pada 18 Februari 1978, masyarakat Tabriz turun ke jalan-jalan bertepatan dengan 40 hari pembunuhan orang-orang Qum oleh pasukan rezim Shah Pahlevi. Mereka memprotes kediktatoran yang dilakukan rezim Shah dan menyuarakan gerakan anti-Shah.
Ayatullah Khamenei dalam pidatonya melalui konferensi video, menyapa masyarakat Tabriz dan Azerbaijan Timur, dan berkata, “Setiap tahun, kita biasa bertemu dengan kalian di Husainiyah ini (Husainiyah Imam Khomeini Tehran) dan saya senang atas kehadiran kalian semua. Sayangnya, tahun ini (kondisi) tidak memungkinkan untuk melakukannya dan ini adalah salah satu dari berbagai pasang surut dalam kehidupan.”
“Saya percaya bahwa jika bukan karena gerakan berani yang dilakukan oleh orang-orang Tabriz pada tanggal 29 Bahman (18 Februari 1978), maka gerakan berdarah masyarakat Qom mungkin secara bertahap dilupakan, seperti gerakan 15 Khordad yang secara bertahap sedang dilupakan. Tentu saja, setelah revolusi, ia dihidupkan kembali, tetapi sebelum revolusi orang-orang secara bertahap melupakan apa yang telah terjadi di Tehran, Qom, Varamin dan kota-kota lain pada 15 Khordad tahun 1342,” kata Rahbar.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei.
Menurutnya, kebangkitan rakyat Qum pada 19 Dey mungkin juga akan mengalami nasib yang sama jika masyarakat Tabriz tidak bangkit. Namun, rakyat telah menciptakan epik 29 Bahman dan memberikan semangat baru bagi gerakan revolusioner.
Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei mengucapkan selamat kepada semua masyarakat Tabriz dan Azerbaijan serta rakyat Iran atas datangnya bulan Rajab dan menyampaikan harapan agar setiap orang memperoleh manfaat dari berkah maknawi bulan ini.
Rahbar mencatat bahwa hal yang sangat penting adalah; Tabriz dan Azerbaijan selalu memiliki dua kriteria dan identitas yang permanen dan abadi. Pertama adalah ikatan yang kuat pada Islam dan kesalehan, dan kedua adalah komitmen yang kuat untuk Iran. Keduanya memiliki arti yang sangat penting bagi Islam dan Iran. Rakyat Azerbaijan selalu melawan orang-orang asing yang ingin mencabik-cabik berbagai bagian Iran di wilayah itu dan berhasil menjaga keutuhan negara.
Menurut Ayatullah Khamenei, Azerbaijan adalah benteng kuat Iran dalam melawan serangan asing. Kita selalu menjadi target serangan yang dilancarkan oleh para tetangga yang agresif - Tsar Rusia, Kekaisaran Ottoman, dan Uni Soviet. Jika bukan karena Azerbaijan dan Tabriz serta perlawanan, ketabahan dan pengorbanan mereka, maka serangan-serangan itu mungkin akan mencapai daerah-daerah tengah negeri ini. Azerbaijan adalah benteng yang kuat yang selalu menangkis dan menggagalkan serangan tersebut.
Azerbaijan khususnya Tabriz adalah daerah yang telah melahirkan para tokoh luar biasa di bidang sains, seni, dan politik. “Selama 150 tahun terakhir - saya belum mempelajari era sebelumnya – baik di bidang ilmu agama maupun ilmu alam – merupakan daerah teladan dan benar-benar menghasilkan para elit karena mendidik faqih, cendekiawan, orator, dan ilmuwan hebat. Jadi, Azerbaijan dikenal karena mengembangkan kepribadian luar biasa di bidang ilmiah dan seni,” jelasnya.
Ayatullah Khamenei kemudian bertanya, hal apa yang dapat memberikan identitas dan kekuatan pada suatu bangsa dan sebuah gerakan? Pertama, memiliki infrastruktur ideologis yang kokoh. Menurutnya, penyebab mengapa banyak negara yang telah melakukan revolusi dan bergerak melawan hegemoni, arogansi, penindasan serta tirani, kembali ke era sebelumnya setelah periode yang singkat – setelah periode lima tahun atau setelah 10 tahun – dan mengikuti jalur pendahulunya adalah karena mereka tidak memiliki infrastruktur ideologis yang kuat.
“Musuh utama kekuatan hegemonik adalah infrastruktur ideologis yang merupakan infrastruktur Islami. Infrastruktur ini berbasis ajaran Islam dan telah dijelaskan secara detail oleh Imam Khomaini ra,” tambahnya.
Selain itu, pelajaran berharga juga dapat dipetik dari para pemikir revolusioner kita, para pemikir seperti Shahid Muthahhari, Shahid Beheshti dan lainnya hingga sekarang. Para pemikir ini mendapatkan basis ideologis dari al-Quran dan ajaran Islam. Tentu saja, saya sangat yakin bahwa kekuatan intelektual pemerintahan Islam harus menyelesaikan dan melanjutkan jalan ini. Mereka harus meningkatkan, mempromosikan, dan memperbarui ideologi ini setiap hari karena dengan munculnya persoalan baru, maka diperlukan jawaban baru. Jawaban baru ini harus diberikan kepada orang-orang yang mencarinya, para peneliti dan pemuda.
“Hal ini (basis ideologis) perlu, tetapi dalam praktiknya kita juga memerlukan hal lain karena keberadaan infrastruktur saja tidak cukup. Lalu apa yang kita butuhkan dalam praktiknya? Rasa tidak takut, tidak kenal lelah, tidak berputus asa, dan tidak malas serta tidak terjebak dalam permainan musuh dan membantunya. Ini dibutuhkan dalam tindakan nyata,” ungkap Ayatullah Khamenei.
Dan kita harus siap berkorban di tempat yang tepat. Ini berarti bahwa dalam kasus-kasus tertentu, kita perlu berkorban dan mempertaruhkan nyawa kita. Seperti Syahid Soleimani yang siap mengorbankan nyawanya. Begitulah cara dia memasuki berbagai arena. Hal yang sama berlaku untuk syahid terkasih lainnya seperti Syahid Bakeri.
Dalam pandangan Ayatullah Khamenei, bangsa Iran di usi 42 tahun Revolusi Islam tetap tidak lelah meskipun ada banyak masalah. Buktinya adalah partisipasi luas masyarakat pada acara tasyi’ jenazah Syahid Soleimani dan juga selama acara pawai 22 Bahman tahun ini. Di tengah pandemi Corona, masyarakat melakukan inovasi baru dan tidak membiarkan pawai hari kemenangan Revolusi Islam dibatalkan.
“Kapan pun jihad ini ada, maka ia akan diikuti oleh bimbingan dari Allah Swt. Dengan kata lain, setiap kali jihad dan pengorbanan diri ada, Allah tidak akan meninggalkan kita sendirian. ‘Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.’ Ketika hamba-Nya menunjukkan ketekunan, maka Allah Swt akan memberikan petunjuk-Nya kepada mereka,” jelas Rahbar.
Selain bimbingan Ilahi, seseorang akan mendapatkan keuntungan berupa kesuksesan dan kemajuan. ‘Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)’ Kata Ma’an Ghadagha berarti memuaskan dahaga dengan air segar dan berlimpah. Para ahli tafsir mengatakan bahwa ungkapan ini berarti menyelesaikan semua masalah dalam hidup. Jika kalian menunjukkan ketabahan dan perlawanan – artinya tidak akan menyimpang dari jalan dan jika tetap mengambil jalan yang lurus – maka persoalan dalam hidup pasti akan terselesaikan dan kekurangan akan teratasi.
Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei mengatakan Revolusi Islam telah mengubah pengelolaan negara dari pemerintahan diktator, monarki, dan individualis menjadi pemerintahan yang populer, republik dan demokratis. Saat ini masyarakat bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri. Mereka-lah yang memilih. Mereka mungkin memilih dengan buruk, tetapi mereka-lah yang memilih. Ini masalah yang sangat penting. Sebelumnya, hak tersebut tidak ada dan negara adalah sebuah negara diktator. Semuanya ada di tangan rezim.
Berbicara mengenai kesepakatan nuklir JCPOA, Rahbar menandaskan, “Kami telah berbicara tentang kebijakan Republik Islam dalam JCPOA. Hal tertentu disampaikan dan janji tertentu dilontarkan. Saya hanya ingin mengatakan ini, ‘Kami telah mendengar banyak kata-kata dan janji manis, tetapi dalam praktiknya, mereka tidak dilaksanakan dan justru sebaliknya, mereka telah bertindak melawan janji-janji itu.’”
“Tidak ada gunanya berbicara. Tidak ada gunanya memberi janji. Kali ini hanya aksi nyata yang penting! Jika kami melihat tindakan di pihak lain, kami akan mengambil tindakan juga. Kali ini, Republik Islam tidak akan puas mendengar kata-kata dan janji ini dan itu,” pungkasnya.



























