کمالوندی

کمالوندی

Senin, 15 Januari 2024 15:07

Surat At-Taghabun 7-12

 

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (7) فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (8)

 

Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (64: 7)

 

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (64: 8)

 

Pada episode sebelumnya telah disebutkan pengingkaran orang kafir terhadap para nabi; Ayat-ayat ini mengatakan tentang pengingkaran terhadap Hari Kebangkitan: Mereka mengira tidak ada Hari Kebangkitan setelah kematian, berdasarkan anggapan mereka yang salah. Oleh karena itu, mereka tidak mempersiapkan diri untuk hadir di pengadilan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.

 

Rasulullah Saw ditugaskan untuk mengingatkan mereka dengan segala penekanannya bahwa kalian akan yakin bahwa kalian akan hadir pada hari kiamat, dan bahwa catatan amal-amal yang telah kalian kerjakan di dunia ini akan dibukakan dihadapan kalian pada hari kiamat dan akan menjadi dasar bagi azab dan kalian.

 

Lanjutan ayat tersebut menunjukkan bahwa jalan keluar dari pemikiran sesat tersebut adalah keimanan kepada Tuhan dan Nabi-Nya serta al-Quran yang diturunkan Tuhan. Ayat ini menyatakan, Tuhan menciptakan dunia berdasarkan ilmu dan kekuasaan-Nya dan mempunyai kendali penuh atas apa yang dilakukan makhluk-Nya. Oleh karena itu, tidak ada sesuatu pun yang melampaui pengetahuan-Nya dan Dia mengetahui segala tindakan kalian.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Orang-orang yang mengingkari kebangkitan, tanpa alasan atau bukti dan hanya berdasarkan spekulasi, telah menderita keyakinan yang salah dan mengingkari terjadinya kebangkitan.

2. Dunia adalah tempat amal dan akhirat adalah tempat perhitungan. Segala amal perbuatan manusia di dunia ini dicatat, dan pada hari kiamat nanti, dia akan diberi pahala atau siksa sesuai dengan amalnya.

3. Kebangkitan orang mati di Hari Kiamat dan kesadaran manusia akan apa yang telah mereka lakukan selama hidup mereka adalah hal yang sangat mudah bagi Tuhan sang pencipta dan Tuhan dunia yang besar ini.

4. Kekafiran dan kemusyrikan yang dilandasi sifat keras kepala terhadap kebenaran membawa manusia kepada kegelapan, namun ayat-ayat al-Quran membawa manusia keluar dari kegelapan dan menuntunnya kepada cahaya kebenaran.

 

يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (9) وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ خَالِدِينَ فِيهَا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (10)

 

(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar. (64: 9)

 

Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (64: 10)

 

Ayat-ayat tersebut merujuk pada salah satu ciri-ciri hari kiamat yang menjadi asal muasal nama surah ini, yaitu perasaan rindu, penyesalan, dan kehilangan manusia pada hari kiamat. Orang baik dan berbudi luhur menyesali mengapa mereka tidak berbuat lebih banyak perbuatan baik, dan orang jahat menyesali perbuatan buruk mereka, mengapa mereka melakukan kejahatan tersebut.

 

Dalam ayat tersebut, al-Qur'an mempertimbangkan cara untuk menerima rahmat dan ampunan Tuhan dengan menjauhi segala bentuk kekafiran, kemusyrikan, dan kemunafikan, dan mengatakan: Barangsiapa yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengerjakan amal saleh, maka Allah mengabaikan perbuatan buruknya dan mengampuninya, lalu Dia memasukkan mereka ke dalam surga yang kekal.

 

Tetapi orang-orang yang kekafirannya didasari oleh pengingkaran terhadap kebenaran, yakni mereka mengetahui dan memahami kebenaran, namun mereka belum bersedia menerimanya dan mengaku serta bertindak berdasarkan kebenaran tersebut, maka mereka terjebak dalam api neraka dan tidak ada jalan keluar darinya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Sebelum kesempatan itu hilang dan kita terjebak dalam penyesalan di hari kiamat, marilah kita beramal saleh dan menyenangkan dengan motif yang benar agar kita bisa mengambil manfaat keberkahannya di hari kiamat.

2. Di sisi Tuhan, perbuatan baik mendapat pahala dan juga membuat manusia diampuni dosa-dosanya.

3. Sebelum masuk ke Surga, manusia harus bersih dari polusi dan dosa. Seseorang dapat dibersihkan dari pencemaran dosa dengan rahmat dan ampunan Tuhan atau dengan menjalani masa hukuman di neraka.

4. Seluruh manusia ingin mencapai kebahagiaan, tapi kebahagiaan sejati hanya dapat diraih melalui perbuatan baik di dunia dan masuk ke surga ilahi.

 

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (11) وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (12)

 

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (64: 11)

 

Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (64: 12)

 

Dalam kehidupan semua manusia, mau atau tidak, timbul permasalahan dan musibah yang menimbulkan rasa putus asa, cemas, dan panik pada semua orang, namun orang yang beriman kepada Tuhan mengetahui bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat terjadi tanpa izin dan pengetahuan-Nya. Oleh karena itu, bersabarlah ketika ada musibah dan mengetahui bahwa Allah mengetahui keadaannya dan kesabarannya akan mendapat pahala.

 

Seorang mukmin tidak berhenti mentaati Allah dan Rasul karena musibah, sedangkan sebagian orang tidak demikian. Mereka beribadah kepada Tuhan pada saat senang, dan pada saat susah, mereka menganggap Tuhan sebagai penyebab kemalangan mereka dan meninggalkan shalat, puasa, dan kewajiban agama lainnya.

 

Tentu saja Tuhan dan Rasul tidak ingin manusia menaatinya dengan paksa. Oleh karena itu, tugas para nabi adalah menyampaikan risalah Ilahi agar manusia memahami kebenaran dan bertindak sesuai kehendaknya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Yang menjadikan hati manusia kuat dan tenang dalam menghadapi bencana dan musibah adalah keimanan kepada Tuhan. Seseorang yang beriman kepada Allah mengetahui bahwa Allah mengetahui sepenuhnya keadaannya, sehingga ia tidak putus asa, tetap percaya dan optimis dalam menghadapi masalah dan musibah.

2. Konsep-konsep yang tinggi seperti kesabaran, amanah, keridhaan, dan ketundukan termasuk di antara hal-hal yang menjadi pedoman hati orang mukmin, dan membuatnya kuat menghadapi musibah dan tidak patah hati.

3. Tugas para nabi adalah menyampaikan seruan Tuhan. Mereka tidak berhak memaksa masyarakat. Hal ini karena manusia diciptakan bebas, mereka memiliki pilihan untuk taat atau melanggar perintah Tuhan serta rasul-Nya.

Senin, 15 Januari 2024 15:07

Surat At-Taghabun 1-6

 

سورة التغابن

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1) هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (2)

 

Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (64: 1)

 

Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (64: 2)

 

Surat At-Taghabun diturunkan di Madinah dan terdiri dari 18 ayat. Pembahasan utama ayat ini mengenai asal mula penciptaan dunia, manusia dan persiapan menghadapi hari kiamat sehingga manusia tidak akan merugi.

 

Surah At-Taghabun, seperti beberapa surah al-Qur'an lainnya, diawali dengan puji-pujian dan pengagungan (tasbih) kepada Tuhan, tentunya tasbih selalu mendahului puji-pujian (Hamd). Dalam tasbih, kami menyakini Tuhan itu murni dan bebas dari setiap cacat dan ketidaksempurnaan serta tindakan bodoh dan kejam, tetapi dalam pujian (Hamd), kami berterima kasih dan memuji Dia atas kebesaran ciptaan dan luasnya berkah.

 

Segala makhluk di alam semesta memuji dan memuliakan Tuhan dengan mulut dan lidahnya serta bersaksi tentang ilmu, kekuasaan dan kedaulatan mutlak Tuhan Yang Maha Esa atas alam semesta. Namun sementara itu, sebagian orang tidak bertindak selaras dengan alam semesta dalam menggunakan otoritas dan kehendak yang Tuhan berikan kepada mereka; Artinya, mereka tidak bersedia memuji dan mengagungkan Tuhan bahkan tidak mengakui keberadaan-Nya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Dalam budaya al-Quran, seluruh makhluk baik padat, tumbuhan dan hewan, memiliki perasaan, dan berdasarkan perasaan tersebut, mereka mengetahui asal penciptaan dunia dan mengagungkan-Nya.

2. Sejumlah manusia memiliki keberadaan yang tidak merata; Mereka tidak beriman kepada Tuhan dan tidak mensyukuri nikmat-Nya.

3. Tuhan adalah penguasa Yang Maha Kuasa, berbeda dengan penguasa manusia yang tidak mampu melakukan banyak hal.

4. Manusia adalah makhluk yang memiliki hak untuk memilih, bukan dipaksa.

 

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (3) يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (4)

 

Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu). (64: 3)

 

Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (64: 4)

 

Dalam banyak ayat al-Quran ditegaskan bahwa penciptaan dunia dan manusia didasarkan pada ilmu dan hikmah serta memiliki tujuan, karena Tuhan tidak melakukan pekerjaan yang boros atau sia-sia. Tidak ada kepalsuan dalam pekerjaan Tuhan dan semuanya didasarkan pada kebenaran dan keadilan. Tentu saja dalam hal ini manusia mempunyai tempat yang istimewa dan Tuhan telah menciptakannya dalam wujud dan karakter yang terbaik.

 

Tidak diragukan lagi, penciptaan manusia sangatlah menakjubkan dan segala macam seni, keanggunan dan desain telah digunakan di dalamnya. Perlu disebutkan bahwa Tuhan menciptakan manusia dari air yang tak berharga dan membesarkannya di sebuah bengkel gelap yang disebut rahim dan menjadikan bentuk terbaik dan terindah di dalamnya.

 

Menariknya, setiap bagian tubuh manusia seperti kepala, wajah, mata, tangan, kaki, dan organ lainnya ditempatkan pada tempatnya yang tepat dan sesuai, serta perpaduan dan proporsinya membuat tubuh manusia menjadi indah, terutama wajahnya.

 

Sebagaimana Tuhan adalah asal mula alam semesta, semua orang kembali kepada-Nya dan tidak ada makhluk yang keluar dari jalur pasti ini.

 

Setelah penciptaan, Dia tidak meninggalkan manusia dan dunia sendirian, tetapi Dia selalu mengawasi dan merawat mereka. Tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauan pengetahuan-Nya dan Dia mengetahui semua hal yang terbuka dan tersembunyi dan bahkan motif batin seseorang.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Penciptaan dunia bukan kebetulan dan tanpa rencana, tapi dunia ini dan seluruh makhluknya, termasuk manusia diciptakan berdasarkan rencana dan tujuan tertentu.

2. Tuhan adalah awal dan akhir dunia dan dunia sedang bergerak menuju tujuan ilahi.

3. Tuhan juga mengetahui perbuatan rahasia manusia, dan juga pikiran, motivasi dan rahasia yang tersembunyi di hati mereka.

4. Jika seseorang mengetahui bahwa dirinya tidak sendirian di dunia ini, namun perbuatannya selalu dalam pengawasan Allah, maka ia akan terhindar dari kejahatan dan dosa serta lebih giat dalam beramal saleh.

 

أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ فَذَاقُوا وَبَالَ أَمْرِهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (5) ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (6)

 

Apakah belum datang kepadamu (hai orang-orang kafir) berita orang-orang kafir terdahulu. Maka mereka telah merasakan akibat yang buruk dari perbuatan mereka dan mereka memperoleh azab yang pedih. (64: 5)

 

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-Rasul mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: "Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?" lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (64: 6)

 

Pada ayat sebelumnya telah disebutkan kekafiran sekelompok orang; Ayat-ayat ini membahas akar kekafiran mereka dan mengatakan: Mereka mendengar kata-kata para Nabi yang jelas dan logis tentang menghindari kemusyrikan dan penyembahan berhala dan melihat mukjizat mereka, tetapi mereka mencari-cari alasan untuk tidak beriman.

 

Oleh karena itu, terkadang mereka berkata: Kami tidak mengikuti para nabi yang seperti kami. Keunggulan apa yang mereka miliki dibandingkan kita sehingga mereka harus menjadi pemimpin kita dan kita harus mengikuti mereka? Dan terkadang mereka berkata: Mengapa Tuhan ingin kita beriman, taat, dan beribadah?

 

Faktanya, kesombongan dan kecongkakan dan mungkin menganggap dirinya lebih unggul menyebabkan mereka tidak menerima kebenaran dan menghilangkan bimbingan Ilahi yang datang kepada mereka melalui para nabi. Siksaan atas kekafiran dan pengingkaran ini, yang disebabkan oleh sifat keras kepala, menimpa mereka di dunia dan mereka akan disiksa di akhirat pula.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Dalam al-Quran dianjurkan untuk mempelajari sejarah kaum terdahulu dan mengambil pelajaran dari nasib mereka.

2. Ada amalan yang membuat seseorang merasakan sebagian azab di dunia, dan tentu azab yang utuh akan ada di hari kiamat.

3. Orang kafir diazab karena mereka mendengar kebenaran dan memahaminya, tapi menentangnya karena kesombongan, serta menolak menerimanya.

Senin, 15 Januari 2024 15:06

Surat al-Munafiqun 7-11

 

هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ (7) يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ (8)

 

Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)". Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. (63: 7)

 

Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (63: 8)

 

Dalam episode sebelumnya telah dibicarakan mengenai sejumlah karakteristik orang-orang munafik dari sisi perkataan dan perilaku. Ayat ini membahas poin lain terkait orang munafik dan menyatakan, "Orang-orang munafik tidak hanya menolak membantu tujuan Rasulullah, namun mereka juga menghalangi orang lain untuk membantu para sahabat Nabi dengan berbagai dalih, sehingga mereka berpencar dari sekitar Rasulullah."

 

Umat ​​Muslim yang hijrah dari Mekah ke Madinah berada dalam kesulitan dalam hal perumahan, pakaian, dan makanan, sehingga setiap Muslim di Madinah membantu mereka dengan berbagai cara. Namun orang-orang munafik di Madinah, yang menganggap diri mereka lebih unggul dibandingkan para muhajirin, mengatakan kepada Muslim lain di Madinah untuk tidak membantu mereka, sehingga muhajirin kembali ke kota dan negara mereka sendiri.

 

Orang-orang munafik berpendapat bahwa mempunyai harta dan kekayaan adalah tanda kehormatan dan kewibawaan, dan kemiskinan dan kekurangan adalah sebab kehinaan, padahal harta dan kekayaan adalah amanah Allah di sisi orang kaya, sehingga menjadi jelas apakah mereka peduli terhadap yang membutuhkan dan tidak berdaya atau tidak? Sejatinya kehormatan dan kehinaan sejati manusia tergantung pada sejauh mana keimanan dan ketaatannya terhadap perintah-Nya, bukan pada kaya atau tidak.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Kemiskinan dan tekanan ekonomi tidak boleh membuat muslimin tercerai berai dari sisi pemimpin agama, karena ini yang diinginkan oleh musuh luar dan internal (munafikin).

2. Mereka yang menganalisis segala sesuatu berdasarkan kekuasaan, kekayaan, dan fasilitas material tidak mampu memahami kebenaran transendental dan di luar materi.

3. Mereka yang menganggap dirinya terhormat, sementara yang lain hina sejatinya sifat-sifat munafik telah merasuki dirinya.

4. Jika orang mukmin kukuh dan kuat imannya, maka Tuhan akan menjamin kehormatan dan keagungan mereka.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (9) وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (10) وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (11)

 

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (63: 9)

 

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (63: 10)

 

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (63: 11)

 

Ayat ini mengisyaratkan akar kemunafikan dalam diri seseorang, dan mengatakan, "Keterikatan pada istri dan anak di satu sisi, dan terlalu bergantung pada harta dan kekayaan di sisi lain, menyebabkan seseorang lalai mengingat Allah dan melupakan perintah-perintah-Nya, sehingga seseorang tampak beriman di luarnya, padahal didalamnya terperangkap dalam kekafiran dan kesyirikan."

 

Oleh karena itu, Allah berpesan agar umat beriman berhati-hati agar tidak terjebak dalam perangkap keterikatan dan ketergantungan pada dunia, yang menyimpang dari jalan kebenaran dan akan menderita kerugian dunia dan akhirat. Tidak ada sesuatu dan siapapun yang boleh menghalangi seseorang untuk menaati perintah Allah dan Nabi-Nya, bahkan istri dan anak-anaknya atau keinginannya untuk mencapai status, kekuasaan dan kekayaan.

 

Lalu apa solusi terhadap jebakan setan ini? Allah menyebutkan jalan keselamatan adalah dengan infak dan menghibahkan sebagian harta dan kekayaan semasa hidup, agar seseorang tidak merasakan penyesalan setelah meninggal dunia dan tidak berangan-angan kembali ke dunia untuk bersedekah dan beramal saleh. Karena permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi; Separti waktu kematian tidak pernah tertunda.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Orang beriman menganggap Allah lebih tinggi dan di atas segala sesuatu, dan bila perlu, ia menyerahkan segala sesuatunya di jalan Allah, baik itu harta benda, maupun isteri dan anak.

2. Kerugian terbesar manusia dalam hidup yang menjadi sumber dari semua kerugian adalah melupakan Tuhan dan lalai dari mengingat-Nya.

3. Terhadap orang-orang munafik yang menghalangi orang-orang mukmin untuk menolong orang lain, Allah menganjurkan orang-orang mukmin untuk beramal dan bersedekah guna menghilangkan ruh keduniawian (keterikatan pada dunia) yang menjadi sumber utama kemunafikan dari hati orang-orang mukmin.

Senin, 15 Januari 2024 15:05

Surat al-Munafiqun 1-6

 

سورة المنافقون

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ (1) اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (2)

 

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (63: 1)

 

Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (63: 2)

 

Surat al-Munafiqun diturunkan di Madinah dan terdiri dari 11 ayat. Pembahasan utama ayat ini mengenai sifat munafik dan karakteristik orang-orang munafik.

 

Selama Nabi berada di Mekah, beriman kepada beliau tidak membawa dampak apa pun bagi orang-orang mukmin kecuali penyiksaan dan penganiayaan oleh kaum musyrik dan hilangnya hak-hak sosial tertentu. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang jujur ​​dalam menyatakan keimanannya. Namun setelah hijrahnya Nabi dan umat Islam ke Madinah dan bangkitnya umat Islam, sebagian orang yang tidak beriman kepada Nabi di dalam hatinya, demi mempertahankan kedudukan sosialnya, mengungkapkan Islam dan keimanan dalam lisan. Akibatnya, jumlah orang munafik di masyarakat berangsur-angsur meningkat. Oleh karena itu, ciri-ciri orang munafik disebutkan dalam surat-surat yang diturunkan di Madinah.

 

Salah satu ciri orang munafik adalah menyalahgunakan sakralitas agama untuk mencapai tujuannya. Sebagaimana mereka membangun masjid di Madinah dan meminta Rasulullah hadir untuk meresmikannya, namun Allah menyebutnya sebagai masjid yang merugikan, sehingga menimbulkan perpecahan dan perselisihan di kalangan umat Islam. Ayat-ayat ini juga mengacu pada penggunaan sumpah oleh orang-orang munafik atas nama Tuhan untuk menipu orang dan membenarkan diri mereka sendiri.

 

Dari dua ayat tadi terdapat lima pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Nifak adalah sebuah kebohongan praktis, di mana seseorang kafir dalam hatinya, tapi secara lisan mengungkapkan keimanan.

2. Kata-kata manis dan sanjungan adalah cara-cara orang munafik. Oleh karena itu, kita tidak boleh senang dengan ekspresi pengabdian dan persahabatan apa pun serta klaim persahabatan dan dukungan dan selalu berhati-hati terhadap orang yang menyanjung.

3. Kita harus menjauhi orang-orang yang suka bersumpah dan banyak menekankan ucapannya, karena orang-orang seperti ini biasanya adalah orang munafik dan pembohong.

4. Kebenaran suatu perkataan adalah satu hal, namun kejujuran pembicara dalam mempercayai perkataan itu adalah soal lain. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati terhadap orang-orang munafik yang terkadang di luarnya mengatakan kebenaran.

5.Munafikin berusaha menghalangi jalan Tuhan dan mencegah penyebaran agama dengan berbagai cara, seperti mematahkan persatuan umat Muslim dengan membangun Masjid Dhirar, merusak pasukan dengan meninggalkan medan perang, serta menghancurkan perekonomian dengan memperingatkan masyarakat untuk tidak membantu agama Tuhan.

 

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ (3) وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (4)

 

Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (63: 3)

 

Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (63: 4)

 

Ayat ini mengisyaratkan perbedaan zahir dan batin orang munafik, dan mengatakan, zahir mereka menipu dan ucapannya sangat menarik dan manis, serta menarik setiap pendengar. Namun mereka dalam batinnya adalah kafir dan syirik, serta jauh dari jalan keimanan dan tidak mendapat petunjuk ilahi.

 

Mereka adalah mayat-mayat tak berjiwa yang penampakannya memenuhi mata orang-orang, namun di dalamnya mereka tak berotak dan kosong, dan mereka adalah orang-orang pengecut yang karena takut akan nyawa mereka, menganggap perkataan orang lain berbahaya bagi mereka dan menentang mereka. Orang munafik hanya berharap perkataannya didengar dan diterima.

 

Allah memerintahkan Nabi dan para pengikutnya untuk berhati-hati agar tidak tersihir dengan penampilan cantik dan kata-kata menyihir orang-orang munafik dan ketahuilah bahwa mereka batinnya adalah musuh orang-orang mukmin, meskipun mereka secara lahiriah menyatakan persahabatan. Mereka layak menerima laknat orang-orang mukmin di dunia dan siksa Tuhan di akhirat.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Orang yang mengetahui kebenaran tapi tidak menerimanya, sejatinya telah mengunci hatinya dan membuat dirinya tidak menerima kebenaran.

2. Munafikin adalah musuh yang hidup di tengah orang-orang mukmin. Mereka adalah musuh internal, dan lebih berbahaya dari musuh luar, karena mereka misterius dan tidak dikenal, serta sulit untuk mengenali mereka. Oleh karena itu, melawan mereka cukup sulit.

3. Kita tidak mengetahui batin seseorang, meski demikian kita tidak boleh hanya cukup dengan zahir mereka dan jangan tertipu dengan penampilan luarnya. Entah mereka cantik dan menarik dari segi rupa dan penampilan, atau mereka tampak sebagai orang yang beriman, bersahaja, dan berakhlak. Tolok ukur adalah kinerja seseorang.

 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ (5) سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (6)

 

Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri. (63: 5)

Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (63: 6)

 

Seperti yang sebutkan sejarah, sejumlah munafikin Madinah melontarkan kata-kata tak pantas terkait Rasulullah Saw dan pengikutnya, tapi mereka menepisnya di hadapan Nabi, dan menolak untuk meminta maaf kepada Nabi dan orang mukmin. Akar dari perilaku mereka ini adalah kesombongan yang menganggap dirinya lebih besar dan terhormat, sementara orang lain adalah hina.

 

Wajar mereka yang tidak menyesal atas perbuatan buruknya dan menganggap dirinya tidak bersalah, tidak ingin meminta pengampunan Tuhan. Bahkan permintaan ampunan Rasul bagi mereka juga tidak efektif, dan rahmat serta ampunan ilahi tidak mencakup orang-orang seperti ini.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Kita harus berusaha untuk menyelamatkan orang bersalah dan berdosa, serta membuka jalan tobat bagi mereka.

2. Mari kita membuka jalan untuk menerima ampunan ilahi dengan bertawassul kepada Nabi dan beristigfar kepada beliau.

3. Takabbur dan sombong adalah indikasi nyata orang munafik. Mereka menganggap dirinya tidak bersalah, serta menganggap dirinya paling benar.

4. Sombong dan menolak kebenaran membuat manusia semakin jauh dari hidayah dan rahmat luas ilahi.

Senin, 15 Januari 2024 15:05

Surat al-Jumua 6-11

 

قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (6) وَلَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (7) قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (8)

 

Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar". (62: 6)

 

Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. (62: 7)

 

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (62: 8)

 

Pada episode sebelumnya telah dibahas tentang kaum Yahudi yang meninggalkan ajaran kitab sucinya yaitu Taurat dan hanya menghormati tampilannya saja. Ayat-ayat ini mengatakan: Namun, mereka menganggap diri mereka sebagai umat pilihan Allah dan menganggap diri mereka bebas dari hukuman dan siksa apa pun. Ayat-ayat ini menyatakan, Jika kamu benar dalam pernyataan ini dan mempunyai keyakinan seperti itu, mengapa kamu begitu terikat pada dunia dan takut mati?

 

Jika kalian adalah sahabat dan orang yang dicintai Tuhan, maka kalian harus rela mati agar kalian dapat bertemu Tuhan sesegera mungkin dan mendapatkan berkah istimewa dari-Nya. Sebagaimana Imam Ali as pernah berkata: Kecintaanku terhadap kematian lebih besar daripada kecintaan seorang bayi terhadap payudara ibunya. Namun orang-orang berdosa dan penjahat tidak pernah menginginkan kematian, karena mereka tahu betapa tidak layaknya perbuatan mereka di dunia ini dan Allah mengetahui segala perbuatan mereka. Tentu saja kematian tidak ada di tangan manusia, sebagaimana halnya kelahiran manusia tidak ada di tangannya sendiri, dan setiap orang hendaknya mempersiapkan diri untuk menjawabnya di Hari Kebangkitan.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Persiapan menghadapi kematian adalah cara terbaik untuk mengukur keimanan para penganut agama dan penyembah Tuhan.

2. Salah satu bencana orang beragama adalah mengira dirinya sebagai salah satu wali Allah dan menyombongkannya kepada orang lain.

3.Akar dari ketakutan akan kematian dan lari darinya adalah perbuatan buruk dan tak pantas manusia, oleh karena itu, orang-orang yang suci dan saleh tidak takut mati.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (9) فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (10) وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (11)

 

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (62: 9)

 

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (62: 10)

 

Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (62: 11)

 

Pada masa Rasulullah Saw, pada hari Jumat ketika Nabi sedang membaca khutbah Jumat, sebuah kafilah dagang memasuki Madinah dan mengumumkan kedatangannya dengan genderang dan simbal. Sebagian besar jamaah, agar tidak kehabisan barang yang diinginkan dan tidak hilang, meninggalkan Nabi sendirian saat beliau sedang berkhutbah dan bergegas menuju kafilah untuk membeli barang.

 

Seraya mengutuk perilaku seperti itu, ayat-ayat ini menekankan pentingnya shalat Jumat dan mengatakan: Salah satu tanda religiusitas adalah meninggalkan urusan duniawi saat shalat dan mengingat Tuhan. Seseorang yang beriman tidak mendahulukan jual beli dari menunaikan shalat di awal waktunya, tapi ketika mendengar azan, ia meninggalkan pekerjaan sehari-harinya dan bergegas menuju shalat berjamaah.

 

Sayangnya, saat ini masih banyak orang yang mengaku beriman yang lebih mengutamakan pekerjaan duniawi dibandingkan kewajiban agama, termasuk menunda salat. Sedangkan al-Qur'an mengatakan: Kebaikan dunia dan akhirat adalah mendahulukan salat di atas aktivitas lain dan menunda aktivitas lain demi salat.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Menghadiri shalat Jumat dan berjamaah muslim adalah salah satu tanda-tanda iman.

2. Tidak ada pekerjaan atau kesibukan yang menghalangi orang untuk berpartisipasi dalam shalat Jumat. Selama salat Jumat, pasar dan tempat usaha harus ditutup sementara agar motif duniawi tidak menghalangi orang untuk menghadiri acara keagamaan penting ini.

3. Agama tidak menentang kehidupan duniawi manusia. Oleh karena itu, setelah selesai shalat Jumat, beliau memerintahkan mereka untuk berbisnis dan berusaha mencari penghidupan yang halal.

4. Keselamatan sejati dicapai dengan menaati perintah Allah, yang menjadikan dunia dan akhirat sebagai jalan yang layak bagi manusia.

Senin, 15 Januari 2024 15:04

Surat Al-Jumu'a 1-5

 

سورة الجمعة

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (1)

 

Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (62: 1)

 

Surat Al-Jumu'a diturunkan di Madinah dan terdiri dari 11 ayat. Pembahasan utama ayat ini mengenai tujuan pengutusan nabi, kesiapan untuk menghadapi kematian dan anjuran untuk menunaikan salat Jumat.

 

Surat ini seperti surat sebelumnya, diawali dengan pujian dan tasbih kepada Tuhan, dan menyebutkan pujian seluruh makhluk di alam semesta kepada sang pencipta. Dalam budaya al-Quran, seluruh makhluk memiliki kecerdasan tertentu, bukan saja mereka mengenal penciptanya, bahkan mereka bertasbih kepada-Nya. Tapi kita manusia tidak mampu memahami tasbih mereka. Oleh karena itu, al-Quran di ayat ke-44 Surat al-Isra' menyebutkan, ".... kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka."

 

Kelanjutan ayat ini menekankan bahwa Ia bukan saja pencipta alam semesta, tapi juga penguasa seluruh alam dan mengelola dunia, tapi bukan seperti penguasa manusia yang umumnya mereka zalim dan tidak adil. Ia adalah penguasa yang kekuasaan-Nya tidak memiliki kekurangan dan cacat, dan bersih dari segala bentuk kezaliman terhadap hamba-Nya, karena Ia Maha Agung dan Bijaksana, serta mengelola alam semesta berdasarkan ilmu dan hikmah.

 

Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Seluruh makhluk alam semesta, baik di bumi dan langit, nyata atau tersembunyi, padat, tanaman dan hewan seluruhnya bertasbuh kepada Tuhan.

2. Pengelolaan alam semesta berdasarkan pengetahuan dan hikmah sangat luas Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang dapat menolak kehendak-Nya. Karena pemerintahannya disertai dengan kekuatan dan kebijaksanaan, dan Ia tidak terkalahkan.

 

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (2) وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (3) ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (4)

 

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (62: 2)

 

dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (62: 3)

Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar. (62: 4)

 

Ayat ini menyebutkan tujuan pengutusan Rasulullah Saw, dan menyatakan, Tuhan memilih satu orang di antara kaum Arab yang buta huruf, sesat dan penuh takhayul dalam kehidupannya sebagai utusan-Nya.

 

Risalahnya adalah memberi petunjuk kepada kaum ini, dan berdasarkan ayat al-Quran, pertama-tama kaum Arab dibersihan dari akhlak dan perilaku buruk, dan kemudian mereka dapat meraih derajat tinggi dan pertumbuhan dengan mengajarkan kepada mereka ajaran kitab samawi serta kata-kata dan ungkapan bijak.

 

Tentunya risalah dan ajaran nabi ini tidak terbatas para warga Mekah dan Semenanjung Arab, tapi mencakup semua orang yang kemudian beriman kepadanya, dan meneriman seruannya, mereka akan mendapat manfaat dari ajaran dan pendidikannya, dan hal ini akan terus berlanjut hingga hari Kiamat.

 

Pengutusan seluruh nabi sepanjang sejarah, khususnya nabi terakhir, Nabi Muhammad Saw adalah nikmat dan rahmat Allah yang terbesar kepada umat manusia, yaitu menyelamatkan manusia dari berbagai adat istiadat dan keyakinan yang penuh kesesatan dan penuh ifrath-tafrith (berlebihan), serta mereka dibimbing menuju kebahagiaan berdasarkan wahyu Ilahi dan akal sehat.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Pengutusan para nabi adalah faktor pertumbuhan, gerakan dan kesempurnaan masyarakat manusia.

2. Pengutusan seseorang untuk memberi petunjuk masyarakat yang berada di puncak kebodohan dan kesesatan adalah sebuah mukjizat ilahi.

3. Penyucian diri (Tazkiyah) harus dilakukan di bawah bimbingan ayat al-Quran dan sunnah Rasul, bukan aliran pemikiran manusia dan ilmu tasawuf (irfan) palsu.

4. Risalah Rasulullah Saw tidak terbatas bagi etnis Arab atau masyarakat di zaman beliau, tapi mencakup seluruh manusia, dari etnis dan kaum mana pun, serta membawa seluruh manusia yang mencari kebenaran ke arah kebahagiaan dan keselamatan.

 

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (5)

 

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (62: 5)

 

Di ayat sebelumnya dibicarakan mengenai pengurusan Rasulullah di antara warga Mekah; Ayat ini memperingatkan muslimin untuk berhati-hati jangan sampai seperti kaum Yahudi yang diberi kitab Taurat dan diwajibkan untuk mengamalkan ajarannya, tapi sekelompok orang tidak melakukannya dengan benar dan hanya berpura-pura melaksanakannya. Sekelompok lainnya berperilaku sebaliknya dan bertolak belakang dengan ajaran Taurat, serta mendustakan ayat-ayatnya dan menyebutnya tidak benar.

 

Hewan yang mengangkut buku, hanya merasakan bobotnya saja, dan tidak memanfaatkan isinya. Begitu juga seorang muslim yang membawa al-Quran di berbagai acara, mencium dan menghormatinya, hanya merasakan beratnya saja. Orang seperti ini tidak memanfaatkan ajaran al-Quran dan bimbingan ilaghi dalam kehidupannya.

 

Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Al-Quran menyamakan manusia yang lalai dan orang pandai yang tidak mengamalkan ajaran kitab ini seperti hewan, karena mereka tidak memanfaatkan akal dan wahyu dengan benar.

2. Membaca al-Quran harus sampai pada tahap pengamalan sehingga benar-benar bermanfaat; Jika tidak maka manusia akan mendapat teguran Tuhan.

3. Tidak mengamalkan ajaran kitab samawi sebuah bentuk pendustaan amal perbuatan mereka, dan membuat manusia tidak mendapatkan petunjuk ilahi.

Senin, 15 Januari 2024 15:03

Surat As-Saff 7-14

 

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (7) يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (8) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (9)

 

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. (61: 7)

 

Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (61: 8)

 

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (61: 9)

 

Di episode sebelumnya diisyaratkan kabar gembira yang disampaikan Nabi Isa as akan kedatangan nabi setelahnya. Ayat ini mengatakan, sebagian ahli kitab yang diseru oleh Nabi Muhammad Saw untuk memeluk Islam telah berdusta kepada Tuhan, dan mengatakan, Tuhan tidak mengutusmu sebagai nabi. Melalui perbuatanya ini, mereka telah membuat dirinya menjauh dari petunjuk dan hidayah Tuhan, dan menzalimi dirinya sendiri.

 

Mereka mengira cahaya Ilahi itu seperti cahaya lilin yang bisa mereka tiup dengan mulut. Padahal Allah berkehendak cahaya pentunjuk-Nya menyinari seluruh alam seperti matahariu melalui Rasulullah Saw,dan menjadikan Islam menguasai semua agama dan mazhab, dan jelas tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi terpenuhinya kehendak Allah.

 

Sejarah menunjukkan selama 1400 tahun lalu, meski ada berbagai rintangan dan kendala yang diciptakan musuh, Islam terus berkembang dan komunitas Islam baik di Timur maupun di Barat terus bertambah.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat lima pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Ketidakadilan terbesar terhadap umat manusia adalah menghalangi firman Tuhan yang jelas mencapai telinga manusia dan ajaran para nabi ilahi tidak dapat diterapkan dalam masyarakat manusia.

2. Menurut ungkapan al-Quran, agama adalah cahaya, yakni sarana untuk mengetahui dan menemukan jalan, tumbuh dan bergerak.

3. Musuh-musuh agama selalu berusaha mematikan cahaya petunjuk dan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya.

4. Di antara semua agama dan aliran, hanya agama Islam yang abadi dan keunggulannya terhadap agama lain karena kebenaran yang dimilikinya.

5. Tak diragukan lagi, kemenangan kebenaran atas kebatilan adalah kehendak Tuhan, dan kehendak ini mengalahkan keinginan dan kehendak orang-orang kafir dan musyrik.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (13)

 

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (61: 10)

 

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (61: 11)

 

Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (61: 12)

 

Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (61: 13)

 

Dalam ayat sebelumnya dibicarakan mengenai konspirasi musuh terhadap Islam. Ayat ini mendorong orang-orang mukmin untuk menjalankan kewajiban agamnya dalam menghadapi musuh. Ayat ini mengatakan, kalian yang mengklaim beriman dan menganggap sebagai pengikut Rasulullah Saw, maka berjihadlah untuk melindungi agama Tuhan, dan jangan segan-segan mengorbankan harta dan nyawa di jalan ini. Ketahuilah bahwa apa yang kalian berikan di jalan ini, Tuhan akan membelinya dan dengan harga paling tinggi.

 

Jika musuh menggunakan segala cara dan fasilitas untuk menghancurkan Islam dan umat Islam, kalian harus mengerahkan seluruh sumber daya kalian untuk melawan mereka dan ketahuilah bahwa dunia dan akhirat kalian bergantung pada upaya dan jihad kalian. Jika kamu menunaikan kewajibanmu, kamu akan meraih kemenangan di dunia dengan pertolongan Ilahi, di akhirat nanti kamu akan mendapat rahmat dan ampunan Tuhan, kamu akan terbebas dari neraka, dan kamu akan masuk surga yang kekal dan penuh berkah.

 

Dari empat ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Perdagangan tidak hanya terbatas pada urusan materi; Transaksi dengan Tuhan dan mengikuti rasul-rasulnya adalah perdagangan menguntungkan yang memberi manfaat bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat, menjamin mereka hidup penuh berkah dan kenyamanan.

2. Orang mukmin selain menjaga agamanya, juga harus siaga dan siap mengorbankan harta serta nyawanya untuk melindungi agama Tuhan dari konspirasi musuh.

3. Pejuang di jalan Tuhan mencapai salah satu dari dua hal baik: menjadi syuhada dan memasuki surga abadi, yang merupakan keselamatan besar, atau mereka mengalahkan musuh dengan pertolongan Tuhan, yang juga merupakan kesuksesan penting dan berharga.

4. Dalam pandangan orang beriman, menjaga agama lebih penting dari harta dan nyawa. Oleh karena itu, mereka siap mengorbankannya di jalan Tuhan.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآَمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ (14)

 

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (61: 14)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya yang menyeru orang mukmin untuk berjihad di jalan Tuhan, ayat ini mengatakan, jadilah penolong Tuhan sepanjang hidup kalian dan dalam segala situasi. Jelas sekali bahwa Allah tidak membutuhkan pertolongan kita manusia, dan penafsiran ini berarti menolong agama Allah, para nabi, dan para wali Ilahi.

 

Membantu agama Tuhan mempunyai dua aspek: yang pertama adalah mencoba menyebarkan Islam ke seluruh dunia, dengan menggunakan berbagai fasilitas dakwah dan media; Dan yang lainnya adalah mengetahui rencana dan konspirasi musuh-musuh Islam serta menghadapinya dengan serius dan penuh perhitungan.

Kelanjutan ayat ini mengisyaratkan contoh menolong agama Tuhan, dan mengatakan, Nabi Isa as juga meminta pertolongan dari hawariyyun yang terdiri dari 12 murid dan mubalignya, dan mereka juga menyatakan kesiapannya. Tapi nantinya sebagian dari mereka mundur dari penolong Nabi Isa as, dan berbalik menolong musuh beliau. Tapi Tuhan membuat orang-orang beriman menang atas musuh-musuh mereka.

 

Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Memiliki keyakinan (iman) dan menjaganya saja tidaklah cukup; Sebaliknya, kita harus berusaha menyebarkan agama Tuhan di dunia.

2. Jika kita membantu agama Tuhan, maka Tuhan juga akan menolong kita dan membuat kita menang atas musuh.

Senin, 15 Januari 2024 15:02

Surat As-Saff 1-6

 

سورة الصف

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (1) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)

 

Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (61: 1)

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (61: 2)

 

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (61: 3)

 

Hari ini kita akan mengkaji bersama tafsir Surat As-Saff. Surat ini juga diturunkan di Madinah dan terdiri dari 14 ayat. Pembahasan utama ayat ini mengenai kesiapan untuk membela agama Tuhan dan berjihad. Jika hal ini dilakukan maka janji Tuhan akan kemenangan Islam atas agama-agama lain pasti akan terealisasi.

 

Surat ini seperti sejumlah surat lainnya diawali dengan tasbih kepada Tuhan, dan sejatinya menekankan hakikat bahwa seluruh makhluk di alam semesta menjadi saksi atas kesucian Tuhan dari selaga bentuk kekurangan, cacat, kezaliman dan kebodohan, serta mereka meyakini Tuhan tidak membutuhkan apa pun.

 

Kelanjutan ayat ini menyeru orang mukmin untuk memperhatikan satu prinsip penting ajaran agama, dan mengatakan, klaim tanpa amal tidak memiliki nilai, tapi juga akan menimbulkan kemurkaan Tuhan. Sejumlah dari kalian dalam kondisi normal mengatakan, jika diperlukan, saya siap mengorbankan nyawa dan harta di jalan Tuhan, supaya agama Tuhan tetap terjaga, tapi ketika musuh mulai menyerang serta dibutuhkan untuk membela agama dan berjihad, kalian mundur dan menolak memasuki medan pertempuran.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Dalam budaya al-Quran, keberadaan memiliki semacam kecerdasan dan kesadaran, dan dengan mengagungkan dan mengabdikan Tuhan yang Esa, hal itu membuktikan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya.

2. Klaim beriman dan beragama saja tidak cukup, tapi diperlukan amal dan tindakan untuk membuktikan klaim tersebut.

3. Mereka yang meneriakkan slogan mendukung agama dengan mulutnya, tapi dalam praktiknya tidak melakukan apa pun, jangan mengira ia telah berhasil menipu Tuhan. Orang seperti ini akan mendapat murka Tuhan baik di dunia maupun di akhirat.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (4)

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (61: 4)

 

Di ayat sebelumnya dibicarakan mengenai orang-orang yang, dengan klaim mereka tanpa tindakan, menjadikan diri mereka penyebab murka dan kemarahan Tuhan. Ayat ini mengatakan: Tetapi orang-orang yang beramal dan membuktikan klaimnya, telah menerima rahmat dan rahmat Allah yang istimewa, sehingga mereka menjadi kekasih Allah.

 

Di dunia akan senantiasa terjadi perang dan konfrontasi. Pertengkaran ini biasanya untuk meraih kekuasaan dan kekayaan lebih, serta mendominasi negara lain, merebut wilayah mereka dan kekayaannya.

 

Wajar jika friksi antar umat muslim dan tercerai berainya mereka menjadi peluang bagi musuh dan membuat orang mukmin semakin lemah dalam menghadapi agresi musuh. Oleh karena itu, ayat ini menekankan persatuan orang-orang beriman dan menyebutnya sebagai kunci kemenangan.

 

Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Tidak mungkin meraih keridhaan dan kecintaan Tuhan tanpa jihad dan berusaha di jalan-Nya.

2. Dalam menghadapi musuh dan tiran, semua perbedaan etnis, bahasa dan mazhab harus disingkirkan, dan harus bersatu dalam melawan musuh.

 

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (5) وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (6)

 

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (61: 5)

 

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (61: 6)

 

Ayat ini menyebutkan sikap Bani Israel dalam memperlakukan dua utusan Tuhan, Nabi Musa as dan Nabi Isa as, serta menyatakan, sejumlah orang yang beriman kepada Nabi Musa as, menyakiti beliau dengan menghina, menisbatkan hal-hal yang tidak baik serta tidak menaatinya. Orang-orang ini malah menyebabkan perpecahan di antara orang-orang beriman ketimbang bersatu.

 

Jelas bahwa perilaku zalim terhadap sosok yang mereka yakini sebagai nabi akibatnya adalah mereka semakin jauh dari petunjuk dan hidayat Tuhan, dan akhirnya kelompok ini akan bernasib buruk.

 

Nabi Isa as juga menganggap dirinya seorang nabi di antara dua nabi ilahi; Beliau membenarkan kitab-kitab dan ajaran Nabi sebelum beliau dan mengumumkan kedatangan Nabi setelah beliau. Namun, mereka menyangkalnya dan menyebut mukjizatnya sebagai sihir.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Mengenal sejarah bangsa-bangsa dan nabi-nabi terdahulu bersifat mendidik dan menjadikan orang yang beriman tahan dan kuat menghadapi rintangan dan kesulitan.

2. Perkataan dan tingkah laku yang menyakiti dan menyiksa para nabi dan wali Allah menyebabkan manusia kehilangan petunjuk Ilahi dan menyebabkan penyimpangannya dari jalan yang benar.

3. Tujuan seluruh nabi adalah satu, oleh karena itu, mereka tidak saling bersaing. Mereka memberi kabar gembira akan kedatangan nabi setelahnya, dan mewasiatkan manusia untuk beriman kepada nabi tersebut.

4. Dalam sistem pendidikan ilahi, ada banyak kelas untuk pertumbuhan dan keunggulan manusia. Setiap kelas merupakan perkenalan dengan kelas berikutnya dan setiap guru mengkonfirmasi guru sebelumnya.

Senin, 15 Januari 2024 15:02

Surah al-Mumtahina 7-13

 

عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً وَاللَّهُ قَدِيرٌ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (7) لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (9)

 

Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (60: 7)

 

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (60: 8)

 

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (60: 9)

 

Dalam episode sebelumnya dibahas mengenai pemutusan hubungan persahabatan dan persaudaraan karena kekufuran dan sikap keras kepala untuk berdiri bersama barisan musuh agama. Ayat ini kepada umat Muslim yang hijrah dari Mekah ke Madinah mengatakan, Orang-orang musyrik di Makkah yang ada di antara saudara-saudaramu diharapkan masuk Islam dan permusuhan berubah menjadi persahabatan.

 

Namun kini mereka tidak beriman, tapi jika mereka tidak melakukan langkah permusuhan terhadap muslimin, maka mencintai dan membantu mereka tidak dilarang, serta diperbolehkan menjalin hubungan dengan mereka berdasarkan prinsip akhlak. Namun mereka tidak boleh menebar pengaruh di antara muslimin dan juga hubungan tersebut tidak membuat iman orang-orang muslim lemah.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Tolok ukur kecintaan atau permusuhan antara muslimin dan orang lain adalah ajaran agama. Non-Muslim yang tidak melakukan tindakan melawan Muslim dan tidak membuat rencana jahat harus diperlakukan dengan baik, tetapi mereka yang mencari permusuhan dan membuat rencana jahat terhadap orang-orang beriman dianggap musuh dan muslim harus berlepas diri dari mereka (Baraah).

2. Perilaku buruk orang kafir terhadap Muslim di masa lalu dapat dimaafkan dengan syarat mereka tidak lagi memusuhi orang muslim.

3. Islam agama kebaikan dan keadilan, bahkan terhadap orang kafir.

4. Dalam perbuatan baik, orang kafir yang membutuhkan juga dimasukkan dan jangan segan-segan berbuat baik kepada mereka.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا جَاءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ اللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِهِنَّ فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلَا تَرْجِعُوهُنَّ إِلَى الْكُفَّارِ لَا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ وَآَتُوهُمْ مَا أَنْفَقُوا وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ إِذَا آَتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ وَلَا تُمْسِكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ وَاسْأَلُوا مَا أَنْفَقْتُمْ وَلْيَسْأَلُوا مَا أَنْفَقُوا ذَلِكُمْ حُكْمُ اللَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (10) وَإِنْ فَاتَكُمْ شَيْءٌ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ إِلَى الْكُفَّارِ فَعَاقَبْتُمْ فَآَتُوا الَّذِينَ ذَهَبَتْ أَزْوَاجُهُمْ مِثْلَ مَا أَنْفَقُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ (11)

 

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (60: 10)

 

Dan jika seseorang dari isteri-isterimu lari kepada orang-orang kafir, lalu kamu mengalahkan mereka maka bayarkanlah kepada orang-orang yang lari isterinya itu mahar sebanyak yang telah mereka bayar. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya kamu beriman. (60: 11)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya terkait bentuk hubungan muslim dan non-muslim, ayat ini membahas hubungan keluarga antara suami dan istri, jika salah satunya muslim dan yang lain non-muslim. Terkait hal tersebut, ayat ini menyatakan, "Jika seorang wanita dari kalangan kafir masuk Islam dan mencari perlindungan kepada Anda, maka jangan kembalikan dia kepada orang-orang kafir setelah Anda yakin akan keimanannya. Dalam kasus seperti ini, jika suami (yang tidak beriman) dari wanita tersebut telah membayar maharnya, maka penguasa Islam harus mengembalikan mahar tersebut kepadanya."

 

Misalnya, jika istri salah seorang muslim mencari suaka kepada orang kafir, maka ia akan keluar dari ikatan suami istri dengan priamuslim tersebut. Dalam hal ini, orang kafir harus mengembalikan mahar yang telah dibayarkan oleh laki-laki muslim tersebut kepadanya. Jika mereka tidak melakukannya, maka kaum Muslimin harus memberikan sebagian rampasan perang yang mereka ambil dari orang-orang kafir itu kepada orang Muslim itu sebagai ganti kerugiannya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Istri tidak harus mengikuti suaminya dalam memilih agama. Ia harus mandiri dari keyakinan suaminya dan memilih sendiri keyakinannya.

2. Seorang pria atau wanita Muslim tidak dapat terus hidup bersama setelah pasangannya menjadi kafir. Mereka dipisahkan secara paksa satu sama lain dan tidak perlu bercerai atau  meminta bercerai.

3. Ketika seorang wanita kafir masuk Islam, alasan dan cara dia berpindah agama harus diselidiki untuk memperjelas bahwa motifnya melakukan hal tersebut bukanlah sesuatu seperti spionase atau perselisihan dengan mantan suaminya atau ketertarikan pada seorang pria Muslim.

4. Menghormati hak-hak keuangan masyarakat tidak tergantung pada status Islam atau kekafiran mereka. Hak-hak masyarakat, baik Muslim maupun kafir, harus dilindungi dan dihormati secara adil.

 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (12) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الْآَخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ (13)

Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (60: 12)

 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa. (60: 13)

 

Menyusul ayat-ayat sebelumnya tentang status perempuan muhajirin, ayat-ayat ini berbicara tentang perempuan musyrik yang memeluk Islam pada masa penaklukan Mekah oleh umat Islam dan ingin bersumpah setia (baiat) kepada Rasulullah Saw. Syarat-syarat baiat perempuan yang disebutkan dalam ayat-ayat ini juga berlaku untuk baiat kaum pria, namun kondisi budaya pada masa jahiliyah sedemikian rupa sehingga hal-hal ini lebih banyak terjadi di kalangan perempuan dan harus dilawan dengan tegas.

 

Mencuri harta suami untuk dibawa ke rumah orang tuanya, perzinahan dan hubungan haram terutama saat suami tidak ada, aborsi terhadap bayi sah atau haram dan membesarkan bayi orang lain serta menisbatkannya kepada suaminya sendiri adalah beberapa di antara persoalan yang perlu diperketat oleh Rasulullah untuk membersihkan masyarakat dari polusi seksual dan finansial terkait mereka.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Perempuan adalah makhluk yang mandiri, pemilih dan mempunyai hak pribadi atau organisasi. Oleh karena itu, perempuan mengambil keputusan dalam permasalahan politik dan sosial atas kemauannya sendiri, tidak bergantung pada laki-laki dan tidak tunduk pada suaminya. Seperti pada awal Islam, perempuan langsung berbicara kepada Nabi dan mengutarakan pendapatnya.

2. Keberadaan perempuan yang bersih dari kemungkaran memberikan dasar bagi kesehatan dan kebersihan masyarakat dari banyak kerusakan. Jika perempuan suci dan tidak memperlihatkan diri mereka kepada laki-laki yang penuh nafsu dengan menggoda, masyarakat akan dibersihkan dari sejumlah besar hubungan terlarang dan perselingkuhan pasangan. Hasilnya, banyak kerusakan sosial yang disebabkan oleh hubungan moral yang tidak terkendali dan tidak sehat dapat dihilangkan.

Senin, 15 Januari 2024 15:01

Surah al-Mumtahina 1-6

 

سورة الممتحنة

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ (2)

 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (60: 1)

 

Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti(mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir. (60: 2)

 

Surat al-Mumtahina diturunkan di Madinah dan terdiri dari 13 ayat. Poin penting surat ini terkait larangan untuk bersahabat dengan musuh Tuhan, dan dalam hal ini Nabi Ibrahim as disebutkan sebagai teladan bagi mukminin.

 

Menurut sejarah, ketika Rasulullah Saw dan umat Muslim hidup di Mekah, mereka selalu dianiaya dan diganggu musyrikin supaya mereka meninggalkan agama Islam. Akhirnya Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, dan muslimin kemudian menyusul beliau dan hijrah ke Madinah sehingga terbebas dari penyiksaan kaum musyrikin.

 

Setelah peristiwa hijrah tersebut, kaum musyrikin Mekah beberapa kali menyerang Madinah dan melancarkan konspirasi terhadap Rasulullah Saw, tapi mereka gagal meraih tujuannya yakni menghancurkan Islam dan umat Muslim. Pada tahun kedelapan Hijriah, Rasulullah Saw memutushkan untuk menaklukkan kota Mekah dan membebaskan kota ini dari keberadaan kaum musyrik. Kemudian beliau bersama umat muslim saat itu bergerak ke arah kota Mekah.

 

Salah satu muslim yang keluarga dan kerabatnya tinggal di Mekah, mengirim surat kepada mereka tengang rencana Nabi dan mengirimnya melalui seorang perempuan secara rahasia untuk disampaikan kepada musyrikin Mekah. Rasulullah Saw mendapat berita tersebut melalui Malaikat Jibril. Rasul kemudian memanggil orang yang menulis surat tersebut. Rasul juga mengirim sekelompok orang untuk menangkap perempuan pembawa surat. Akhirnya perempuan tersebut ditemukan dan suratnya disita.

 

Ayat ini mencela dan melarang perbuatan seperti ini yang dilakukan pelaku karena persahabatannya dengan musyrikin. Ia rela mengirim berita rahasia muslimin kepada mereka dan menyangka orang musyrik juga menyukai orang seperti ini. padahal mereka mengeluarkan kata-kata buruk terhadap muslimin, dan jika mereka berkuasa, pasti akan menganiaya dan menyiksa orang mukmin.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Dua kecintaan tidak bisa cocok dalam satu hati. Tidaklah mungkin mencintai Allah dan Nabi-Nya serta mencintai orang-orang yang bersekongkol melawan agama Allah.

2. Musuh agama memusuhi orang-orang mukmin karena imannya kepada Tuhan. Mereka menginginkan orang mukmin meninggalkan imannya kepada Tuhan, dan kafir seperti mereka.

3. Agama tidak berpisah dari politik. Dalam kebijakan luar negeri, menjalin hubungan atau memutus hubungan dengan negara lain harus didasarkan pada tolok ukur agama.

4. Menjalin hubungan persahabatan dengan musuh akan membuat manusia menerima akibat buruk, dan menyeretnya ke arah kekufuran dan kesesatan.

 

لَنْ تَنْفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (3)

 

Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-sekali tiada bermanfaat bagimu pada Hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (60: 3)

 

Saat menjelaskan ayat sebelumnya, kami telah sebutkan bahwa sejumlah orang mukmin karena kerabat dan kaumnya tinggal di Mekah, ingin membagikan rahasia kaum muslim kepada mereka. Ayat ini lebih lanjut menyatakan, keluarga dan anak yang bukan kaum beriman, tidak dapat menyelamatkan kalian dari kemurkaan Tuhan di dunia. Sementara di akhirat mereka juga akan terpisah dari kalian dan masuk ke neraka. Oleh karena itu, jangan membuat diri kalian menjadi ahli neraka karena mereka.

 

Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Hubungan agama lebih penting dari hubungan keluarga. Kita harus berhati-hati supaya perasaan kita tidak mengalahkan keyakinan kita.

2. Kita harus memutus harapan kepada orang kafir, dan jangan menjadikan mereka sebagai sandaran, meski mereka adalah famili dan kerabat dekat kita.

 

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (4) رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (5) لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (6)

 

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali". (60: 4)

 

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (60: 5)

 

Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji. (60: 6)

 

Salah satu metode pendidikan al-Quran adalah mengenalkan teladan yang benar. Para nabi ilahi selain bertanggung jawab menyampaikan risalah Tuhan kepada masyarakat, juga setiap tindakan dan perilakunya harus menjadi teladan yang pantas dan baik bagi masyarakat. Mereka harus menyampaikan risalah ilahi kepada masyarakat dengan penjelasan yang jelas dan mudah, serta mengamalkannya dalam setiap tindakan mereka.

 

Nabi Ibrahim as yang dikenal sebagai bapak seluruh agama besar ilahi seperti Yahudi, Kristen dan Islam, dalam ayat ini disebut sebagai teladan perlawanan dengan musuh Tuhan, dan berlepas diri dari mereka (musuh Tuhan). Ibrahim adalah teladan yang harus dijadikan teladan oleh orang-orang beriman pada masanya dan umat beriman pada periode sejarah berikutnya dan dijadikan teladan dalam kehidupan mereka.

 

Nabi Ibrahim as juga memberi janji kepada walinya (pengasuhnya), jika ia beriman maka Ibrahim akan memohonkan ampun kepada Tuhan, tapi karena ia menolak beriman, maka Ibrahim menyatakan berlepas diri (baraah) darinya.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Perkataan dan perbuatan para nabi hujjah bagi masyarakat. Mereka teladan nyata dan praktis bagi masyarakat, sehingga mereka menyadari apa yang diucapkan para nabi, juga dipraktekkan dalam perbuatannya.

2. Persahabatan dan permusuhan harus berdasarkan tolok ukur agama dan ilahi, bukan pada kesukaan dan ketidaksukaan serta selera pribadi.

3. Berlepas diri (baraah) dan kebencian terhadap kesyirikan dan musyrikin harus dinyatakan dengan ucapan, dan tidak cukup hanya dengan kebencian dalam hati.