
کمالوندی
Nabi Muhammad Saw, Simbol Keagungan Moral
Dewasa ini krisis spiritual menjadi salah satu masalah utama di dunia Barat. Islam adalah agama yang sempurna dan dapat menjawab semua tantangan dan tuntutan zaman termasuk tuntutan jiwa masyarakat Barat yang haus akan spiritual. Agama ini sangat memperhatikan sisi-sisi mendalam jiwa dan fitrah manusia.
Para politisi Barat yang memahami daya tarik, keistimewaan, kesempurnaan dan kebenaran Islam berusaha menghalangi meluasnya agama Samawi ini di tengah masyarakat Barat. Mereka menggelontorkan berbagai proyek anti-Islam (Islamphobia). Contoh terbarunya adalah produksi dan penyangan film Innocence of Muslim yang terang-terangan melecehkan kesucian Nabi Muhammad Saw dan penerbitan karikatur penghinaan terhadap nabi umat Islam ini oleh majalah Perancis, Charlie Hebdo .
Nabi Muhammad Saw mengajarkan manusia akan cinta dan kasih sayang, kemanusiaan, dan kebebasan. Beliau diutus untuk mengajarkan hikmah, penyucian diri, dan suri tauladan bagi umat manusia terutama dalam menjalankan keadilan. Manusia suci pilihan Allah Swt ini dalam pidatonya yang terakhir menjelaskan tentang pesan-pesan penting terkait kemanusiaan seperti martabat, hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Dalam pidato perpisahan beliau yang disampaikan dalam keadaan sakit, Rasulullah Saw kepada masyarakat mengatakan, "Barang siapa yang memiliki hak dari diriku, katakanlah, ia memafkanku dan merelakanku atau menghukumku (qishash) sehingga perhitungan kami tidak sampai di akhirat."
Seseorang bernama Sauda Bin Qais berdiri dan kepada Rasulullah Saw mengatakan, "Suatu hari kita pulang dari medan perang bersama-sama. Untamu dan untaku berdiri berdampingan kemudian cambuk di tanganmu mengenaiku. Aku tidak tahu apakah itu engkau sengaja atau tidak." Mendengar perkataan Sauda, Rasulullah Saw berkata, " Aku berlindung kepada Allah jika aku lakukan dengan sengaja. Ya Sauda Bin Qais, engkau lakukan qishashmu atau memaafkan perbuatanku itu?" Sauda mengatakan, "Aku akan lakukan qishas terhadapmu." Beliau berkata, "Ambillah cambuk itu dari rumahku."
Nabi Muhammad Saw dengan penuh tawadhu menyiapkan diri untuk dicambuk. Namun Sauda mengatakan bahwa bahunya yang terkena cambuk Rasulullah Saw waktu itu dalam keadaan telanjang. Kemudian beliau menyingkapkan pakaian yang menutupi bahunya. Sauda pun mendekati Rasulullah Saw, namun ia tidak mencambuk bahu beliau tetapi justru menciumnya kemudian berkata, "Aku hanya mencari alasan untuk dapat mencium bahumu."
Rasulullah Saw mengajarkan kepada umat Islam bahwa para pejabat pemerintahan harus bersikap tawadhu dan sopan kepada masyarakat dan tidak berbicara dengan kekuatan dan kekuasaannya. Ibnu Masud meriwayatkan bahwa suatu hari seseorang berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan badan gemetar karena kebesaran dan keagungan beliau. Ketika Rasulullah Saw mengetahui hal itu, beliau mengatakan, "Wahai saudaraku tenanglah, aku bukan seorang raja."
Nabi Muhammad Saw tidak suka bersikap seperti raja. Beliau berperilaku seperti layaknya masyarakat biasa dan duduk di atas tanah bersama mereka. Imam Ali as ketika mensifati keluhuran akhlak dan budi Nabi Muhammad Saw mengatakan, Rasulullah Saw menerima undangan makan para budak. Beliau duduk di atas tanah bersama masyarakat, memeras susu sendiri, berperilaku sederhana dan tawadhu. Beliau tidak pernah selonjorkan kaki di depan orang meskipun di hadapan anak kecil dan tidak pernah duduk bersandar ketika orang-orang datang kepada beliau. Perut beliau selalu kosong dan dalam keadaan lapar. Fisik luar beliau tampak seperti orang-orang lemah tetapi hati beliau kuat.
Poin lain dalam pribadi Nabi Muhammad Saw adalah beliau marah karena Allah Swt. Beliau marah jika ada hak-hak seseorang dilanggar. Dalam hal ini beliau tidak takut kepada siapa pun dan apa pun hingga hak-hak itu dikembalikan kepada pemiliknya. Namun ketika beliau dihina dan di sakiti, beliau tidak pernah merasa dendam atau ingin membalasnya. Beliau justru menunjukkan kemurahan hatinya dengan memaafkan orang yang meyakitinya. Pasca penaklukan kota suci Mekah, beliau memaafkan semua kesalahan orang-orang yang telah menindasnya. Padahal selama 20 tahun kaum kafir Quraisy menindas umat Islam.
Di masa jahiliyah di mana kebodohan menyelimuti umat manusia, Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw. Di masa itu, manusia diliputi kegelapan hingga memiliki keyakinan bahwa anak perempuan tidak berguna. Mereka mengubur hidup-hudup anak perempuannya yang tidak berdosa dan menindas kaum Hawa. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada yang merendahkan perempuan kecuali orang-orang yang rendah dan tercela."
Rasulullah Saw menempatkan perempuan dalam posisi yang terhormat. Ketika terjadi pembaiatan, beliau memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Kaum laki-laki kepada beliau berkata, "Perempuan dan keluarga kami mengikuti kami dan tidak memerlukan baiat mereka kepada engkau." Kemudian turun sebuah ayat kepada Nabi Muhammad Saw bahwa laki-laki tidak dapat menggantikan baiat perempuan.
Di kesempatan lainnya, Rasulullah Saw kembali memposisikan perempuan untuk berbaiat secara independen dan mengajarkan kepada mereka untuk berperan aktif di berbagai bidang seperti sosial, politik, dan tanggung jawab-tanggung jawab lainnya. Sementara hingga satu abad sebelumnya, perempuan di Barat tidak mempunyai hak suara seperti yang diberikan oleh Islam.
Meski Rasulullah Saw mengemban risalah besar dari Allah Swt, namun beliau berperilaku sederhana layaknya masyarakat biasa. Beliau duduk di atas tanah bersama mereka. Ketika seseorang datang dan bergabung dengan mereka, orang tersebut tidak mengetahui yang mana pemimpin dan siapa yang dipimpin, semua kelihatan sama. Kemudian orang itu akan bertanya, "Siapa yang namanya Muhammad di antara kalian?"
Ketika beliau masuk ke sebuah pertemuan, beliau selalu duduk di tempat yang kosong bersama masyarakat lainnya dan tidak pernah mengizinkan orang berdiri hanya untuk menghormati beliau. Beliau berbicara menggunakan kalimat yang pendek dan penuh makna dan tidak pernah menggunakan kata-kata kasar atau memotong pembicaraan orang lain. Kelembutan dan kesopanan Nabi Muhammad Saw menyebabkan masyarakat di masa itu menilai beliau sebagai seorang ayah yang penuh kasih sayang.
Sisi lain pribadi Rasulullah Saw adalah perhatian beliau kepada orang-orang miskin, lemah dan tertindas. Ketika mayarakat kota Madinah menyambut beliau pulang dari perang Tabuk, ada seorang laki-laki tua bernama Saad al-Anshari turut menyambut dan mengulurkan tangan kepada beliau. Kemudian Rasulullah Saw berkata, "Mengapa tanganmu kasar sekali?" Saad menjawab, "Aku bekerja keras dengan skop (alat untuk mengeruk tanah) demi memenuhi kebutuhan keluargaku." Kemudian beliau mengangkat tangan lelaki tua tersebut supaya orang-orang melihatnya lalu menurunkannya dan mencium tangan lelaki tua itu. Beliau kembali mengangkatnya tinggi-tinggi dan berkata,"Demi Allah, tangan ini tidak akan menyentuh api neraka."
Memerangi khurafat adalah sisi lain dari pribadi Rasulullah Saw. Ketika putra beliau Ibrahim yang masih kecil meninggal, Rasulullah sangat bersedih dan menangisinya. Sejumlah sahabat berkata,"Nabi Saw seharusnya tidak menangisi kematian anaknya." Beliau kepada mereka berkata, "Aku menangis tetapi aku tidak mengeluh yang bertentangan dengan Tauhid. Hatiku hancur, mataku mengucurkan air mata namun aku menghadapi kematian dengan benar. Aku mempunyai perasaan. Seorang ayah yang tidak menangis karena berpisah dengan anaknya, maka ia bukan seorang ayah."
Ketika putra Rasulullah Saw Ibrahim meninggal dunia, terjadi gerhana matahari. Masyarakat di masa itu yang dipenuhi dengan khurafat menganggap gerhana matahari sebagai tanda kesedihan langit atas meninggalnya Ibrahim. Kemudian Nabi Muhammad Saw kepada mereka berkata,"Wahai manusia, gerhana matahari hari ini sebagai tanda kebesaran Allah Swt dan tidak ada hubungannya dengan kematian Ibrahim. Gerhana matahari dan bulan bukan untuk kematian atau kelahiran seseorang. Setiap kali kalian melihat gerhana matahari dan bulan maka dirikanlah shalat." Rasulullah Saw tidak hanya memerangi khurafat tetapi juga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Tauhid supaya tidak tersesat dengan kebodohan mereka.
Nabi Muhammad Saw adalah hamba yang shaleh dan menjelaskan kebenaran dengan argumentasi dan logika. Beliau dengan kekuatan iman dan kelembutan telah menghancurkan pondasi kebatilan dan memadamkan api bujukan setan yang menyesatkan manusia. Di samping itu, beliau juga telah menebarkan suara kebenaran kepada manusia.
Namun Barat berupaya merusak kepribadian mulia Nabi Muhammad Saw dengan menyebarkan berbagai pelecehan dan penghinaan demi mencegah meluasnya ajaran suci beliau. Dalam al-Quran surat Al-i-Imran ayat 54, Allah Swt berfirman, "(Mereka mengatur tipu daya) maksudnya orang-orang kafir dari golongan Bani Israil terhadap Isa karena menunjuk orang yang akan membunuhnya secara diam-diam (dan Allah membalas tipu daya mereka) dengan jalan mengubah muka seorang seperti Isa sehingga mereka bunuh sedangkan Isa diangkat ke langit, (dan Allah sebaik-baik yang membalas tipu daya)."
Tak diragukan lagi, aksi penistaan terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw tidak akan menghasilkan apa pun bagi musuh-musuh Islam kecuali hanya meningkatkan ketertarikan dan kecondongan orang kepada agama suci ini.
Rahbar: Diprediksikan, Enam Tahun Mendatang Iran Capai Peringkat Empat Kemajuan Sains Dunia

Di awal pembicaraan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa digelarnya pertemuan dengan para guru dan dosen seperti ini dimaksudkan untuk menumbuhkan budaya penghormatan kepada kedudukan guru. Beliau menyinggung pembicaraan sejumlah guru dan dosen di awal pertemuan dan menyebutnya sebagai pembicaraan yang tepat, cermat dan ilmiah yang disampaikan oleh para guru dari provinsi Khorasan Utara. "Apa yang sudah disampaikan tadi sangat layak untuk dimanfaatkan dan orang senang mendengarnya. Ini menunjukkan potensi menonjol dan pemikiran maju dan cerah yang dimiliki Khorasan Utara," kata beliau.
Berbicara mengenai filosofis pembentukan pemerintahan dalam Islam yang ditujukan untuk menciptakan perubahan mendasar dan menyeluruh pada individu dan masyarakat serta untuk menegakkan nilai-nilai suci yang menggeser sifat-sifat buruk, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Dalam perspektif ini, peran pendidikan dan bimbingan serta kedudukan lembaga pendidikan tinggi berikut guru dan dosen sangatlah penting dan menonjol."
Seraya mengingatkan bahwa salah satu tugas utama pendidikan adalah membentuk kepribadian anak, beliau menjelaskan beberapa karakter penting yang dibutuhkan masyarakat dan harus dipupuk sejak dini.
Rahbar menyinggung pula masalah pendidikan budaya berlogika, dan mengatakan, "Sejak usia dini anak-anak harus dilatih dan dibiasakan untuk berlogika dan berpikir benar."
Masalah lain yang juga mesti diperhatikan dalam pendidikan anak adalah menumbuhkan rasa percaya diri. Beliau mengungkapkan, "Salah satu budaya keliru di masa lalu dan sampai saat ini masih mengakar adalah budaya memandang Barat dengan kacamata membutuhkan, menganggap besar Barat dan memandang kerdil diri sendiri khususnya yang berhubungan dengan masalah keilmuan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, pandangan yang keliru ini harus diberantas hingga ke akar dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri.
"Rasa percaya diri yang bertolak belakang dengan kepercayaan kepada Barat harus dikembangkan di tengah anak-anak dan generasi muda. Menumbuhkan rasa percaya diri adalah salah satu tugas penting lembaga pendidikan dan bimbingan dan lembaga pendidikan tinggi," imbuh beliau.
Lebih lanjut Rahbar menyebut soal lapang dada dan kesabaran yang merupakan salah satu sifat mulia. Menurut beliau sifat mulia ini sangat diperlukan oleh masyarakat dan merupakan modal utama dalam menjalin hubungan sosial bahkan politik. "Jika faksi-faksi politik menjunjung tinggi asas toleransi dan lapang dada diantara mereka, maka akan tercipta kondisi yang lebih baik," tandas beliau.
Hal lain yang disinggung dalam pembicaraan ini adalah membudayakan rasa keingintahuan, semangat kerja berkelompok dan kerjasama, menghindari kemalasan, serta budaya menelaah dan membaca di tengah anak-anak dan generasi muda. Membiasakan anak dengan cita-cita yang tinggi, menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah salah satu hal yang dibutuhkan negara.
"Salah satu tugas lembaga pendidikan dan bimbingan adalah menumbuhkan kepercayaan diri bahwa kita bisa," kata beliau.
Seraya menjelaskan kemajuan yang dicapai Iran di bidang keilmuan dan besarnya tingkat penerimaan mahasiswa dan dewan keilmuan di perguruan tinggi negara ini dibanding kondisi di awal kemenangan revolusi Islam, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Lembaga-lembaga sains terkemuka dunia mengumumkan bahwa Republik Islam Iran berada di peringkat keenam belas dunia di bidang sains. Mereka juga memprediksikan bahwa enam tahun kedepan Republik Islam Iran akan naik ke peringkat empat dunia."
Iran, ungkap beliau, menyumbangkan dua persen produksi sains dan keilmuan dunia. "Semua prestasi ini dicapai dalam kondisi yang sulit, di tengah himpitan embargo dan intimidasi. Langkah kemajuan itu dimulai oleh sekelompok pemuda berbakat yang mengandalkan tekad dan semangat kuat meski tidak mendapat dukungan spiritual dan finansial yang terlembaga," ujar beliau.
Rahbar menambahkan, "Prestasi-prestasi besar keilmuan dan akademi yang dicapai dalam kondisi seperti itu menumbuhkan optimisme sekaligus menunjukkan rasa percaya diri dan tekad untuk maju di tengah generasi muda."
Beliau menekankan untuk selalu menyuntikkan rasa percaya diri di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi sekaligus mengikis pesimisme.
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau para guru dan dosen untuk melindungi generasi muda dari mistik palsu. Beliau mengatakan, "Parameter Islam dalam masalah ketinggian spiritual dan ruhani adalah ketaqwaan, menjauhi dosa dan memandang penting masalah shalat dan mengakrabkan diri dengan al-Qur'an."
Lebih lanjut beliau menyampaikan kritikan atas puji-pujian yang disampaikan dalam banyak pertemuan. Menurut beliau, mengungkapkan cinta kepada abdi masyarakat adalah hal yang didukung oleh Islam. Tapi jangan sampai menggunakan kata-kata yang berlebihan.
Rahbar: Kami Bukan Bangsa Agresor, Tapi Tak Akan Tinggal Diam Jika Diserang

Rahbar di Depan Ribuan Warga Esfarayen: Proses Kemajuan Tak Mengenal Batas Akhir

Rahbar di Depan Ribuan Pemuda: Revolusi Islam Mampu Membangun Kembali Peradaban Islam Yang Besar

Rahbar: Basij Kekuatan Rakyat Iran Yang Tak Tertandingi

Rahbar di Depan Warga Kota Shirvan: Jaga Ketenangan Menjelang Pemilu

Rahbar: Barat Terlalu Kecil Untuk Memaksa Iran Menyerah

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 184-187
Ayat ke 184
Artinya:
Yaitu dalam beberapa hari yang tertentu, maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Perintah-perintah Tuhan tidaklah sulit dan di luar kemampuan, melainkan siapapun juga berkewajiban melakukannya sesuai dengan kemampuannya. Sebagaimana halnya, berpuasa adalah wajib selama sebulan dalam setahun yaitu pada bulan Ramadhan, jika seseorang dalam bulan ini, ada dalam perjalanan atau sakit, maka sebagai gantinya, ia harus berpuasa pada bulan-bulan lainnya.
Sekiranya secara prinsip, ia tidak memiliki kemampuan untuk berpuasa, baik dalam bulan Ramadhan, maupun di lain bulan tadi, maka untuk mengingat orang-orang yang lapar, sebagai ganti dari berpuasa diwajibkan baginya untuk mengenyangkan seorang fakir miskin dalam sehari.
Jelas sekali, jika seseorang dalam kaffarah puasa, ia memberi makan lebih dari satu orang, maka itu lebih baik. Jika seseorang dapat memahami nilai dan pengaruh puasa Ramadhan, maka sama sekali, ia tidak akan mendambakan kehilangan pahala berpuasa, sehingga sebagai gantinya terpaksa memberikan makan kepada orang miskin.
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa Islam adalah agama yang sempurna, dan bagi setiap individu, sesuai dengan kondisinya, Islam memberikan peraturan atau hukum tertentu yang sesuai dengannya. Dalam puasa, hukum bagi orang yang sakit, musafir, dan tua adalah berbeda dengan lainnya.
Ayat ke 185
Artinya:
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah, bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil, karena itu, barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu menagungkan Allah atas petunjukknya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan prinsip kewajiban puasa dan menerangkan sebagian hukum darinya. Ayat ini menjelaskan waktu berpuasa yaitu bulan Ramadhan. Sebelum bulan Ramadhan ditetapkan sebagai bulan puasa, terlebih dahulu sudah merupakan bulan Nuzulul Quran dan secara prinsip, nilai dan kemuliaan bulan Ramadhan adalah kembali kepada al-Quran yang turun di malam Lailatul qadar.
Di antara nama bulan, hanya nama Ramadhan yang datang dalam al-Quran yang artinya membakar, seakan-akan dosa-dosa orang yang berpuasa terbakar di bulan ini.
Islam adalah agama yang mudah dan pondasinya berdiri di atas kemudahan dan tidak mempersulit. Maka dari itulah bagi seseorang yang tidak mungkin dan sulit untuk berpuasa di bulan ini, maka mereka boleh berpuasa di hari-hari lain secara terpisah-pisah. Namun ia harus berpuasa sejumlah tiga puluh hari dan sekiranya ia terbebaskan dari puasa karena berhalangan, maka sebagai gantinya, ia harus memberikan kaffarah.
Dalam masalah shalat pun, tak jauh bedanya, jika seseorang tak mampu mengambil air wudhu, maka ia boleh bertayamum, jika ia sulit untuk solat berdiri, maka ia boleh duduk atau bahkan tidur. Maka manusia harus mensyukuri Allah Swt yang tidak menghendaki dari hambanya suatu tugas dan kewajiban yang ada di luar kekuasaan hambanya sehingga menjadi beban yang sulit. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa dalam bulan Ramadhan, kita dapat mensucikan jiwa kita dari dosa dengan cara berpuasa dan di bulan ini kita bangun landasan bagi menerima pengaruh al-Quran.
Ayat ke 186
Artinya:
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo'a apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahku dan hendaklah mereka beriman kepadaku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Ada seorang yang bertanya kepada Rasul Saw, adakah Allah itu dekat dengan kita, sehingga kita bermunajat dengan suara perlahan dengan-Nya, ataupun Dia jauh, sehingga kita panggil dia dengan suara lantang dan keras. Ayat ini turun dan menyatakan bahwa Allah dekat dengan hamba-Nya, lebih dekat dari apa yang dibayangkan oleh manusia, sebagaimana dalam surat Kaf, ayat 16, Allah Swt berfirman, "Dan kami lebih kepadanya dari pada urat lehernya."
Doa, tidak mengenal tempat dan waktu tertentu, dan setiap saat manusia berkemauan dan dalam keadaan bagaimanapun juga, ia boleh bermunajat dengan Allah. Namun berangkat bahwa Ramadhan adalah bulan doa dan taubah, maka dari itulah, ayat doa berada di antara ayat-ayat puasa dan Ramadhan
Dalam ayat pendek ini, Allah Swt sebanyak tujuk kali menyinggung Zat-Nya yang suci dan sebanyak tujuh kali juga, Allah menyinggung soal hamba-hamba-Nya, agar keterkaitan manusia dengan Allah dapat tergambar dengan baik.
Dari ayat ini kita dapat ambil pelajaran bahwa Allah Swt mendengar doa dan panggilan kita dan mengabulkan hajat kita, maka sebaiknya kita memanggilnya dan hanya mendengarkan perintahnya, karena kebahagiaan, kesejahteraan kita hanya ada di dalam lindungan iman kepadanya.
Ayat ke 187
Artinya:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagi kamu, dan kamu pula adalah pakaian bagi mereka, Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Pada permulaan Islam, puasa adalah peraturan yang paling berat. Malam hari Ramadhan sama dengan siangnya tidak boleh bercampur dengan isteri. Makan dan minum hanya diperbolehkan sebelum tidur. Sehingga sebagian Muslimin tidak mampu melaksanakan ujian ilahi ini; mereka tidak kuat untuk tidak bercampur dengan istrinya. Al-Quran menyebutnya dengan istilah "takhtanuna anfusakum" yakni berkhianat atas diri sendiri.
Allah Swt menurunkan ayat ini untuk menghalalkan makan, minum dan bercampur dengan isterinya di malam hari Ramadhan. Sehingga tidak melakukan dosa dan dimaafkan dosa sebelumnya itu. Hukum dibolehkan bercampur dengan isterinya itu bukan dalam keadaan i'tikaf di masjid. Karena berjanabah di masjid sangat dilarang.
Ayat ini juga memberi kesan yang bagus tentang hubungan suami dan istri. Suami isteri masing-masing adalah pakaian bagi yang lainnya. Baju merupakan penutup kekurangan manusia juga penghias yang indah bagi manusia; dapat memelihara keharmonisan, keindahan. Seperti halnya baju bisa memberi kehangatan bagi manusia, demikian istri dapat menyamankan dan memberi ketenangan sebuah keluarga. Suami pun demikian juga sama-sama berperan.
Dari empat ayat tadi terdapat enam pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ciri khas agama Islam adalah mudah. Kalau kita kesulitan melakukan peraturan Tuhan, pasti Tuhan akan memberikan keringanan.
2. Melawan Tuhan, berbuat dosa, menzalimi dan berkhianat akibatnya akan ditanggung sendiri, Tuhan tidak bisa dilibatkan.
3. Islam bukan agama rahibisme yang anti kenikmatan. Di samping aktivitas ritual, Islam juga memberi keseimbangan dengan kenikmatan yang disyariatkan.
4. Ketika Tuhan telah menetapkan cara dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, maka tertutuplah jalan-jalan maksiat lainnya.
5. Mendekati dosa adalah dosa, jatuh dalam dosa juga dosa. Tuhan tidak mengatakan jangan lakukan dosa itu, tetapi Tuhan mengatakan jangan mendekati dosa itu.
6. Semua aturan Allah baik itu perkawinan, puasa dan lain-lain kesemuanya adalah upaya dalam meningkatkan spiritualisme dan menghindarkan dosa.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 177-179
Ayat ke 177
Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta dan hamba sahaya, mendirikan solat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Ayat yang termasuk sejumlah ayat al-Quran terlengkap ini menerangkan prinsip-prinsip kebaikan terpenting dari sisi keyakinan, amal perbuatan dan akhlak dalam Islam. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa mengamalkan ayat ini, maka sempurnalah imannya."
Seperti halnya dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan perubahan kiblat, kami telah kemukakan bahwa orang-orang Yahudi membuat hingar bingar terhadap masalah ini dan menampilkannya sebagai suatu persoalan yang penting, ayat ini dalam jawaban lainnya kepada mereka menyebutkan, "Jangan dikira agama Allah hanya terangkum dalam soal kiblat sehingga kalian mengerahkan seluruh pikiran untuknya.
Tetapi, agama-agama ilahi terbentuk dari tiga bagian mendasar, dan orang baik sejati ialah orang yang memiliki perhatian lengkap terhadap seluruh bagian agama. Satu bagian dari agama berkaitan dengan keyakinan atau akidah, yang mana manusia harus mengimani Allah, para malaikat, kitab-kitab samawi dan para nabi sepenuh hati.
Jelas, iman seperti ini harus dilahirkan dalam bentuk amal perbuatan dengan melaksanakan tugas-tugas ibadah, seperti; solat, menolong para fakir dan orang-orang yang memerlukan dalam bentuk pemberian infak dan zakat yang merupakan bagian lain dari agama.
Namun, hanya menciptakan hubungan dengan Allah dan ciptaan-Nya tidaklah cukup, tetapi pemeliharaan hubungan dengan cara yang benar dan istiqomah memerlukan pemeliharaan prinsip-prinsip akhlak seperti; kesabaran, ketabahan, kesetiaan dan komitmen terhadap seluruh perjanjian ilahi dan insani. Ayat ini menilai seorang Mukmin yang baik selain menunaikan infak wajibnya, yaitu zakat, juga menunaikan infak tidak wajib. Berbeda dengan sebagian orang saat menolong orang-orang yang memerlukan, mereka tidak mengeluarkan lagi hak-hak wajibnya. Dan sebagian lagi mengeluarkan zakat wajib, namun acuh tak acuh terhadap orang-orang miskin.
Ayat ke 178
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang yang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih..."
Islam adalah agama yang komprehensif, yang tidak hanya meletakkan hukum dan undang-undang khusus bagi manusia dari dimensi individu, tapi juga untuk perkara-perkara sosial mereka, sehingga masyarakat manusia mendapatkan keamanan dan ketertiban yang diperlukan. Salah satu persoalan yang terkadang terjadi pada setiap masyarakat adalah pembunuhan.
Untuk mencegah terjadinya pembunuhan dan pengulangannya yang mengakibatkan ketidakamanan di masyarakat, Islam menetapkan hukum qishas. Berdasarkan hukum ini, jika pembunuhan itu disengaja, maka pembunuh dihukum bunuh pula, sehingga darah orang yang teraniaya tidak sia-sia begitu saja dan tidak memberi peluang orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Tentunya dalam qishas, keadilan harus diperhatikan. Lantara itu berdasarkan kesamaan antara pembunuh dan terbunuh, lelaki dihukum qishas dihadapan lelaki dan perempuan dihadapan perempuan. Dan apabila pembunuh dan terbunuh tidak dari satu jenis maka diyah (denda) mereka harus dibayar.
Pentingnya undang-undang ini tampak jelas ketika kita mengetahui bila di antara orang-orang Arab jahiliah seorang dari kabilah mereka dibunuh, mereka bersedia membunuh dan menumpahkan darah kabilah pembunuh hanya lantaran satu orang dan melakukan peperangan panjang. Akan tetapi, Islam yang dibangun berdasarkan keseimbangan dan keadilan, dari satu sisi tidak mengizinkan pembunuhan lebih dari seorang karena satu orang terbunuh, dan dari sisi lain, bagi pihak pewaris diakui memiliki hak untuk menuntut qishas pembunuh atau jika menginginkan, mereka dapat mengambil diyah.
Tentunya, jika para pemilik darah atau pihak pewaris ingin mengambil diyah, maka tidak boleh melampaui kewajaran dan memaksakan berhutang, sebagaimana pula pembunuh juga tidak boleh seenaknya mengentengkan pembayaran diyah. Tetapi keduanya harus mengambil jalan yang baik dan wajar dan mengetahui bahwa segala bentuk pelanggaran terhadap undang-undang Ilahi akan mendapat balasan berat di hari kiamat kelak.
Ayat ke 179
Artinya:
Dan dalam qishas itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal supaya kamu bertakwa.
Sayangnya, sebagian orang yang menyebut dirinya sebagai pemikir, tanpa memperhatikan dampak-dampak positif hukum qishas melontarkan suatu kritikan, yaitu apakah dengan membunuh si pembunuh, korban terbunuh akan hidup kembali? Disamping itu dengan melaksanakan qishas berarti anda telah membunuh manusia lain dan menjadi pelaku pembunuhan.
Dalam menjawab kritikan yang dewasa ini dilontarkan dengan dalih hak asasi manusia (HAM), al-Quran menyinggung sebuah poin mendasar yaitu: Kehidupan masyarakat manusia tanpa keadilan dan keamanan tidaklah mungkin. Demi memenuhi kedua hal itu, qishas terhadap seorang pembunuh merupakan suatu keharusan. Seperti halnya, demi menjaga kesihatan seseorang, maka pemotongan bagian tubuhnya yang rusak merupakan keharusan.
Pada prinsipnya, qishas menjamin keamanan masyarakat sebelum terdapat sebuah aksi balas dendam pribadi. Pada kenyataannya, sekaran ini perhitungan kejahatan dan kriminalitas di negara mana yang lebih besar? Di negara-negara yang diberlakukan hukum qishas walau tidak sempurna, atau negara-negara yang menganggap dirinya sebagai pembela hak asasi manusia (HAM) menilai qishas sebagai undang-undang pembunuh?
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Allah tanpa membantu orang-orang yang memerlukan dan orang- orang yang sakit serta menghormati hak-hak manusia, tidaklah efektif.
2. Menggunakan harta di jalan Allah merupakan salah satu tanda kebenaran dalam Islam.
3. Lazimnya keimanan adalah kesabaran, ketabahan menghadapi kefakiran, rasa sakit dan berbagai peristiwa peperangan. Dan jika tidak, maka memiliki keimanan hanya ketika berada dalam kemewahan, kesejahteraan dan keamanan, tidak menunjukkan keteguhan iman.
4. Islam tidak seperti sebagian hukum dan undang-undang lain yang hanya menganggap qishas sebagai jalan sanksi hukuman bagi pembunuh, dan tidak pula seperti sebagian lain yang menganggap amnesti atau pemberian maaf sebagai jalan terbaik. Tetapi, disamping hukum qishas, Islam juga menerima jalan pemberian maaf atau menuntut harga darah (denda).