کمالوندی

کمالوندی

 

Media Irak mengabarkan masuknya sejumlah demonstran negara ini ke Zona Hijau yang dijaga ketat oleh militer, setelah menggelar aksi di dekat salah satu pintu masuk area tersebut.

"Puluhan ribu demonstran turun ke jalan, dan menggelar aksi di Bundaran Al Tahrir, Baghdad, memprotes kandidasi Mohammed Shaya'a Al Sudani untuk menjabat posisi Perdana Menteri Irak," lapor stasiun televisi Al Sumaria, Rabu (27/7/2022) sore. 
 
Menurut keterangan TV Al Sumaria, setelah menggelar aksi di Bundaran Al Tahrir, pada demonstran bergerak menuju Zona Hijau, Baghdad.
 
Tidak lama setelah tiba di Zona Hijau yang berada dalam penjagaan ketat aparat keamanan itu, para demonstran berkumpul di salah satu pintu masuk Zona Hijau.
  
Meskipun dihalangi aparat keamanan Irak, yang terus berusaha membubarkan massa, namun para demonstran merusak pembatas beton di Zona Hijau, dan memasuki wilayah itu.
 
PM Irak Mustafa Al Kadhimi, meminta para demonstran untuk menggelar aksinya secara damai, dan segera keluar dari Zona Hijau. Di sisi lain, sejumlah banyak demonstran juga dikabarkan memasuki gedung Parlemen negara itu.

 

Ketua Dewan Politik Hizbullah Lebanon mengatakan, kemenangan Revolusi Islam Iran telah menciptakan perubahan pemikiran, semangat dan spiritualitas.

Ibrahim Amin Al Sayyed, Kamis (28/7/2022) menegaskan bahwa Hizbullah berada dalam kondisi ideal karena telah berubah dari kondisi individu ke kondisi kolektif.
 
Ia menambahkan, "Para pemimpin Hizbullah siap berjuang di garda terdepan, dan dengan iman, keikhlasan, serta kemuliaan, mereka akan mampu menghadapi musuh."
 
Pada saat yang sama Ibrahim Amin Al Sayyed menjelaskan bahwa Revolusi Islam Iran telah mengembuskan harapan, dan telah berupaya untuk membuat ketakutan akan serangan Zionis menjadi tak bermakna.
 
"Dunia hari ini menyaksikan perubahan, sebagian negara dan masyarakat sedang tumbuh, sementara yang lain lemah. Lebanon berkat perlawanan termasuk di antara negara penting," imbuhnya.
 
Ketua Dewan Politik Hizbullah menegaskan, "Rakyat Lebanon harus tahu bahwa ada peluang, dan mereka harus bertindak berdasarkan hal itu, karena berlanjutnya kebijakan toleransi dengan Amerika Serikat, tidak akan membuahkan hasil apa pun."

 

Media-media Palestina, baru-baru ini mengabarkan terjadinya kebakaran luas di kota Haifa, yang terletak di Wilayah pendudukan.

"Kebakaran luas yang terjadi di kota Haifa, menyebabkan tiga rumah pemukim Zionis hangus terbakar, dan tiga kendaraan mereka terbakar," tulis media Palestina, Kamis (28/7/2022).

Menurut media Palestina, tim pemadam kebakaran Rezim Zionis Israel, segera dikerahkan ke lokasi kebakaran di Haifa, dan beberapa wilayah lain untuk memadamkan api.

Menurut keterangan sumber media Palestina, api terus menjalar luas ke lokasi-lokasi lain, dan sampai sekarang otoritas Rezim Zionis belum mengumumkan korban tewas dan luka akibat kebakaran ini. 

 

Komandan Angkatan Laut Militer Iran menanggapi klaim Rezim Zionis soal kehadiran Angkatan Laut Militer Iran di Laut Merah.

Laksamana Muda Shahram Irani, Kamis (28/7/2022) saat menjelaskan kehadiran Iran di Laut Merah, dan klaim-klaim Rezim Zionis terhadap Iran menuturkan, "Sepertinya mereka tertidur lelap, dan sangat terlambat untuk bangun, kehadiran Angkatan Laut Iran, di Laut Merah bukan hal baru."

Ia menambahkan, "Dalam tiga tahap kami pernah melewati Terusan Suez, artinya tidak hanya di Laut Merah, bahkan di Laut Mediterania kami juga hadir, dan akan tetap hadir."

Komandan AL Militer Iran menegaskan, "Hari ini di permukaan, bawah laut dan di udara, Angkatan Laut Militer Iran, telah meraih sejumlah kemajuan."

"Sekarang kepentingan, sumber daya dan jantung perekonomian Iran, terhampar luas di kawasan maritim, oleh karena itu jalur-jalur pelayaran Iran, membutuhkan perlindungan dan dukungan, maka dari itu penegakan keamanan di laut bagi jalur pelayaran akan menyebabkan lokasi kehadiran kami menjadi aman, dan negara-negara lain juga bisa memanfaatkannya," pungkas Irani.

 

Salah seorang pejabat Rusia kepada stasiun televisi Rezim Zionis, mengatakan bahwa Moskow sangat marah kepada Tel Aviv karena mengirim milisi ke Ukraina.

Stasiun televisi Rezim Zionis, KAN 11, Kamis (28/7/2022), mengutip salah satu sumber yang dekat ke pemerintah Rusia melaporkan, Moskow sangat marah dengan laporan terkait lampu hijau Tel Aviv untuk mengirim ratusan milisi Zionis ke Ukraina.
 
Pejabat Rusia itu menuturkan, "Jika bagi Anda jelas bahwa warga Rusia berperang melawan Israel bersama Hamas, apa reaksi Anda ? Orang-orang Rusia marah karena Israel setuju mendukung Ukraina, dan wajar jika Moskow bereaksi."
 
Sehubungan dengan penghentian aktivitas lembaga Yahudi, Jewish Agency di Rusia, pejabat Moskow itu menegaskan bahwa masalah ini tidak ada kaitannya dengan kemarahan Rusia terhadap Israel, lembaga itu ditutup karena melanggar aturan.
 
Sebelumnya Rusia menolak rencana kunjungan delegasi Israel, ke Moskow untuk membicarakan penutupan Jewish Agency. 

 

Surat kabar Amerika Serikat, New York Times mengatakan, Iran berubah menjadi pemain global dalam ekspor drone, dan sedang meningkatkan pengaruhnya di wilayah-wilayah yang lebih jauh dari Asia Barat.

New York Times, Kamis (28/7/2022) melaporkan, Amerika Serikat mengklaim bahwa Iran, meningkatkan penjualan drone ke negara-negara di luar kawasan Asia Barat, dan sedang berubah menjadi pemain global dalam ekspor drone.

Koran AS itu menjelaskan, Iran dalam beberapa tahun terakhir mengalami kemajuan-kemajuan yang stabil dalam desain, dan produksi drone-drone militer, dan sedang berusaha meningkatkan pengiriman drone-drone ini ke luar Asia Barat.

NY Times mengklaim, Iran juga sedang berusaha meningkatkan pengaruhnya di dunia, dan sekarang berupaya menjual drone-drone militer canggih miliknya ke negara lain, termasuk ke Venezuela dan Sudan.

"Masalah ini telah berubah menjadi sebuah sumber penting untuk penanaman investasi dan pengaruh politik bagi Iran, yang tengah dihadapkan dengan berbagai pembatasan keuangan oleh AS," imbuhnya.

Menurut laporan NY Times, saat ini Rusia menjadi salah satu konsumen potensial Iran, dan para pejabat AS minggu lalu mengklaim Rusia bermaksud memperkuat arsenalnya dalam perang Ukraina, dengan membeli ratusan drone dari Iran.

Akan tetapi Kementerian Luar Negeri Iran mengumumkan bahwa kerja sama militer Iran dan Rusia, sudah dilakukan sejak sebelum pecahnya perang di Ukraina. 

 

Di tengah meningkatnya ketegangan Rusia dan Rezim Zionis terkait sikap dan langkah Tel Aviv atas perang Ukraina, dan penutupan lembaga Yahudi, Jewish Agency di Rusia, Rezim Zionis justru menambah bantuannya untuk Ukraina.

Duta Besar Rezim Zionis untuk Ukraina, Michael Brodsky belum lama ini mengabarkan pengiriman bantuan makanan untuk Ukraina, setelah Perdana Menteri rezim itu mengaku akan membalas langkah Rusia, menutup Jewish Agency.

Sebelumnya Kementerian Perang Rezim Zionis pada 14 Juli 2022, mengirim paket bantuan yang terdiri dari helm, rompi keselamatan, dan masker kimia ke Ukraina.

Pada bulan Mei 2022, bersamaan dengan proses bertahap peningkatan ketegangan Rusia dan Israel, pemerintah Tel Aviv juga mengirim bantuan-bantuan semacam ini ke Kiev.

Rusia baru-baru ini menutup salah satu lembaga Yahudi bernama Jewish Agency di negara itu, dan memperingatkan lembaga-lembaga serupa untuk tidak melanggar hukum dan terus melakukan campur tangan.

Kementerian Kehakiman Rusia tiga minggu lalu mengumumkan penutupan lembaga Yahudi, Jewish Agency yang beraktivitas di negara itu. Jewish Agency didirikan pada tahun 1929 sebagai bagian dari Organisasi Zionis Internasional, dan membantu penyebaran imigran Zionis ke Wilayah pendudukan.

PM Rezim Zionis Yair Lapid menegaskan bahwa penutupan Jewish Agency, di Moskow, akan mempengaruhi hubungan bilateral dengan Rusia. 

Kementerian Kehakiman Rusia juga mengirim surat peringatan ke beberapa lembaga Yahudi lain di negara itu, karena mereka terdeteksi bekerja sebagai agen asing.

Sepertinya dengan memperhatikan aksi intelijen Israel di seluruh penjuru dunia, dan dukungan rezim ini pada Ukraina, Rusia berkesimpulan bahwa aktivitas-aktivitas Jewish Agency dan lembaga-lembaga afiliasi Zionis lainnya, mengancam keamanannya.

 

Resimen Azov, Ukraina
 

Jewish Agency dituduh melakukan mata-mata terhadap warga Rusia, memprovokasi mereka untuk melakukan migrasi ke Wilayah pendudukan, dan kantor agen ini menjadi pusat pelarian modal manusia dari Rusia.

Meski PM Israel sudah mengirim delegasi ke Rusia, untuk mempertahankan aktivitas Jewish Agency di negara itu, namun sepertinya kemungkinannya kecil lembaga Yahudi itu bisa beraktivitas kembali.

"Jika tidak punya bukti yang menunjukan bahwa Jewish Agency telah mencampuri urusan internalnya, dan upaya lembaga Yahudi itu mendorong migrasi semakin besar sumber daya manusia unggul dan ilmuwan Rusia ke luar negeri, maka tidak mungkin Moskow mengambil keputusan ini," kata Samir Ayub, pengamat masalah Rusia. 

Meski di awal perang Ukraina, Israel berusaha netral, namun seiring berlalunya waktu, rezim itu menunjukan dukungan terbukanya atas Ukraina dalam perang melawan Rusia, dengan mengirim berbagai bantuan ke Kiev, mulai dari bantuan medis hingga militer, bahkan mengirim petempur.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova memprotes kehadiran langsung para Zionis dalam perang Ukraina, dan mengatakan, para tentara bayaran Israel, berperang bersama Resimen Azov di Ukraina.

Selain itu tim perwira militer Rezim Zionis, terbukti memberikan pelatihan tempur kepada pasukan asing yang berperang untuk Ukraina, melawan pasukan Rusia.

Keputusan Rusia menutup lembaga Yahudi, Jewish Agency, merupakan pukulan telak terhadap Rezim Zionis, terutama karena lembaga ini memainkan peran kunci dalam mendorong migrasi warga Rusia ke wilayah pendudukan.

 

Khatib Salat Jumat Tehran mengatakan, perempuan Iran, dengan jilbab Islaminya, gemilang di semua arena ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dan manajemen.

Ayatullah Sayid Ahmad Khatami, Jumat (29/7/2022), dalam khutbah Salat Jumat menyinggung masalah jilbab, kesucian, penyebaran budaya tak berjilbab dan keraguan-keraguan yang dibuat Barat.

Ia menuturkan, "Barat mengira selama perempuan tidak terbebas dari aturan moral dan syariat agama, maka mereka tidak akan pernah maju, akan tetapi upaya itu gagal total, karena sebaliknya di Iran, setelah kemenangan Revolusi Islam, mereka menyaksikan perempuan Iran, dengan jilbab Islaminya mencapai kegemilangan di semua arena pengetahuan, politik, ekonomi, manajemen dan yang lainnya."

Menurut Ayatullah Khatami, front budaya Barat berdiri di atas landasan anti-jilbab dan menyebar luaskan budaya tak berhijab.

"Musuh marah dengan jilbab perempuan Iran, dan perwujudan kemarahan mereka terlihat dari keraguan-keraguan yang disebarkan terkait jilbab," imbuhnya.

Khatib Jumat Tehran menegaskan, "Permusuhan imperialis terutama Amerika Serikat adalah terhadap Islam hakiki, dan mereka tidak bisa menerima jika Islam hakiki ini berkuasa di Iran."

Khatami juga menyinggung pertemuan terbaru Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei.

"Sikap Ayatullah Khamenei merupakan perwujudan dari kemuliaan, kebijaksanaan, dan kemaslahatan," kata Khatib Jumat Tehran.

Menurut Ayatullah Khatami, Rahbar mengaku tidak senang dengan pembunuhan warga sipil di perang Ukraina, pada saat yang sama mengatakan, jika Rusia tidak mengambil inisiatif maka pihak lawan akan menyerang.

Ia menambahkan, Rahbar dalam pertemuan dengan Presiden Turki menegaskan urgensi untuk menjaga integritas teritorial Suriah, dan ini adalah sikap yang bijak.

Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Khatami menyebut 10 hari pertama bulan Muharam adalah waktu yang tepat untuk menghidupkan ammar makruf dan nahyi munkar, dan menguatkan pemerintahan Islam merupakan salah satu kebaikan yang paling utama, dan melemahkannya merupakan kemungkaran yang paling buruk.

 

Arsenal rudal sebagai salah satu elemen kekuatan Republik Islam Iran dikembangkan untuk menanggapi embargo persenjataan dan juga kebutuhan akan fondasi yang kuat untuk pertahanan strategis.

Dua karakteristik "basis pengetahuan" dan "pribumi" telah menyebabkan kemampuan rudal Iran berkembang dalam tiga dekade terakhir, dan hari ini telah mencapai tingkat kemajuan di mana berbagai rudal balistik tersedia untuk angkatan bersenjata Iran.

Kekuatan rudal Iran dan variasinya yang berbeda dianggap sebagai pilihan yang cocok untuk menanggapi serangan musuh.

Sehingga biaya dan korban manusia dari penggunaan rudal balistik jauh lebih rendah daripada opsi militer lainnya, dan penggunaan kekuatan rudal akan membawa respons yang lebih cepat.

Rudal Hormuz-1
Di antara jenis rudal balistik Iran yang paling penting adalah keluarga roket "Fateh-110" (Menaklukkan), yang memiliki akurasi sangat tinggi, dan banyak modelnya telah dikembangkan dan dikirim ke angkatan bersenjata.

Salah satu pencapaian rudal Iran dalam keluarga rudal Fateh-110 adalah rudal balistik "Hormuz", yang memiliki kemampuan signifikan dan telah diproduksi dan dioperasikan dalam dua jenis, Hormuz-1 dan Hormuz-2.

Desain dan produksi rudal balistik anti-radar dan anti-kapal seperti Hormuz-1 dan dua rudal menunjukkan kekuatan dan kekuatan sistem pertahanan Republik Islam Iran, yang sedang ditingkatkan dan diperluas secara eksponensial untuk melindungi keutuhan wilayah dan independensi negara.

Spesifikasi rudal balistik anti kapal

Pertama, selain Iran dan Cina, tidak ada negara lain yang secara resmi menggunakan rudal balistik dalam peran anti-kapal.

Kedua, karena karakteristik unik dari rudal balistik, termasuk kecepatan yang sangat tinggi selama rute, peningkatan berat hulu ledak, dan menyelam pada target dengan sudut tinggi, rudal ini cenderung dihancurkan oleh pertahanan musuh dan memiliki daya tahan yang lebih kecil serta peningkatan kemampuan untuk menghancurkan target.

Untuk pertama kalinya, berita tentang rudal balistik anti-radar Iran diterbitkan pada Juli 2011 dan pada malam dimulainya latihan rudal Peyambar-7 oleh komandan Pasukan Dirgantara IRGC, yang dapat menghancurkan radar di mana saja di darat dan laut dalam jangkauannya.

Rudal itu adalah Hormuz-1 yang sama yang diluncurkan bersama Hormuz-2 pada Mei 2013. Hormuz-2 dengan pencari radar aktif selesai pada 2012.

Rudal Hormuz-1-dan Hormuz-2 secara resmi ditampilkan untuk pertama kalinya pada 11 Mei 2014, saat kunjungan Pemimpin Revolusi Islam di pameran pencapaian Pasukan Dirgantara IRGC.

Rudal balistik ini, dirancang dan diproduksi oleh martir Brigadir Jenderal Tehrani Moghadam, adalah salah satu rudal balistik paling istimewa dan unik Iran.

Dari segi struktur dan tampilan, rudal Hormuz sangat mirip dengan rudal balistik anti kapal Teluk Persia.

Desain dan produksi rudal balistik Hormuz, yang dianggap sebagai model rudal Teluk Persia yang lebih canggih, didasarkan pada rudal Fateh-110.

Jenderal Hajizadeh, komandan Pasukan Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Islam, mengumumkan berita uji coba rudal Hormuz-2 pada akhir Februari 2017.

Menurutnya, rudal Hormuz, generasi terakhir yang diumumkan dari rudal balistik maritim kelas Fatih Iran, mengenai sasaran kecil di Laut Oman pada jarak 250 kilometer.

Jangkauan rudal Hormuz-2 adalah sekitar 300 km, dan kecepatannya antara 4 dan 5 kali kecepatan suara.

Rudal Hormuz-1 yang anti radar, berbeda dengan rudal Teluk Persia yang menggunakan pemandu optik, atau rudal Fateh-110 yang menggunakan sistem pemandu presisi, menggunakan pendeteksi gelombang radar, dan menyerang sumber pancarannya.

Berat hulu ledak rudal ini belum diumumkan secara resmi. Namun, karena kemiripannya dengan keluarga roket Fateh-110 dan rudal Teluk Persia, berat hulu ledak rudal ini dapat diperkirakan antara 450 dan 600 kg.

Dalam latihan militer itu, ditemukan bahwa rudal ini dapat menghancurkan sebuah wadah dengan panjang hanya 6 meter yang dipasang radar, yang dianggap memiliki akurasi dan kinerja yang luar biasa.

Jenderal Hajizadeh mengatakan: "Hormuz-1 dapat menghancurkan radar di kapal induk, situs Patriot di darat, atau situs radar detektor.

Poin lain tentang sistem rudal "Hormuz" adalah mobilitas tinggi dari sistem ini, yang dipasang pada peluncur.

Perlu dicatat bahwa kedua jenis rudal ini memiliki hulu ledak yang berbeda, menunjukkan perbedaan dalam kekuatan dan daya hancur, ledakan, dll., Sesuai dengan misi yang ditujukan untuk mereka.

Rudal Hormuz-1 dan Rudal Hormuz-2, serta rudal balistik Teluk Persia, dengan saling mendukung dan melengkapi kemampuan satu sama lain dalam kondisi yang berbeda, akan menciptakan triad mematikan bagi armada musuh, yang pada akhirnya akan mampu mengalahkan mereka dalam pertempuran. setiap kondisi cuaca atau adanya peperangan elektronik atau jika radar kapal target dimatikan, setidaknya satu jenis dari ketiga rudal ini akan dapat menghancurkan target.

Karena Iran memiliki pantai panjang di selatan dan banyak pulau, dimungkinkan untuk menembaki armada musuh dari arah yang berbeda, dan kemampuan untuk menghancurkan rudal ini secara praktis menjadi tidak mungkin. Dengan cara ini dan sejalan dengan strategi berbagai jenis pertempuran, dengan munculnya rudal balistik jenis ini, keseimbangan kekuatan berubah dengan cara yang murah dan bergerak menuju keseimbangan.

Rudal Balistik Hormuz-1

Rudal Hormuz-1 dapat menghancurkan radar sistem anti-rudal seperti Patriot dan radar kapal, dan dianggap sebagai rudal balistik anti-radar. Rudal Hormuz-1 dibuat dengan konfigurasi yang sama dengan keluarga Fateh 110, dengan panjang sekitar 9 meter, massa 3330 kg, hulu ledak 442 kg, dan jangkauan 250 km. Rudal balistik ini dapat secara keseluruhan dan akurat menghancurkan kontainer 20 kaki pada jarak 300 km.

Rudal Balistik Hormuz-2

Hormuz-2 adalah rudal balistik maritim anti kapal yang dapat secara akurat menargetkan target bergerak di permukaan laut karena memiliki radar muatan aktif dan jangkauan 300 kilometer. Rudal ini dapat mengenai kapal dan target yang bergerak di laut dengan kecepatan yang sangat tinggi. Rudal ini bisa mengenai kapal musuh besar di Teluk Persia atau Laut Oman.

Perancang dan pembuat rudal ini, salah satu rudal balistik Iran yang unik, seperti rudal Hormuz-1, adalah mendiang Jenderal Hassan Tehrani Moghadam. Sementara kecepatan rudal jelajah anti-kapal umumnya antara 7 dan 8 per seratus Mach, kecepatan rudal Hormuz-2 diperkirakan antara 4 hingga 5 Mach. Rudal Hormuz-2 berbobot sekitar 4 ton, dan hulu ledaknya berbobot 500 kg. Rudal ini, yang merupakan upgrade dari rudal balistik Hormuz-1, memiliki panjang 9 meter.

Semua kapal asing dan ekstra-regional harus melewati Laut Oman dan Selat Hormuz untuk memasuki Teluk Persia, dan mereka harus bertanggung jawab vis-a-vis pasukan militer negara kita untuk masuk ini dan menyatakan rincian mereka secara lengkap. Oleh karena itu, membangun sistem rudal balistik maritim IRGC seperti rudal Hormuz-2 dan rudal Teluk Persia di pantai Makran dapat secara signifikan meningkatkan kekuatan rudal pencegah dan ofensif Iran terhadap ancaman angkatan laut.

Tujuan pembuatan rudal ini adalah untuk menembus kapal besar seperti kapal induk. Uji coba rudal Hormuz-2 dilakukan tahun 2016 di pantai Makran dan menarget sebuah target sangat kecil di Laut Oman. Dan ini sebuah hal yang sangat penting. Baik angkatan laut IRGC atau pun angkatan laut militer Republik Islam Iran berulang kali menyatakan bahwa seluruh kapal perang asing, baik musuh atau pun yang tidak memiliki motif permusuhan, baik militer maupun sipil, akan diawasi hingga berkilo-kilo meter dari perairan Iran, serta jika dibutuhkan untuk melawan, maka Iran memiliki kemampuan untuk melakukannya dari jarak jauh dan sebelum kapal tersebut memasuki perairan Iran.

Seluruh kapal asing dan trans-regional untuk memasuki perairan Teluk Persia harus melewati Laut Oman dan Selat Hormuz, dan harus memberi laporan kepada angkatan perang Iran serta melaporkan identitasnya. Oleh karena itu, penempatan sistem rudal balistik maritim IRGC seperti Hormuz-2 dan Rudal Teluk Persia di pantai Makran dapat meningkatkan kemampuan pertahanan dan ofensif rudal Iran menghadapi setiap ancaman maritim.

Selasa, 26 Juli 2022 20:00

Antrean Haji Malaysia Capai 141 Tahun

 

Malaysia mengungkap bahwa antrean haji di negaranya saat ini mencapai 141 tahun, bahkan berpotensi bisa sampai 300 tahun.

Ketua rombongan haji Malaysia, Syed Saleh Syed Abdul Rahman, mengungkap fakta ini saat bertemu dengan tim haji Indonesia di PPIH Daerah Kerja Mekkah pada Kamis (21/7).

"Di Malaysia 141 tahun masa tunggu. Kalau kuota 50 persen [seperti tahun ini], masa tunggu bisa hampir 300 tahun," ujar Syed Saleh, seperti dilansir di situs resmi Kementerian Agama RI.

Syed Saleh kemudian membeberkan bahwa antrean ini bisa begitu panjang karena Malaysia menerapkan aturan ketat.

Ia mengambil contoh, Malaysia melarang penderita penyakit tertentu berangkat haji. Warga yang obesitas saja tak diperbolehkan bertolak ke Tanah Suci.

"Ada aturan indeks massa tubuh (BMI) dihitung 40 ke atas tidak boleh berangkat. 35-40 kalau punya penyakit bawaan juga tidak dibenarkan berangkat," ucapnya.

Tak hanya itu, calon jemaah yang punya penyakit bawaan, seperti kencing manis dan darah tinggi tak terkontrol, juga dilarang berangkat.

Sebelum berangkat, calon jemaah haji pun harus menjalani dua kali pemeriksaan, ditambah tes PCR Covid-19.