کمالوندی
Maleki: Sekutu Tradisional AS Ingin Turunkan Tensi dengan Iran
Anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Fada Hossein Maleki mengatakan, negara-negara kawasan dan bahkan sekutu tradisional Amerika lebih memilih pendekatan penurunan tensi dengan Iran.
Fada Hossein Maleki saat diwawancarai IRNA menyebut gagal kunjungan terbaru Presiden Amerika Joe Biden ke kawasan. "Presiden AS berusaha mengejar tujuan pemerintah sebelumnya negara ini di Asia Barat, tapi Arab Saudi, mengingat pengalaman sebelumnya menindaklanjuti kebijakan Washington di kawasan dengan lebih waspada, karena masalah ini memiliki biaya besar bagi Riyadh.
Seraya menjelaskan bahwa negara-negara kawasan dan bahwa sekutu tradisional Amerika lebih memilih pendekatan penurunan tensi dengan Iran, Fada Hossein Maleki menjelaskan, kunjungan terbaru Joe Biden ke Asia Barat digelar tanpa program, motivasi dan strategis khusus, serta hanya untuk mendukung rezim Zionis Israel.
Maleki juga menjelaskan bahwa pendekatan Amerika di Timur Tengah tidak menghasilkan capaian apa pun bagi negara-negara kawasan. "Kunjungan ini tidak memiliki dampak di kebijakan Republik Islam Iran di kawasan; Iran bertekad memperkuat sistem pertahanan dan sikapnya di JCPOA, serta mengejar tujuannya dalam koherensi dan keamanan negara-negara Islam," ungkap Maleki.
Ia menekankan, negara-negara Arab bertindak dengan lebih waspada terhadap kebijakan Amerika di kawasan dan memahami bahwa Republik Islam Iran sebagai kekuatan regional yang berpengaruh dan semakin kuat Iran, keamanan dan stabilitas di kawasan juga semakin besar.
Iran Catat Rekor Tertinggi Dunia di Peningkatan Prosentase Produksi Minyak
Republik Islam Iran di tahun 2021 mencatat rekor tertinggi di prosentase peningkatan produksi minyak di antara 10 negara terkemuka produsen minyak dunia.
Menurut laporan FNA, Majalah Forbes di laporannya menyebutkan, di tahun 2021 Iran setiap harinya memproduksi 3,2 juta barel minyak, dan tercatat sebagai produsen terbesar ketujuh dunia.
Masih menurut sumber ini, 4,1 persen total produk minyak di dunia tahun 2021 milik Iran.
Di tahun 2020 mencatat penurunan terbesar konsumsi minyak di dunia, dan setelah sembilan tahun proses peningkatan konsumsi minyak di dunia, pandemi Corona membuat permintaan minyak di pasar dunia turun sembilan persen.
Masih menurut laporan ini, Amerika di tahun 2021 dengan konsumsi harian 18,7 juta barel, tercatat sebagai konsumen minyak terbesar di dunia dan naik 8,7 persen di banding tahun 2020.
Konsumsi minyak terbesar Amerika terjadi tahun 2005 dan sembilan persen lebih tinggi di banding tahun 2021.
Setelah AS, Cina dengan konsumsi harian sebesar 15,4 juta barel menempati posisi kedua.
Di laporan Forbes disebutkan, produksi minyak di enam negara besar produsen minyak dunia mencakup AS, Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab (UEA), Brazil dan Kuwait di tahun 2021 menurun, tapi Iran dengan mencatat 16,1 persen peningkatan menorehkan rekor pertumbuhan tertinggi produksi minyak di antara negara-negara dunia.
Peran dan Posisi Wilayah dalam Melestarikan Capaian Revolusi Islam
Velayat-e Faqih atau Wilayatul Faqih telah menjadi prinsip utama dari Revolusi Islam dan penjamin pelestarian dan kelangsungan hidupnya selama empat dekade terakhir. Imam Khomeini ra, Pemimpin Besar Revolusi Islam, sebagai Wali Faqih pertama, memainkan peran peran penting dan tak tergantikan dalam kemenangan Revolusi Islam dan dalam memajukan sistem Republik Islam pada dekade pertama revolusi.
Setelah 33 tahun sejak wafatnya orang besar dalam sejarah Iran dan dunia Islam ini, pemikiran dan gagasan Imam Khomeini masih menerangi Republik Islam dan pedomannya masih menjadi solusi untuk melestarikan sistem Islam. Poin penting yang harus disebutkan tentang karakter Imam Khomeini ra adalah bahwa ia memiliki semua kualitas yang diperlukan untuk memimpin dan memainkan peran panutan bagi masyarakat Muslim.
Sebagian dari karakter itu adalah pengetahuan yang mendalam dan wawasan keagamaan yang mendalam, kejujuran yang luar biasa dan tidak egois, berjuang melawan ego, memiliki kemauan dan tekad pemimpin yang kuat, kecerdasan yang luar biasa, memiliki keberanian dan kegigihan yang tak tertandingi dalam menghadapi kesulitan dan bencana besar, kesabaran dan ketekunan, empati sejati dengan yang tertindas atau masyarakat biasa, kemampuan untuk menjalin hubungan dengan massa dan mempengaruhi orang, serta yang paling penting, memiliki ketakwaan dan kezuhudan terhadap dunia dan tidak memperhatikan keindahan duniawi.
Imam Khomeini, sebagai arsitek Revolusi Islam, setelah mendirikan Republik Islam Iran, pada tahap-tahap revolusi selanjutnya, selalu menekankan perlunya persatuan antara rakyat dan angkatan bersenjata, dan pengaruh dukungan rakyat terhadap menjaga sistem Islam dari hasutan dan konspirasi. Selain itu, beliau selalu menyebutkan kewajiban amar makruf dan nahi munkar agar negara tidak rusak, dan beliau selalu mengungkap persekongkolan musuh.
Peran Imam dan posisinya dalam otoritas keagamaan dan pengaruh sosialnya yang efektif di antara orang-orang menyebabkan stabilisasi sistem Islam dan pemurniannya dari segala macam kotoran. Imam Khomeini, seperti pengawas yang benar-benar menguasai sistem Republik Islam dan kondisi dunia, mengidentifikasi musuh dan dengan cepat menyadari konspirasi musuh terhadap negara dan, bila perlu, mengambil respons yang tepat dan sikap logis untuk menetralisir konspirasi.
Langkah lain Imam Khomeini adalah menekankan adanya keamanan dalam masyarakat untuk menjaga sistem Islam dan pencapaiannya. Sejatinya, salah satu pilar dan alasan pembentukan pemerintahan adalah terciptanya keamanan publik. Pembentukan keamanan publik atas dua dasar, yaitu adanya tindakan keamanan terhadap musuh asing, baik agresi militer terbuka atau tindakan teroris dan bawah tanah, dan mengambil tindakan untuk mengekang aktivitas yang didasarkan pada tindakan kriminal internal dan serangan terhadap jiwa, properti, atau kebebasan warga negara.
Imam Khomeini, merujuk pada sejarah awal Islam, menegaskan bahwa keamanan adalah salah satu hak warga negara dan setiap orang harus memilikinya. Imam Khomeini juga, dalam rangka memelihara sistem Islam, selalu menekankan persatuan dan solidaritas antara rakyat dan angkatan bersenjata. Di satu sisi, Imam Khomeini menginginkan militer dan polisi mengikuti etika Islam dalam menghadapi musuh dan rakyat, dan di sisi lain, ia meminta para pejabat IRGC dan Militer untuk mencegah orang-orang yang menyebabkan perselisihan memasuki IRGC dan Militer demi menjaga persatuan dan solidaritas di antara angkatan bersenjata.
Peran Imam Khomeini dalam memobilisasi jutaan orang di berbagai waktu dalam sejarah Revolusi Islam serta dalam periode pembentukan dan pertumbuhan Republik Islam begitu jelas, sehingga semua analis telah mengakuinya. Tanpa diragukan lagi, salah satu faktor yang paling penting dalam hal ini adalah penciptaan kelindan emosi dua arah antara dirinya dan masyarakat. Imam Khomeini selalu menekankan peran dukungan bangsa dalam mencegah kejahatan.
Imam Khomeini dalam hal ini mengatakan, "Dengan dukungan bangsa, Anda dapat menghentikan kejahatan yang kadang-kadang terjadi di kota-kota dengan nasihat dan kekuatan yang besar. Sebenarnya, menciptakan semangat harapan di tengah masyarakat memberikan dasar bagi partisipasi mereka di setiap kancah sebanyak mungkin. Karena harapan membawa kegembiraan dan menguatkan semangat serta meningkatkan kemampuan untuk menanggung kesulitan dan masalah." Imam Khomeini sangat menyadari masalah ini dan menerapkannya sepenuhnya.
Imam Khomeini selalu menekankan pada kesatuan masyarakat Islam dan ikatan antara masyarakat dan sistem Islam, dan memperingatkan berkali-kali tentang perselisihan dan konsekuensi negatifnya. Keyakinan Imam Khomeini adalah bahwa perselisihan menyebabkan hilangnya nikmat Allah. Imam Khomeini selalu menyerukan agar rakyat tidak terpecah belah dan menjadi beberapa puak, dan dia percaya bahwa partisipasi masyarakat di tempat kejadian mencegah kerusakan pada negara.
Dalam hal ini, Imam Khomeini berkata, "Mudah-mudahan tidak terjadi, Anda kehilangan persatuan dan tujuan Anda bukan tujuan pemerintah Islam, dikhawatirkan Anda tidak akan bisa lagi melangkah. Tidak bisa mengikutinya, di mana mereka telah lebih dahulu melangkah dan Anda akan menjadi lemah, mundur dari sikap sebelumnya, dan mereka akan maju selangkah, mereka akan meningkatkan konspirasi."
Salah satu tindakan terpenting Imam Khomeini terkait pelestarian Revolusi Islam dan pencapaiannya adalah masalah mengenal musuh dan penekanannya yang sangat serius pada sikap anti-arogansi, yang simbolnya adalah menentang kebijakan dan tindakan Amerika sebagai Setan Besar dan manifestasi arogansi di era saat ini. Imam memahami bahwa musuh utama Republik Islam Iran adalah pemerintah Amerika.
Oleh karena itu, Imam menyebutnya dengan kata "Setan Besar". Selama empat dekade terakhir, kita selalu menyaksikan tindakan permusuhan dan kejahatan Amerika Serikat terhadap sistem Islam, sehingga Washington, sebagai pimpinan blok Barat, telah menggunakan semua kapasitas dan kekuatannya untuk melawan sistem ini. Imam Khomeini, yang sepenuhnya sadar akan substansi arogan Amerika Serikat, telah memperingatkannya berkali-kali dan menekankan pada konfrontasi yang efektif dengan Amerika Serikat.
Peran kepemimpinan Imam sebagai pemimpin dan panglima tertinggi angkatan bersenjata, yang bertanggung jawab untuk menentukan dan membimbing strategi perang, adalah faktor efektif yang paling penting dalam menjaga dan mempromosikan semangat epik bangsa Iran selama perang 8 tahun yang dipaksakan oleh rezim Baath, Irak terhadap Iran, atau Pertahanan Suci. Karakter irfan dan epik dari Imam Khomeini ra dan cara pandang, ajaran dan kehidupannya memiliki efek mendalam pada semangat bangsa Iran dan para pejuang serta perlawanan mereka terhadap musuh. Dengan kebijaksanaan Imam Khomeini ra dan berkat keteguhan dan perlawanan bangsa, Pertahanan Suci menjadi simbol kelanggengan, kehormatan, ketabahan, keberanian, pengorbanan dan kesyahidan rakyat Iran.
Bahkan sekarang, Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, memainkan peran yang menentukan dan membimbing dalam kelanjutan Revolusi Islam serta melestarikan pencapaiannya. Mengingat berlanjutnya arogansi global dan berbagai konspirasi yang dihadapi Iran-Islam selama kepemimpinan Ayatullah Khamenei, perannya dalam menghadapi konspirasi musuh di satu sisi, dan mendeskripsikan dan menentukan serta mengkomunikasikan kebijakan umum sistem Islam di berbagai bidang dianggap sebagai tindakan terpenting Pemimpin Besar Revolusi Islam di bidang melestarikan pencapaian Revolusi Islam dan sistem Islam Iran dalam 33 tahun terakhir.
Dalam pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebutkan capaian Revolusi Islam dari berbagai aspek, yang dapat dirinci sebagai berikut:
Independensi dalam mengambil keputusan, mempertahankan integritas teritorial negara dan membawa Iran ke martabat dan kemuliaan yang layak
Meningkatkan posisi Iran di dunia, mengekspor slogan-slogan revolusi dan menginspirasi para pencari hak dunia
Memperluas kebebasan publik, mendorong kaum muda untuk berpikir bebas dan berdiskusi secara bebas
Memperluas pemanfaatan fasilitas materi oleh publik (dibandingkan dengan sebelum revolusi dan negara-negara yang sebanding)
Kemajuan dalam spiritualitas dan kemungkinan mencapai kesempurnaan dalam atmosfer revolusi
Serius memerangi korupsi dan menindak para pelakunya
Kemampuan untuk melawan para arogan dan dominator global
Perbandingan kemajuan revolusi Islam dengan berbagai revolusi lain di dunia
Pertumbuhan sains dan industri, gerakan di perbatasan ilmu pengetahuan, kemajuan luar biasa dalam ilmu kedokteran dan farmasi serta teknologi nuklir
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besasr Revolusi Islam
Jelas, peran Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam meraih setiap pencapaian tersebut dan mempertahankannya tidak dapat disangkal. Selama masa-masa kritis dalam tiga dekade terakhir, ketika memikul bertanggung jawab atas kepemimpinan sistem Islam dan Pemimpin Rrevolusi Islam, beliau mampu membimbing sistem Islam melewati tikungan yang sulit dan situasi berbahaya dengan kebijaksanaan dan pandangan jauh ke depan. Ayatullah Khamenei dalam menanggapi pertanyaan tentang apa tugas kepemimpinan dan bagaimana mekanisme pemerintahannya, beliau mengatakan:
"Tugas terpenting seorang pemimpin dalam konstitusi adalah menetapkan kebijakan umum dan kedua, tugas seorang pemimpin adalah bila merasa ada satu gerakan yang sedang dilakukan, di mana gerakan ini telah menyimpang dari arah sistem, maka di sini adalah tugas pemimpin untuk terjun ke medan dan berdiri tegak dengan cara apa pun yang memungkinkan dan tidak membiarkannya, sekalipun kasusnya kecil."
Melakukan dua tugas ini di bidang tindakan, di satu sisi, mengarah pada panduan umum dan penentuan jalur di tingkat makro menuju realisasi tujuan sistem, dan di sisi lain, mengarah pada pemantauan masalah negara dan masuk secara cerdas ke bidang yang diperlukan sedemikian rupa sehingga mekanismenya tidak terdistorsi, dan negara tidak akan menemui jalan buntu.
Idul Ghadir, Hari Ujian Ketaatan Hamba
Pada Hari Raya Ghadir, Allah Swt menyerahkan tanggung jawab kepemimpinan umat ini – setelah wafatnya Rasulullah Saw – kepada Imam Ali as. Rasul kemudian memperkenalkan Ali as sebagai pengganti dan khalifahnya kepada kaum Muslim.
Ketika keutamaan, nilai-nilai, dan kebenaran telah hilang, Rasulullah Saw diutus untuk memerangi kesyirikan, kebodohan, kezaliman, dan kerusakan di muka bumi. Beliau dengan penuh kasih sayang dan jiwa kemanusiaan telah menyebarkan Islam dan mengajarkan ajaran-ajaran luhur yang datang dari langit kepada para pengikutnya.
Nabi Muhammad Saw menyeru manusia pada kebahagiaan dan kesempurnaan serta membangun tali persaudaraan, kesetaraan, dan ketaatan kepada Allah Swt di tengah mereka. Manusia agung ini memberantas kebodohan dan menghembuskan cahaya kemanusiaan dan spiritualitas di hati anak Adam.
Rasul Saw mengajarkan seperangkat hukum dan sunnah yang akan menjadi penyelamat manusia dan menjadikan al-Quran sebagai teladan kehidupan mereka. Beliau memperkenalkan warisan agung ini sebagai penjamin kebahagiaan material dan spiritual manusia. Mereka akan selamat di dunia dan akhirat selama berpegang teguh pada ajaran agama.
Lalu, setelah wafatnya Nabi Saw, siapa sosok yang akan menahkodai bahtera keselamatan ini dan memegang obor untuk menerangi jalan umat ini? Rasulullah Saw sedang melewati tahun terakhir dari kehidupannya dan selalu berpikir tentang pemilihan sosok pengganti terbaik.
Allah Swt akhirnya menjawab kegelisahan Rasulullah dan pada peristiwa haji Wada' (haji perpisahan) yang dihadiri oleh sekitar 100.000 orang Muslim. Allah menurunkan ayat 67 surat al-Maidah kepada beliau yang berbunyi, "Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya."
Dalam perjalanan pulang dari haji Wada', Rasulullah Saw menghentikan rombongan jemaah haji di sebuah tempat antara Mekah dan Madinah yang disebut Ghadir Khum. Dengan menyaksikan mimik serius dan raut bercahaya Rasulullah, para sahabat sudah mengerti bahwa sebuah peristiwa penting akan segera terjadi di lembah ini.
Kala itu mentari Tanah Hijaz begitu terik. Rasulullah Saw memerintahkan kafilah yang sudah mendahului rombongannya untuk kembali dan juga menunggu kafilah yang tertinggal di belakang. Setelah menunaikan shalat Zuhur, Rasulullah naik ke atas mimbar dari pelana unta untuk menyampaikan khutbah yang kemudian dikenal dengan Khutbah al-Ghadir. Dalam khutbahnya, Rasulullah berkata, "… Allah Swt adalah waliku dan Aku adalah wali kaum Mukminin dan Aku lebih memiliki wilayah (otoritas) atas diri kalian sendiri. Oleh karena itu, siapa saja yang menjadikan aku sebagai pempimpinnya, maka Ali adalah pemimpin baginya."
Beliau mengulangi kalimat itu sebanyak 3 kali sehingga semua orang mendengarnya dan kemudian bersabda, "Ya Allah cintailah orang-orang yang mencintai Ali dan menjadikannya sebagai pemimpinnya dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya, tolonglah orang-orang yang menolongnya, tinggalkanlah orang yang meninggalkannya." Lalu Nabi berkata kepada para hadirin, "Wahai kalian yang hadir, sampaikan pesan ini kepada orang-orang yang gaib (tidak hadir)."
Mengenai keutamaan Imam Ali as dan anak-anaknya, Rasulullah Saw berkata kepada semua hadirin, "Wahai manusia! Ketahuilah bahwa dia (Ali as) adalah penolong agama Allah Swt dan pembela Rasulullah, paling bertakwa, suci, dan penunjuk orang-orang yang mendapat hidayah. Sesungguhnya nabi kalian adalah paling baiknya nabi, washi (pengganti) kalian adalah paling baiknya washi dan putra-putranya adalah paling baiknya washi."
"Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah telah mengangkat untuk kalian seorang pemimpin dan imam yang wajib ditaati baik oleh kalian yang dari kaum Muhajirin maupun dari Anshar, juga oleh para pengikut jejak baik mereka, penduduk desa atau kota, masyarakat 'Ajam (non-Arab) atau Arab, yang merdeka atau budak, besar atau kecil, kulit putih atau hitam, dan juga oleh semua orang yang mengesakan Tuhan. Hukum dan ketetapannya (Ali as) berlaku untuk semua orang, ucapan dan kata-katanya wajib diamalkan. Terkutuklah siapa saja yang menentangnya, dan dipastikan bahwa siapa saja yang mengikuti dan membenarkannya akan mendapatkan limpahan rahmat Ilahi dan ampunan-Nya."
Setelah Rasul Saw menyampaikan khutbahnya, para hadirin secara bergilir menghampiri Ali as dan mengucapkan selamat kepadanya. Mereka berlomba-lomba untuk menyatakan baiat kepada sang khalifah. Sebelum kafilah haji melanjutkan perjalanan, Malaikat Jibril kembali turun untuk menyampaikan ayat 3 surat al-Maidah kepada Rasulullah Saw, "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu."
Dengan demikian, sebuah babak baru telah dimulai dalam sejarah Islam yang disebut dengan Wilayah (otoritas) dan Imamah. Ghadir Khum adalah penerus misi risalah Nabi Muhammad Saw dan kaum Muslim tetap memiliki pemimpin untuk melanjutkan jalan mereka. Kaum Muslim mengenal karakter istimewa Ali as dan semua menganggapnya sebagai orang yang paling layak untuk memikul tanggung jawab berat ini setelah wafatnya Rasulullah Saw.
Ghadir adalah hasil dari keutamaan, keistimewaan, dan kesempurnaan Imam Ali as. Amirul Mukminin adalah manifestasi takwa, ketaatan mutlak pada agama, tulus dalam mengikuti kebenaran, memiliki ilmu dan kebijaksanaan, serta memiliki tekad baja.
Imam Ali as berjuang untuk menyelamatkan Islam pada saat-saat genting dan perang yang menentukan. Ia berkumpul bersama orang-orang miskin dan hidup seperti mereka. Imam Ali as hampir setiap malam memanggul karung goni berisi gandum di pundaknya dan membagikannya kepada orang-orang miskin. Ia selalu menjadi pelipur lara bagi anak-anak yatim dan dijuluki sebagai ayah para anak yatim.
George Jordac, pemikir Kristen berkebangsaan Lebanon menulis, “Sejarah membuktikan bahwa keutamaan Ali tidak kenal habisnya, penghulu para syuhada, penyeru keadilan dan tokoh yang abadi di Timur. Di antara putra Adam dan Hawa sepanjang sejarah, tidak ada yang meneriakkan kebenaran seperti Ali. Imam Ali adalah jantung Islam seperti aliran air yang keluar dari mata air. Sebelum memeluk agama Islam, kaum Muslim masa itu menyembah berhala. Namun Ali adalah orang yang pertama kali beriman kepada Muhammad dan menyembah Allah. Ali seperti gunung yang tegar berdiri menegakkan kebenaran."
Idul Ghadir sebagai salah satu hari besar dalam kalender Islam selalu menjadi perhatian para ulama. Dalam riwayat disebutkan, "Kaum mukmin akan memperoleh pengampunan dan rahmat Allah Swt pada hari raya Ghadir." Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Idul Ghadir adalah hari raya terbesar kaum Muslimin. Alangkah baiknya jika pada hari itu manusia senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah dan orang-orang melakukan puasa atas rasa syukur itu di mana puasa pada hari itu setara dengan 60 tahun ibadah."
Di antara amalan Hari Raya Ghadir adalah puasa, mandi, membaca doa ziarah Amirul Mukminin, mengucapkan tahniyah ketika bertemu dengan kaum mukminin lainnya dengan berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami dari orang-orang yang berpegang teguh kepada wilayah Amirul Mukminin dan para imam maksum."
Tidak diragukan lagi, Idul Ghadir tidak hanya dikhususkan untuk satu hari, tetapi ia sebuah gerakan yang membutuhkan pemahaman yang dalam dan memiliki filosofi. Peristiwa Ghadir Khum terjadi pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun kesepuluh Hijriyah sehingga pencapaian Nabi Muhammad Saw bisa terus dipertahankan.
Rasulullah Saw bersabda, "Hari Ghadir adalah hari terbaik umatku dan ia adalah hari ketika Allah Swt menyempurnakan agama-Nya dan melengkapi nikmat-Nya kepada umatku."
Perlu dicatat bahwa sejarah Ghadir Khum bukan hanya sebuah peristiwa sejarah semata, tapi mengandung pesan-pesan penting yaitu, pendidikan dan tugas memberi petunjuk kepada umat manusia harus diteruskan oleh orang-orang suci. Keberadaan para pemimpin shaleh di tengah masyarakat merupakan jaminan terbaik untuk memelihara keselamatan dan kemajuan mereka.
Ghadir Khum mengajarkan kita untuk memilih manusia-manusia suci dan layak sebagai pemimpin sehingga keadilan dapat ditegakkan di muka bumi. Mungkin karena masalah ini pula, Rasulullah Saw menyebut Ghadir Khum sebagai hari raya paling utama dalam Islam.
Perjuangan Imam Hadi Menegakkan Kebenaran
Pertengahan bulan Dzulhijjah bertepatan dengan hari kelahiran Imam Ali bin Muhammad al-Hadi as. Hari-hari kelahiran para aulia Allah Swt akan selalu membawa kebaikan dan keberkahan. Momen baik ini menghadirkan sebuah kesempatan untuk meningkatkan pengenalan kita tentang salah satu figur mulia Ahlul Bait Nabi as.
Imam Ali an-Naqi as yang dijuluki al-Hadi dilahirkan pada tahun 212 Hijriyah di sebuah daerah yang disebut Sharya di dekat kota Madinah. Ayahnya memilih salah satu nama yang paling indah untuk bayi tersebut dan nama ini juga sudah populer di tengah Ahlul Bait yaitu Ali. Imam Hadi as memiliki banyak julukan di antaranya; Najib, Murtadha, Naqi, 'Alim, Faqih, Amin, dan Thayyib.
Imam Hadi as memiliki paras yang bercahaya dan rupawan. Selain ketampanan fisik, beliau sama seperti para leluhurnya memiliki ilmu dan keutamaan akhlak yang tinggi. Pada usia enam tahun, Imam Hadi dipaksa berpisah dengan ayahnya Imam Muhammad al-Jawad as, yang dipanggil oleh Khalifah Muktasim Abbasi untuk tinggal di Baghdad.
Pada waktu itu, Muktasim Abbasi memberikan perintah agar dicarikan seorang guru untuk mendidik Imam Hadi as yang menetap bersama keluarganya di Madinah. Dengan demikian, Khalifah Abbasi dapat mendidik Imam Hadi sesuai dengan selera dan keinginannya. Al-Juneidi – yang dikenal sangat menentang dan memusuhi Ahlul Bait – dipilih untuk melakukan tugas itu.
Al-Juneidi kemudian memulai kelas pendidikannya. Setelah berlangsung beberapa waktu, salah seorang keluarga khalifah melihat Juneidi dan menanyakan perkembangan si "anak" yang dititipkan kepadanya untuk dibina. Al-Juneidi memprotes sebutan kata "anak" sembari berkata, "Apakah dia anak? Aku menjelaskan satu perkara tentang adab kepadanya, tetapi dia malah menjabarkan banyak bab tentang adab kepadaku dan aku pun memperoleh ilmu darinya."
"Kadang ketika ia ingin memasuki kamar, aku sengaja mengganggunya dan meminta dia untuk membacakan satu surat dari al-Quran. Dia bertanya, 'Surat mana yang harus aku baca?' Lalu aku menyebutkan salah satu surat yang panjang. Dia membacanya dan menafsirkan ayat-ayat yang sulit kepadaku. Ia adalah orang yang alim, hafal al-Quran, dan mengetahui tafsir dan takwil ayat-ayat al-Quran. Maha Suci Allah," ujar al-Juneidi.
Imam Hadi as menduduki posisi imamah pada usia sekitar delapan tahun atau setelah ayahnya gugur syahid. Ia mulai memikul tanggung jawab sebagai pemimpin dan pemberi petunjuk kepada masyarakat Muslim selama 33 tahun. Imam Hadi melakukan tugas ini selama 13 tahun di Madinah dan 20 tahun sisanya di Samara, Irak.
Periode kepemimpinan imam kesepuluh umat Muslim Syiah ini berbarengan dengan masa kekuasaan enam khalifah dari Dinasti Abbasiyah yaitu; Muktasim, Watsiq, Mutawakkil, Muntashir, Musta'in, dan Mu'taz. Perang kekuasaan terus bergelora di balik tembok istana Dinasti Abbasiyah. Dalam kondisi ini, kezaliman dan kediktatoran para penguasa semakin meningkat sehingga menyulitkan ruang gerak para penyeru kebenaran, terutama Imam Hadi as.
Imam Hadi menetap di Madinah dan menangani semua urusan masyarakat Syiah sebelum Mutawakkil naik takhta. Begitu Mutawakkil berkuasa, para keturunan Ahlul Bait berada di bawah pengepungan ekonomi. Dia menangkap dan memenjarakan mayoritas dari keturunan Ahlul Bait pada masa itu. Di antara tindakan Mutawakkil yang paling mengerikan adalah merusak dan menghancurkan Makam Imam Husein as di Karbala.
Mutawakkil memerintahkan Imam Hadi untuk pindah dari Madinah ke Samara, ibukota pemerintahan Dinasti Abbasiyah waktu itu. Dia mengkhawatirkan pengaruh dan popularitas imam di tengah masyarakat. Setelah tinggal di Samara, pasukan Mutawakkil mengawasi seluruh gerak-gerik Imam Hadi dan memantau setiap pertemuan yang ia lakukan.
Situasi sangat mencekam dan interaksi Imam Hadi as dengan masyarakat semakin sulit. Namun, beliau dengan manajemen yang rapi dan kebijaksanaan tetap bisa menyebarluaskan pengetahuan agama dan menyelamatkan umat Islam dari jurang kefasadan.
Imam Hadi as membangun jaringan komunikasi untuk menjaga dan memperkuat basis politik, ekonomi, sosial, dan budaya dengan para pecinta Ahlul Bait di berbagai wilayah negara Islam. Beliau melalui perantaraan para wakil dan utusannya aktif membangun interaksi dengan masyarakat Syiah di berbagai belahan dunia Islam. Pola interaksi seperti ini sudah dirintis sejak masa kepemimpinan Imam Jakfar Shadiq as.
Para wakil tersebut mengumpulkan khumus serta menjawab persoalan-persoalan fikih dan akidah masyarakat. Keberadaan mereka membuat masyarakat bisa bernafas lega karena masih memiliki jalan untuk membangun komunikasi dengan Imam Hadi as. Lembaga perwakilan yang dibentuk Imam Hadi as bertugas untuk memperkuat dan memperlancar hubungan antara imam dengan para Syiahnya. Para wakil tersebut adalah orang-orang kepercayaan Imam Hadi.
Para imam Syiah menyusun program untuk membimbing masyarakat dan gerakan pemikiran mereka dengan memperhatikan kondisi sosial yang berlaku pada masa itu. Mereka bekerja keras untuk mendidik para murid berprestasi, yang kelak akan membangun budaya Ahlul Bait di tengah umat. Para ulama yang menjadi penerus mereka bertugas menyeru umat untuk menyembah Allah Swt dan membangun peradaban Islam yang hakiki.
Berdasarkan catatan Syeikh Thusi, jumlah total murid Imam Hadi as dan para perawi yang menukil riwayat darinya berjumlah 185 orang. Selain menguasai ilmu hadis, akidah, dan pemikiran Islam murni, mereka juga menulis banyak buku di bidang kedokteran, geografi, sejarah, astronomi, dan matematika. Karya-karya mereka berkontribusi dalam mengembangkan budaya Islam di berbagai wilayah negara Muslim.
Salah satu cara untuk menjelaskan hakikat agama dalam ajaran Syiah adalah melalui doa dan ziarah, yang bersumber dari para imam maksum. Salah satu ziarah yang paling penting di tengah masyarakat Syiah adalah ziarah hari Raya Ghadir atau Ziarah Ghadiriyah. Ziarah yang diajarkan oleh Imam Hadi as ini berisi tentang ayat-ayat al-Quran dan riwayat untuk membuktikan kebenaran kepemimpinan Imam Ali bin Abi Thalib as.
Imam Hadi as mulai menyusun Ziarah Ghadiriyah ketika beliau sudah menetap di Baghdad dan berkesempatan untuk menziarahi Makam Imam Ali di kota Najaf. Dengan bersandar pada ayat-ayat al-Quran, beliau menjelaskan keutamaan dan karakter politik dan sosial Imam Ali as. Beliau membawakan ayat-ayat al-Quran yang secara khusus berbicara tentang kepemimpinan Imam Ali. Di antaranya adalah ayat pertama surat an-Naba’ di mana para mufasir – baik Syiah maupun Sunni – menafsirkan kata al-Naba' al-'Azim (berita besar) dengan masalah wilayah (kepemimpinan).
Imam Hadi as juga meninggalkan sebuah doa ziarah yang paling lengkap untuk masyarakat Syiah yaitu Ziarah Jami'ah Kabirah. Doa ini berisi tentang keyakinan Syiah terhadap imamah, kedudukan para imam, tugas dan tanggung jawab Syiah di hadapan para imam maksum. Ziarah Jami'ah Kabirah termasuk doa yang berisi pembahasan imamah dalam bentuk ibarat yang fasih dengan kandungan yang tinggi.
Dalam ziarah ini, Imam Hadi as memperkenalkan para imam maksum sebagai pemimpin politik, ideologi, dan spiritual umat Islam. Ziarah Jami'ah Kabirah juga menyinggung semua ajaran Syiah dengan bahasa yang fasih, seperti hubungan para imam dengan Nabi Saw, kedudukan para imam dalam keilmuan, akhlak dan politik, suri teladan, dan hubungan imamah dan tauhid.
Sebagai penutup, kami kutipkan nasihat bijak dari Imam Ali al-Hadi as yang dapat menjadi petunjuk bagi kita mengarungi kehidupan dunia. Beliau berkata, “Barang siapa taat kepada Allah, maka ia tidak akan khawatir terhadap kekecewaan makhluk.” ”Pelaku kebaikan itu lebih baik daripada kebaikan itu sendiri. Sedang pelaku keburukan itu lebih buruk daripada keburukan itu sendiri.”
Media AS Akui Kekuatan Defensif Iran
Majalah mingguan Newsweek di analisanya menulis, Republik Islam Iran tanpa membutuhkan senjata nuklir, kini memiliki kekuatan pertahanan yang cukup di kawasan.
Menurut laporan IRNA, laman Newsweek Sabtu (16/7/2022) di sebuah artikel yang ditulis Daniel R. DePetris, pakar pertahanan media Amerika ini menulis, "Ungkapan "semua opsi ada di atas meja" memiliki arti khusus bahwa aksi militer adalah salah satu kemungkinannya. Ini adalah ungkapan yang sering digunakan oleh presiden AS untuk mengirim pesan yang kuat kepada saingan atau musuh."
Di analisa ini disebutkan bahwa presiden Amerika hanya kepada Iran berulang kali menggunakan ungkapan ini.
Penulis terkait alasan tidak digunakannya aksi militer ini menulis, "Kami memahami bahwa Iran akan membalas setiap aksi militer, karena sebelumnya negara ini telah melakukannya, ketika membalas teror Letjen Qassem Soleimani, mantan komandan pasukan Quds IRGC, Iran menembakkan puluhan rudal balistik ke dua pangkalan Amerika di Irak.
Jika Iran membalas teror terhadap sosok seperti ini, maka bayangkan jika program pengayaan uraniumnya dihancurkan, bagaimana Iran akan membalasnya.
Raad: Lakukan Kesalahan, Musuh akan Saksikan Kekuatan Nyata Hizbullah
Ketua Fraksi Loyalis Perlawanan di Parlemen Lebanon mengatakan Hizbullah siap melindungi hak dan kedaulatan negara. Menurutnya jika musuh melakukan kesalahan, maka saat itu ia akan menyaksikan kekuatan nyata Hizbullah.
Mohammad Raad, Minggu (17/7/2022) seperti dikutip situs berita El Nashra menegaskan, "Kami tidak ingin berperang, tapi kami memiliki kesiapan untuk itu."
Ia menambahkan, "Kami tidak akan pernah mundur dari hak kami untuk berinvestasi dalam aset-aset maritim, dan penetapan perbatasan kedaulatan kami, begitu juga kami akan tetap berdiri di samping rakyat dan pemerintah kami, demi membela kemuliaan negara dan putra-putranya di seluruh wilayah, bahkan atas mereka yang tidak menghargai sejumlah masalah dan tidak memahami situasi dengan baik."
Raad menjelaskan, "Orang-orang yang berharap pada Rezim Zionis, kelak akan menyadari bahwa upayanya sia-sia, dan Zionis tidak punya tempat di kawasan, ini adalah buah dari kerja keras bangsa-bangsa kawasan, terutama rakyat Palestina."
Israel Khawatir Perang Gaza Meletus
Juru bicara militer Rezim Zionis Israel menyatakan kekhawatiran atas potensi meletusnya perang dengan Jalur Gaza.
Faksi-faksi Palestina selama beberapa tahun terakhir melakukan banyak uji coba rudal dan menggelar berbagai manuver perang untuk meningkatkan kemampuannya serta menciptakan pertahanan menghadapi Rezim Zionis.
Menurut laporan Maan News, Ran Kochav menekankan, mengingat tensi yang ada, tidak mungkin menggelar operasi militer ke Gaza tahun ini.
“Hamas dan Gaza tidak akan musnah, dan mereka akan melawan kami, serta wilayah ini sangat rumit,” tambah Kochav.
Sebelumnya Gerakan Jihad Islam Palestina juga menekankan, balasan kunjungan terbaru presiden AS ke kawasan adalah eskalasi resistensi melawan Rezim Zionis.
Palestina pendudukan dan Tepi Barat selama beberapa bulan menyaksikan konfrontasi antara warga Palestina dan Zionis. Warga Palestina menggelar aksi demo mengecam rezim penjajah dan pelecehan kesucian Masjid al-Aqsa.
Giliran Departemen Kesehatan Israel Diretas
Serangan siber besar-besaran ke situs Departemen Kesehatan dan sejumlah laman kantor pemerintah Rezim Zionis Israel dibenarkan oleh media berbahasa Ibrani.
Infrastruktur Rezim Zionis selama beberapa bulan lalu menghadapi krisis serangan siber. Hampir setiap pekan instansi Rezim Zionis mendapat serangan siber.
Menurut laporan Pusat Informasi Palestina, media berbahasa Ibrani mengkonfirmasi serangan siber besar-besaran ke sejumlah situs Rezim Zionis termasuk situs Departemen Kesehatan.
Menurut sumber tersebut, serangan siber ini membuat situs milik Depkes Israel terganggu dan satuan penanganan Corona di Tel Aviv Minggu (17/7/2022) melaporkan bahwa warga asing yang ingin masuk ke Israel dan harus mengisi formulir kedatangan ke Tel Aviv tidak dapat diakses karena sistem terganggu.
Depkes Israel di akun Twitternya membenarkan bahwa situsnya mengalami gangguan dan saat ini hanya dapat dibuka melalui IP dalam negeri dan pengguna asing tidak dapat mengaksesnya.
Ini termasuk kesekian kalinya serangan siber terhadap infrastruktur Rezim Zionis dalam beberapa pekan terakhir.
Hizbullah Lebanon: Kami tidak Menginginkan Perang, tapi Siap untuk Itu
Gerakan Hizbullah Lebanon menyatakan bahwa kubu ini tidak menginginkan perang, tapi siap untuk menghadapinya.
Menurut laporan al-Ahed, Mohammad Raad, Ketua Fraksi Loyalis Perlawanan di Parlemen Lebanon mengatakan, "Ketika kami menunjukkan bahwa opsi perang memungkinkan kami untuk hidup dengan bermartabat dan tanpa mengemis dari orang lain, kami bermaksud bahwa kami merdeka dan Anda harus tahu dengan siapa Anda berhadapan, kami tidak menginginkan perang, tetapi kami siap untuk itu."
"Jika Anda melihat komandan syahid kami diawal muqawma dan syuhada pemberani lainnya di hari-hari mendatang ketika kalian memilih opsi yang salah dan berani untuk melancarkan serangan, maka kalian akan menyaksikan keberanian kami," papar Raad.
Mohammad Raad mengungkapkan, "Kami tidak akan mundur terkait investasi di kekayaan kami dan penentuan perbatasan. Kami yang akan mengambil keputusan di kasus ini, dan mendukung setiap sosok yang ikhlas di pemerintah ini dengan tujuan untuk melindungi kehormatan negara dan seluruh lapisan masyarakat serta wilayah kami. Janji dan baiat kami dengan seluruh putra-putra muqawama dan seluruh rakyat Lebanon adalah komitmen terhadap perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan negara kami."
"Kami rakyat Lebanon adalah penguasa negara ini, kami yang membuat kebijakan negara berdasarkan kepentingan bangsa dan generasi mendatang. Mereka yang melakukan normalisasi dengan Israel akan memahami bahwa mengandalkan musuh Tel Aviv untuk penyerahan wilayah kami adalah sia-sia. Musuh Israel tidak memiliki tempat di wilayah kami," tegas Mohammad Raad.



























