Akhlak Pelajar: Amalkan yang Dipelajari

Rate this item
(0 votes)
Akhlak Pelajar: Amalkan yang Dipelajari

Ini catatan kecil yang dibuat ketika mengikuti kelas akhlak yang diasuh oleh imam Jum’at Qeshm, Hujjatul islam wal muslimin Jaukar.

Beberapa hal yang mesti dimiliki guru dan murid:
Niat yang tulus.
Mengamalkan yang dipelajari.
Orang yang mengamalkan ilmunya pasti beruntung, sedangkan yang tidak mengamalkan merugi.
Sebelum ilmu disebarkan dan diajarkan kepada orang lain, ilmu tersebut haruslah diamalkan terlebih dahulu. Ilmu itu harus dipakai untuk membangun diri sendiri, sebelum membangun diri orang lain.
Orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, maka mauidhah (nasehat) hilang dari hatinya. Nasehat-nasehat yang ia berikan kepada masyarakat tak memiliki efek apa-apa, bahkan merugikan orang lain. Ada hadis yang menyatakan, “wahai orang yang beriman, jika kalian berilmu, maka amalkanlah (ilmu itu).”
Penyakit kita sekarang ini adalah kita membedakan apa yang kita lakukan dengan apa yang kita bicarakan kepada orang lain. Mestinya, Jika kita berbicara, kita sendiri yang mengamalkan apa yang dikatakan.
Imam Shadiq as pernah meriwatkan bahwa suatu hari seseorang datang kepada Rasulullah dan bertanya, “apa itu ilmu?” Rasul saw menjawab ilmu itu diam, mendengarkan, menghafal (mengingat), mengamalkannya, dan menyebarkannya. Jadi, menyebarkan ilmu adalah tingkatan terakhir dari pencarian ilmu. Setelah memahami, mengamalkan, baru men-tabligh-kan.
“Apapun yang berasal dari hati, pasti akan masuk ke hati.”
Mengapa Mafatihul Jinan karangan Syekh Abbas Qummi sedemikian populer? Karena beliau dengan menulis dan mengamalkannya. Sebelum disebarkan, beliau sendiri yang mengamalkan apa yang beliau tulis.
“Perkataan ahli amal akan didengar dan dilaksanakan. Karena dia sendiri yang pertama kali melaksanakannya.
Abu Bashir meriwayatkan bahwa Imam Shadiq as berkata bahwa Imam Ali as berkata, “wahai para pencari ilmu, sesungguhnya ilmu memiliki banyak keutamaan, seperti: Ilmu menjagamu, sedangkan engkau menjaga harta. Kepala ilmu adalah tawadhu (rendah hati), matanya adalah jauh dari kedengkian, telinganya adalah pemahaman, lidahnya adalah kejujuran… hatinya adalah niat yang baik, akalnya adalah pengenalan terhadap sebab-musabab dan perkara-perkara, tangannya adalah rahmat, kakinya adalah para ulama… hartanya adalah adab, kebaikannya adalah jauh dari dosa… dan temannya adalah cinta akan kebaikan.”
“Bersiaplah akan kematian. Bagaimana cara menyiapkan kematian? Menjalankan kewajiban dan menjauhi dosa.”
“Ketahuilah bahwa ilmu seperti pohon dan amal seperti buah. Tidak ada yang keluar dari pohon, selain buah.”

Read 2080 times