Apa tafsir dari ayat “Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya)”

Rate this item
(0 votes)
Apa tafsir dari ayat “Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya)”
 
Apa tafsir dari ayat “Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya)” (Qs. Thaaha [20] : 15)
Jawaban Global
Salah satu dari nama-nama kiamat adalah  al-Sâ’ah (masa, waktu), yang disebutkan Al-Quran sebanyak 43 kali.[1] Salah satunya ialah dalam surah Thaha ayat 15 yang berbunyi: “Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.” Al-Sâ’ah yang disebutkan pada ayat ini adalah kiamat.
Banyak dari para ulama tafsir dengan mengambil sanad riwayat dari Imam Shadiq As,[2] mereka mengatakan: kata-kata “Aku merahasiakan (waktunya)” ialah jenis mubâlaghah (hiperbol), maksudnya ialah “Waktu terjadinya hari kiamat sangat tersembunyi dan rahasia sekali sedemikian sehingga hal itu pun disembunyikan pula dari diriku (dari nabi Musa As).”[3]
Oleh itu makna dari ayat ini ialah: “Wahai Musa! hari kiamat pasti akan datang, adapun Aku merahasiakan tentang kedatangannya, dan Aku tidak akan mengatakannya kepada seorangpun walau kepada para nabi sekalipun, sehingga Aku dapat melihat siapa yang beriman dan mempersiapkan diri dengan terjadinya kiamat, dan juga siapa yang tidak beriman dan tidak mempersiapkan dirinya, dan masing-masing akan mendapatkan balasannya.”[4]
Dengan kata lain, sebab tersembunyinya hari kiamat adalah Allah ingin memisahkan dan mengenal antara orang-orang yang ikhlas dan orang-orang selainnya, lalu akan memberikan balasan kepada orang yang telah berusaha menjadi hamba yang baik.[5]
Dari sisi lain di karenakan waktu tepatnya masih belum di ketahui dan kemungkinan bisa terjadi setiap saat, kesimpulannya adalah kita harus selalu mempersiapkan diri.[6] [iQuest]
 

[1]. Shadeqi Tehrani, Muhammad, Al-Furqân fi Tafsir Al-Qur’ân, jil. 12, hal. 75.
[2]. Majlisi, Muhammad Baqir, Bihâal-Anwâr, jil. 13, hal. 89.
[3]. Qumi, Ali bin Ibrahim, Tafsir Qummi, jil. 2, hal. 60; Thabarsi, Majma’ al-Bayân, jil. 7, hal. 11; Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 13, hal. 170; Banu e Esfahani, Sayedeh Nusrat Amin, Makhzan al-Irfân dar Tafsir Quran, jil. 8, hal. 162.
[4]. Muhammad Jawad Najafi Khumaini,Tafsir Âsân, jil. 11, hal. 283.
[5]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, Al-Mizân fi Tafsir Al-Qur’ân, jil. 11, hal. 283.
[6]Tafsir Nemune, jil. 13, hal. 171.
Read 638 times